#6

171 5 0
                                    

"Pukul 1 siang, pengawal saya akan menjemput kamu,"

Lily mendengus sebal saat mengetahui siapa yang menelponnya sepagi ini, "Lo gak bisa ngucapin salam apa sapaan gitu? Lo kan Komisaris!"

Yuda menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga dengan penuh kekesalan, 'Komisris lagi- komisaris lagi' gerutunya dalam hati.

"Selamat pagi-"

"Ini masih shubuh bego!". Lagi-lagi Yuda mendengus sebal, "Iya-iya! Selamat Shubuh, Lilyana. Nanti pukul 1 siang salahsatu pengawal saya akan menjemput kamu untuk ber-"

"Kenapa gak lo aja yang jemput gue?"tanya Lily datar.

Yuda diam tak menjawab

ia diam bingung dengan dirinya sendiri.

"Hello?! Lo gak mampus di sana kan?"

"Jaga ucapan kamu! Sss.. sa-saya sib-"

"Gue tau, kesibukan lo itu lo jadiin alibi kalau lo itu gak tau cara jemput cewek kan? Udalah gapapa, lo tinggal datang ke sini aja bawa bunga atau hadiah- atau apa lah, serah lo! Gue mau tidur!" panjang Lily yang langsung mematian sambungan sepihak.

"Ha-hallo? Hallo! Cebol?! Shit, darah tinggi kalau gini terus," umapatnya.

***

"Tu-Tuan ada apa memanggil saya? Saya masih normal, Tuan. Sebentar lagi saya menikah," ucap Miko ketakutan selaku tangan kanannya.

Miko sedikit mendapat tatapan kasihan saat Ia di panggil sang Tuan Komisaris untuk ke ruangannya. Karena Yuda terkenal homo di kalangan karawanya sendiri.

Yuda mendelik jijik, "Kamu ngomong apa sih?"

"Tapi, saya mohon Tuan. Sebentar lagi saya akan bertunangan dengan Nila. Saya juga masih perjaka, Tuan. Saya moh-"

Yuda menghela nafasnya jengah, "Saya gak kasih izin kamu untuk cuti pern-". Yuda kaget setengah mati saat melihat Miko memegang tangannya erat seolah memohon, "Saya bisa-bisa di putusin Nila, Tuan. Meskipun saya playboy, tapi sekarang saya sudah berubah Tuan. Saya tidak mau kehilangan dia.."

Yuda mengernyit, 'Apa aku akan seperti itu saat telah mencintai seseorang sekalipun sebrengsek Miko?' batinnya.

Ia berdeham dan melepaskan tangannya dari Miko, "Lepas! Saya akan kasih kamu cuti, kalau kamu bantu saya-". Miko dengan cepat mengangguk antusias, "Apapun Tuan, asalkan tuan Komisaris memberikan saya izin cuti."

Yuda terkekeh lalu mengangguk pelan dan setengah membungkukan badannya agar mendekat ke arah Miko. Seperti mendapat kode, Miko pun mendekatkan telingannya.

"Ini masalah perempuan,"

"HAH?!" Miko menjauhkan telinganya dari Yuda karena terlampau kaget, "Ja-jadi Tuan sekarang sudah sembuh- eh maafkan saya Tuan,"

Yuda menghela nafasnya malas, "Jangan kencang-kencang. Nanti yang lain tau. Gini saya bisikin.." Yuda berbisik pada Miko dengan serius.

Miko tersenyum lebar, "Itu urusan yang gampang, Tuan. Bahkan wanita seperti calon Tuan sudah banyak saya taklukan,"

"Lily hanya satu. Dan untuk saya," ucapnya tak sadar dengan posesif. Miko hanya tersenyum geli dan mengangguk-angguk saja.

"Jadi? Menurut kamu saya harus ngasih apa?"

Miko berdeham dan membetulkan letak jasnya seolah disini dia yang menjadi Tuannya. Yuda mendelik jijik dan diam saja agar mempercepat durasi.

"Jadi Tuan. Permpuan itu sangat suka dengan kejutan-kejutan. Mau apapun kejutannya asalkan di berikan dengan hati yang tulus si wanita akan bahagia-"

"Sesederhana itu?". Miko mengangguk mantap. "Saya kira perempuan itu berlebihan. Baik, lanjutkan."

Miko tersenyum, "Perempuan itu menyukai hal-hal yang indah dan lucu juga 'keromantisan'" ucapnya dengan mengutip kata keromantisan.

"Keromantisan? Contohnya? Saya tidak tau hal yang berbau romantis,". Miko menahan tawanya ia sesegera mungkin mrerubah air mukanya.

"Yah.. seperti memberikan kata-kata yang membuatnya melayang. Misalnya, 'Kamu cantik hari ini, Kamu wanita yang paling aku cintai, Kamu wangi banget' dan hal-hal manisnya yang lain atau kita bisa panggil dia dengan sebutan sayang yang kita sukai. Apalagi kalau si wanita telah tersipu malu sampai pipinya kemerahan. Berati dia sangat bahagia."

Yuda meringgis mendengar kata-kata Miko, "Ohh begitu. Emang harus seperti itu ya?"

"Ya! Karena jika tidak, seorang yang kita cintai akan pergi meninggalkan kita dan mencari laki-laki yang romantis," goda Miko dengan tersenyum geli dan memberikan tatapan menyelidik.

Yuda salah tingkah dan menarik nafasnya pelan, "Saya tidak mencintai Lily, lagi pula saya kaya. Lily pasti tidak akan pergi dari saya." Elaknya dengan muka yang sudah merah seperti tomat.

Miko menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, Tuan. Ada beberapa hal yang tidak bisa manusia miliki dengan kekayaannya,"

Yuda tersenyum meremehkan, "Memang ada?"

Miko tersernyum manis dan berkata, "Kebahagiaan. Perempuan. Dan cinta. Tidak bisa di beli dengan uang. Jika kita menginginkannya maka kita harus berusaha menggapainya."

***

Lily terbangun dari tidurnya saat ada ketukan pintu yang heboh. Ia mengumpat dalam hati. Siapa yang berani mengganggu tidur paginya.

"BENTAR WOY!"

Lily membuka pintunya dengan kasar, "Apa sih Bi?" tanyanya ketus dengan wajah penuh amarah.

"It-itu, Non. Ada Tuan Komis-"

"Si Yuda?" potongnya cepat. Bi Minah mengangguk takut. "Emang jam berapa sih ini?" kesalnya.

Bi Minah menunjuk jam besar yang ada di sebelah timur kamar Lily, "Setengah satu, Non."

Lily mendengus sebal, "TU ORANG GILA APA?! Setengah jam lagi juga!" cercanya lalu berjalan dengan sempoyongan ke bawah dan menghentak-hentakan kakinya.

Saat ia berada di depan pintu ia menguap dalam sampai matanya berair dan segera membuka pintu besar yang ada di hadapannya dan-

BRUSSH!!

***

LILYANA #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang