#2

247 12 0
                                    

Budayakan Vote sebelul membaca ☺
Di BAB ini masih ada typo:(
Tapi nanti saya patroli sendiri ko, hehe. 😑

Selamat Membaca!

***

LILYANA 1

Lily melihat pantulan dirinya di cermin dengan wajah datar. Lalu mendengus sebal dan kesal.

"Kalo gue pake ini, nanti tuh mata jelalatan Om liatin gue lagi!" Katanya saat melihat dirinya mengenakan gaun yang ia ambil dari lemari Bunda.

"Tapi cuma ini doang yang cocok. Tapi ini terlalu seksi. Ya ampun, Bunda sering seksi-seksi depan Ayah ternyata,"

Ia duduk di kursi rias di kamarnya. Ia menatap dirinya sendiri sebal. Padahal ini sudah pukul setengah tujuh tapi ia belum memutuskan memakai baju apa.

"Apa..." ia tersenyum menemukan ide. Lily berjalan ke arah lemarinya dan mengambil baju atasan yang baru ia beli dengan Liona kemarin saat pulang hangout.

"Nah lumayan cocok nih!" Girangnya lalu segera mengenakannya dan segera menata rambutnya.

"Ini rambutnya gimanain yah? Apa di- eh kok gue ribet banget yah? Ketemunya juga sama orang kolot," ocehnya terus sendiri.

Akhirnya ia hanya menggeraikan saja rambutnya dan segera mengenakan sepatu flatshoesnya yang senada dengan baju yang ia kenakan.

Ia tersenyum menatap dirinya sendiri, "Yeah. Not bad, tapi.. gue bedakan lagi deh biar agak fress,"

Setelah itu ia mengambil tas punggungnya yang telah ia isi dengan keperluannya nanti dan berjalan keluar menuju halaman rumahnya.

Saat ia menuruni tangga ia melihat Patra tengah membuat jus melon.

"Ayah!"

Patra yang sedang meminum jusnya tersedak sampai terbatuk-batuk.

"Eh- maaf Ayah," sesal Lily lalu memeluknya.

Patra tertegun dan hanya bisa menatap anak semata wayangnya itu.

Lily menjentikan tangannya di depan wajah sang Ayah, "Ayah? Kenapa? Aku- penampilan aku jelek yah?"

Patra tersenyum hangat dan menggeleng, "Tidak. Kamu cantik, mirip Bunda waktu muda dulu,"

Lily tersenyum cerah lalu terkekeh, "Yaudah. Lily udah di jemput katanya, Yah. Anter sampai depan yah?" Pinta Lily.

"Tapi, sebentar Yah. Lily ada yang kelupaan, Lily ke dapur dulu yah,". Patra hanya mengangguk saja. Lalu Lily kembali lagi dengan tersenyum cerah dan membuat Patra curiga, "Ayok!" Seru Lily.

Patra mengangguk mengiyakan lalu merangkul bahu anaknya dan berjalan ke arah mobil mewah yang bertengger tepat di halaman rumahnya.

"Selamat malam Tuan Patra dan Nyonya Komisaris," sapa seseorang dengan mengenakan baju serba hitam itu saat Patra dan Lily tiba di sana.

Lily mengangkat dagu acuh, "Nonya-nyonya. Gue masih 19 tahun. Lo bolor yah?" Cerca Lily yang membuat pria serba hitam itu membulatkan matanya.

Patra hanya terkekeh mendengar ocehan anaknya, "Sayang.. sekarang ayo naik. Yuda udah nunggu kamu di sana,"

Lily mengangguk dan mencium pipi ayahnya, "Lily pergi dulu yah. Dah Ayah!" Pamitnya. Patra hanya mengangguk dan tersenyum.

Saat di depan pintu, ia melihat pengawal itu membukakan pintu untuknya, "Good. Sekarang bawain tas gue!"

Pengawal itu mengangguk dan membawakan tas Lily.

Selama dalam perjalanan Lily terus termenung memikirkan keputusannya. Ada rasa sesal dan sakit dalam hatinya, tapi segera ia luapakan. Ini demi Patra. Sang Ayah.

***

"Nyonya, kami di perintahkan untuk mengantar anda sampai anda masuk lift,"

Lily mengernyit, "Kalo gue kenapa-napa di lift gimana? Ayo buruan ikut!"

Kedua pengawal itu saling pandang lalu menggeleng, "Tidak bisa, Nyonya. Ini sudab perintah dari Tuan Komisaris,"

Lily mendengus sebal, "Di bayar berapa sih lo pada?!" Kesalnya lalu masuk dan menekan tombol 34.

Saat di lift ia kembali memerikasa tasnya untuk memeriksa peralatan yang ia bawa.

"Satu.. dua.. tig-"

Ting!

"Selam-- loh, dek? Kenapa bisa kesini?" Tanya resepsionis di lantai 34 itu pada Lily.

Lily menaikan satu alisnya, "Adek? Ini reservasi si Yuda kan? Gue calon istrinya!" Bentak Lily yang hanya menjadi tontonan aneh bagi mereka.

"Benar. Tapi-"

"Permisi. Nyonya Komisaris, Tuan Yuda sudah menunggu di dalam," salah satu bodyguard perempuan mengahmpirinya dan menuntunya menuju ke restaurant yang berada di hotel ini.

Lily berjalan dan memberikan senyuman mengejek pada resepsionis yang meremehkannya tadi.

"Wah, dia benar-benar calonnya,"

"Apa Tuan Komisaris pedofil?"

"Yang tadi itu anak SMP kan?"

"Bawa-bawa tas punggung juga,"

Rumpi mereka saat kepergian Lily dengan masih dalam keadaan tidak percaya pada Komisarisnya. Setelah di katai homo ternyata sekarang Yuda di katai pedofil.

***

Lily melepaskan genggaman tangan bodyguard cantik itu dengan kasar, "Hey!" Seru Lily padanya.

Bodyguard itu menghentikan langkahnya lalu menghadap Lily, "Ada ap--"

"HEY TAYO! HEY TAYO! HAHAHA!" Teriak Lily dengan tawanya yang menggelegar lalu berlari menuju tempat reservasi itu.

Lily terus berlari ke dalam sampai ia tersadar hanya ada satu meja saja di sana dengan satu orang pria memakai tuxedo hitamnya yang tengah asik memainkan ponsel.

Lily berjalan mendekati pria itu dan berdiri tepat di samping kirinya.

Ia berdeham dan, "Gue Lilyana Cleopatra,"

***

LILYANA #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang