#1

342 11 0
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca yah ☺
Dan maafkan bilamana ada typo-typo yang tersebar 😆

Happy Reading!

***
LILYANA 1

"Lily.. kamu salah faham, nak"

Lily hanya diam tak bereaksi. Dalam satu minggu ini ia terus di sirami pertanyaan-

"Jadi sekarang kamu sudah mempunyai jawabannya? Ayah sangat berharap-"

"Sebenernya tujuan dari Ayah menikahkan Lily dengan Om-om itu apa sih, Yah?" Kesal Lily.

Patra terdiam. Tidak mungkin ia menjawab agar mendapat sun-

"Suntikan dana?" Tanya Lily memastikan dengan nada ketidak percayaannya. Melihat Patra tak berekspresi ia melanjutkan ucapannya.

"Gak nyangka sih yah. Padahal Lily anak satu-satunya dari pernikahan Ayah sama Bunda.." dengan penuh nada kekecewaan menatap kosong sosok Ayahnya.

".. tapi, kalau dengan cara ini Lily bisa menjadi anak yang berbakti pada orangtua.. Lily akan~ Lily akan... akan mencobanya," lanjutnya tak yakin.

Patra memandang tak percaya ke arah anak semata wayangnya. Putri kecilnya kini telah dewasa.

“Maafkan Ayah,” Patra memeluk anakya hangat. Lily masih tidak berniat membalas pelukan itu ia hanya diam menatap kosong ke arah depan.

Patra merenggangkan pelukannya lalu mengambil sesuatu di dalam saku celananya, “Nanti malam kamu ketemu dia yah, dan harus pakai ini,” ucapya menunjukan cincin putih dengan berlian biru langit di sana.

Lily memandang cincin itu dengan tatapan kosong ‘Entah ini keputusan yang salah atau apapun. Gue gak pernah nyangka bakal kayak gini’.

Lily meraih kotak cincin itu lalu menatapnya heran, “Ayah?”

“Iyah? Kamu gak suka, Nak?”

“Dia- yang ngasih ini cowok kan? Tulen kan? Bukan jadi-jadian?”. Patra terkekeh mengerti maksud dari ucapan anaknya itu, “Dia emang lebih tua dari kamu. Tapi, gak tua-tua banget kok. Bedanya 6 tahunan lah. Dia lebih sibuk belajar, dan belum kenal ‘perempuan’”

“Masa sih?”

Patra mengangguk dan mengusap surai panjang anaknya itu ia menatap manik biru yang mirip dengan mendiang istrinya itu, “Jangan telat yah? Dia tipe orang yang galak masalah waktu. Ayah keluar dulu, dan nanti Bibi bawain baju buat kamu, okay?

Lily mendengus dan mengangkat pundaknya acuh, “Done,”

‘Tua. Kaya. Teman bisnis Ayah. Belum kenal perempuan? Pasti jelek! Makannya gak laku dan minta di jodohin gini ke Ayah!’

“Misi, Non. Ini gaun yang nanti Non pakai. Nanti akan ada jemputan dari pengawal Tuan Yuda,” Bi Minah datang membawa gaun berwarna merah menyala lengkap dengan sepatu hils dan parfume nya.

‘Yuda? Oh nama Om jelek itu, Yuda’

Lily mengambil kotak cantik berwarna merah itu lalu membuka isinya dan melebarkan matanya nyalang.

“APAAN NIH?! BAJU JELEK KURANG BAHAN?! SEPATU BUAT TANTE-TANTE! PARFUME BAU OROK BEDIL! SELERA FASHION YANG JELEK! BENER-BENER GAK TAU PEREMPUAAAAANNNN!!”

BRUGH!

Lily mengalihkan atensinya ke arah suara yang berada di dekat kakinya, “Hah? Bibi?”

***

Lily mengubrak-abrik lemarinya. Ia tidak ingin memakai baju kurang bahan itu. Yah, walaupun ia tau harga baju itu mahal tapi ia benar-benar tidak mau memakainya, apalagi di depan om-om. Menjijikan.

"Aduh! Gue gak punya gaun!" Teriaknya frustasi karena semua pakaian yang ia miliki hanya pakaian casual saja.

"Apa.. gue pake yang Bunda yah?" Tanyanya pada diri sendiri lalu mengangguk mantap, "Oke!"

Ia berjalan ke arah kamar Ayah dan almarhumah Bundanya. Saat ia membuka pintu ia melihat Patra tengah terlelap dan masih memakai sepatunya.

Lily melangkah mendekat ke arah Patra dan ia memandang sendu pada ayahnya.

"Ayah.." lirihnya sendu.

Ia mengusap sebagian keringat yang berada di pelipis Patra. Lalu ia membuka sepatu juga kaus kaki ayahnya dengan hati-hati agar tak membangunkan Patra.

"Ayah pasti lelah yah?" Tanyanya yang tak menemukan jawaban. Lalu saat ia beranjak dar sisi kasur king size Patra ia melihat sebuah foto pernikahan.

"Bunda~"

Lily mencium foto itu dan mengembalikannya ke tangan Patra.

Lily berjalan ke arah lemari milik Bundanya lalu ia mencari gaun yang cocok dengannya.

"Duh, pada gede semua lagi. Gue kan kecil, masa harus minta permak Bibi dulu. Ah! Ribet,"

Lalu saat ia akan menutup kembali pintu lemari itu ia menangkap satu pakaian yang menurutnya cukup untuknya.

"Fyuh~ ada juga ternyata," ia menggenggam baju dress kecil itu lalu berbalik-

BRAKK!!

Lily mengentikan langkahnya begitupun dengan Patra yang tiba-tiba terlonjat kaget dari tidurnya.

"Ada apa?!" Teriak Patra marah kepada para pengawalnya dengan kepala pening dan mata yang masih memerah memandang para pengawalnya yang kini tengah berada di ambang pintu. Mereka terlihat ketakutan.

Lily memandang mereka geram, "Apa? Gak sopan benget yah kalian. Cuman pengawal doang juga!"

"Ma-maaf, Tuan. Saya kira Nona Lily akan melukai anda saat kami melihatnya masuk ke kamar anda," ucap Max dengan ketakutan.

"What? Sekriminal itukah gue di otak kalian?" Kesal Lily, walaupun ia pernah berniat demikian sih.

"Ssttt, sayang. Kamu lagi apa disini?" Tanya Patra pada Lily lalu mengibaskan tangannya pada Max dan lainnya agar pergi.

"Lily bingung Ayah, gak punya gaun," adunya.

Patra mengernyit, "Bukannya Yuda udah kirim kesini yah?"

Lily mengangguk, "Udah. Tapi, kurang bahan, Yah. Jelek lagi, Lily gak suka"

Patra tertawa gemas, 'Lagi jinak' batinnya. Ia sudah tau bagaimana reaksi Lily melihat baju pilihan Yuda.

"Yaudah kamu pakai baju yang kamu suka aja yah. Ini?" Tanya Patra menunjuk gaun yang berada di genggaman Lily.

"Lily gak punya gaun bagus. Jadi pinjem yang peninggalan Bunda.."

Patra tersenyum kecut lalu mengangguk dan mencium kening anaknya lama, "Kamu siap-siap gih. Yang cantik yah? Anak Ayah harus cantik,". Lily mengangguk.

"Maaf tidur Ayah jadi keganggu,". Patra mengangguk. Lalu Lily beranjak dan keluar dari kamar Patra.

Ia melihat selimut dan sepatu yang bertengger rapih di dekat kolong kasurnya seraya tersenyum hangat.

"Bahkan sebenarnya Ayah belum siap melepaskanmu,"

***

LILYANA #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang