#8

265 7 1
                                    

Lily sesekali tertawa geli saat ia tengah vidiocall dengan kedua sahabatnya. Ia menceritakan kejadian tadi yang membuat kedua sahabatnya tertawa terpingkal-pingkal.

“Jadi, lo cium pipi tuh om-om?” tanya Opi dengan sisa tawanya. Sementara Gilang hanya menjadi pendengar setia para cewek.

Lily tertunduk malu dan mengangguk, “Iyah. Gue juga gak sadar, kayak ada dorongan gitu!”. Opi dan Gilang tertawa melihat kepolosan Lily.

“Eh, yaudah. Gue siap-siap dulu yah?”

“Emang lo mau kemana?” tanya Gilang dan Opi berbarengan. Lily tersenyum bangga, “Gue mau jalan-jalan ke luar negri pake pesawat pribadinya si Santoso lah!” bangganya.

Baik Opi ataupun Gilang tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya, “Serius lo?”. Lily mengangguk mantap, “Iya! Keren kan?”

“Kita ikut dong, Ly. Kita juga kan pengen liburan. Penat nih abis UTS,” bujuk Opi dengan wajah memelas, melihat itu Lily jadi bingung sendiri, “Gatau. Gue belum izin sama Yuda soalnya,”

Gilang berdecak sebal, “Yaelah, belum juga jadi istri udah harus izin-izin aja lo. Lagian sebagai sahabat lo dari TK nih, kita pengen tau lah gimana calon suami lo,” hasut Gilang dengan percaya diri.

“Betul tuh kata si Kacamata!” setuju Opi pada Gilang yang memang memakai kecamata minusnya.

“Berisik lo, onta betina!” cerca Gilang yang meloloskan tawa dari bibir Lily.

“Jadi gimana? Boleh kan? Lagian kalo lo berduaan aja di sana bahaya loh. Si Yuda kan udah tua. Kalo lo di apa-apain sama dia gimana? Mau kabur lo gak bisa.” hasut Gilang lagi, dan kali ini berhasil membuat Lily terdiam.

“Yaudah deh, jam 2 kalian harus udah ada di rumah gue. Entar gue ngomong sama si Santoso. Bye!”

***

Lily merapihkan pakaiannya dan tersenyum sendiri saat meningat ia mencium sekilas pipi Yuda. Ia merapihkan rambutnya yang di kepang setengah dan memakai gaun biru muda yang Yuda berikan tempo hari karena telah di permak Bi Minah.

Saat Lily hendak beranjak, ia merasakan pusing yang teramat berat dan bisa ia rasakan ada cairan hangat yang turun keluar dari hidungnya. Lily memejamkan matanya menahan rasa nyeri di perut bawahnya. Ia mencoba mengatur nafasnya yang mulai sesak.

No. Jangan sekarang, ini akan jadi quality time gue.” Racaunya pada diri sendiri. Ia mengambil tisu dan mengelap cairan merah yang terus keluar dari hidungnya.

Lily berjalan ke arah kasurnya dan membaringkan dirinya sebentar lalu membuka laci nakasnya dan mengambil sesuatu yang sudah jarang ia sentuh sekarang, “Gue masih mau hidup. Gue pengen bahagia dulu, gue pengen bahagiain Ayah. Gue pengen bisa nikah dulu sama Yuda~”

Lily memasukan pil itu dengan rakus tanpa takaran. Ia meminum air yang ada di nakasnya dan segera menelan obat-obat itu. Lily kembali merebahkan dirinya dan memejamkan matanya.

Ia terus mengatur nafasnya dan menenangkan dirinya.

“Tuhan, Lily rindu Bunda. Tapi Lily masih ingin hidup..”

***

Patra memandang Yuda dengan pandangan meremehkan. Ia sangat puas dengan pengakuan yang Yuda utarakan.

“Jadi. Sekarang kamu sudah ingin menarik ucapan kamu, Yuda Santoso Cooper?” tanya Patra dengan menaikan sebelah alisnya.

Saat ini mereka tengah berbincang panas antar lelaki. Keadaan yang mencengkam dan atmosfer yang sangat tak terkendali oleh dua pria yang tengah duduk berhadapan di ruang tamu rumah milik Leondra Patra.

Yuda terdiam membisu lalu berdeham membersihkan tenggorokannya agar saat bicara tidak tercekat, “Yah.. bagaimanapun Lily kan calon istri saya,” jawabnya gengsi masih tidak mau mengakui perasaannya.

Saat ini Patra hanya ingin tau dan memastikan jika dia tidak memberikan putrinya di tangan yang salah. Bagaimanapun juga, Lilyana adalah harta satu-satunya yang berharga.

Patra tertawa garing, “Jangan munafik seperti itu. Kalaupun saya mau, saya bisa membuat Lily tidak menerima pinangan kamu,” santai Patra dengan meminum kopinya.

Yuda menyeringai setan, “Oh yah? Apa itu berarti saya harus menarik suntikan dana di Cleopatra Corp?” tanyanya dengan tersenyum meremehkan.

Patra hanya mangut-mangut, “Saya bahkan tidak yakin kalau kamu bisa begitu saja melepaskan anak saya. Sebenarnya sih, ada yang lebih kaya dari kamu. Dia juga lebih muda dan tampan. Saya yakin Lily—“

“SIAPA?!” bentak Yuda dengan wajah bengisnya. Setelah itu ia mengedutkan alisnya menyadari tingkah bodohnya. Patra tertawa puas melihat itu.

“Bravo! Satu sama!”

“Sialan, Tua!” cerca Yuda kesal dengan tingkah rekan bisnisnya, “Memang siapa yang lebih kaya dariku, lebih tapan dan lebih muda? Memang ada?” tanyanya dengan malas walaupun ia sangat penasaran. Tapi ia tak mau memperlihatkannya.

“Hmm.. Anda tau Tuan Yuda? Anak pewaris keluarga pembisnis di Asia?” tanya Patra dengan santai saat melihat reaksi Yuda yang di luar dugaan sudah sangat pucat dan tegang seketika.

“Yah.. Firgiant Corporation dengan pewaris satu-satunya Melvin Demon Firgint. Kau tentu mengenalnya bukan?”

Yuda berusaha setenang mungkin menanggapi pancingan Patra, “Hm. Apa urusan saya?”

Patra tertawa sendiri, “Yah memang, apa urusanmu. Lily bukan siapa-siapamu, dan Melvin menyukainya. Itu akan sangat menguntungkan bukan?”

SHUT UP! Lily tidak akan bersama siapapun kecuali saya. Tidak akan ada yang memiliki Lily selain saya, karena saya akan menjaganya dan melindunginya! Baik Melvin atau siapapun yang lebih kaya dari saya.. saya tetap tidak akan melepaskan Lily, Tua!” bentaknya dengan terengah-engah.

“Kenapa?” tanya Patra keheranan dan jijik melihat sisi lain dari Yuda.

“KARENA SAYA TIDAK MAU KEHILANGAN LILY!”

“Kami dat—loh? Om Patra?”

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LILYANA #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang