POV Lara
Jarum jam menunjukan pukul 5 sore tepat, tidak kurang dan juga tidak lebih. Sebagai budak korporat yang rajin dan bertanggung jawab semua pekerjaan besar sampai kecilku untuk hari ini telah aku tuntaskan semua.
Berkutat pada pekerjaan satu hari penuh memang sangat melelahkan, selepas kerja aku berpikir untuk menghilangkan penat dan sedikit me-refresh otak dengan melakukan sesuatu yang aku suka.
"Oy No, pulang ngantor mau kemana ada acara enggak lo?" tanyaku kepada Retno teman dekatku di kantor.
"Enggak ada sih, eh tadinya ada tapi enggak jadi soalnya...." jawab Retno tanggung.
"Lah kenapa? Jadinya ada acara apa enggak nih?" tanyaku dengan nada agak naik.
"Ah kan gue inget lagi jadinya, lo sih! Tadinya gue sama Beni tuh mau ketemuan tapi dia tiba-tiba batalin gara-gara bosnya ngajak lembur dadakan!" balas Retno kesal.
"Oh gitu, berarti ntar pulang kantor lu temenin gue aja yok" ajakku.
"Iyadeh ayo. Mau kemana emang lo?" tanya Retno.
"Udah ikut aja hehehehe."
Di kantor aku memiliki beberapa teman dekat, namun teman terdekatku itu Retno. Cewek dengan perawakan Jawa tulen. Kulit sawo matang, rambut hitam pekat dan bergelombang, wajah yang bisa dibilang manis tidak membosankan dan dihiasi lesung pipi yang kedalamannya sedalam samudra apalagi ketika sudah membahas pacarnya, Beni.
Tetapi jangan pikir Retno sesempurna itu, hilang sudah image cewek Jawa yang kelakonnya pendiam dan lemah lembut jika sudah lihat dia berbicara. Bawel. Berisik.
Anehnya dengan sedikit mengesampingkan sifat bawelnya itu, dia bisa jadi teman, sahabat, kakak, adik, bahkan orangtuaku sendiri.
Bekerja di Jakarta cukup membuatku kesepian karena jauh dari orangtua. Ya, orangtuaku jauh dari Jakarta, mereka sekarang tinggal di Semarang. Ayahku masih memiliki beberapa tahun lagi dinas untuk bekerja di Semarang yang secara otomatis ibu dan adikku juga ikut bersama ayahku tinggal disana.
Malam ini sepulang kantor aku berniat untuk menonton film Doctor Strange yang diperankan oleh aktor kesukaanku Benedict Cumberbatch yang selalu jadi bahan olok-olokan banyak karena pengucapan namanya yang sulit.
Sebenarnya aku berniat untuk menonton film ini sendirian, namun secara kebetulan Mas Hendra manager team ku memberi kupon diskon 50% yang hanya bisa aku gunakan hari ini. Alhasil Retno lah sasaran empuk untuk aku ajak menikmati kupon diskon menggiurkan ini.
"Kita mau kemana sih Ra?" tanya Retno sambil mengemasi barang-barangnya bersiap untuk pulang kantor.
"Udah ikut gue aja, pasti lo seneng kok," jawabku sembarang.
"Beneran ya, awas aja lu ajak gue ke tempat yang aneh-aneh atau macem-macem gue laporin Beni pokoknya!"
"Hadu tukang ngadunya keluar deh. Bilangin Beni aja sana, apa-apa Beni apa-apa Beni. Heran gue."
Sembari keluar dari ruang kerja kami dan berjalan menuju lift, disana tiba-tiba aku dan Retno bertemu Mas Hendra manager team ku yang super baik dan juga ganteng pastinya.
"Mas...." sapaku ke Mas Hendra dengan senyum sumringah.
"Oh Ra.. Wess mau kemana nih berdua pulang kantor? Nongki ya? TGIF-an hahaha" balas Mas Hendra dengan sedikit candaan gaulnya.
"Gatau nih mas si Lara ngajak aku keluar tapi sok misterius banget enggak ngasih tau kemana."
"Jangan-jangan lo mau pake kupon dari gue pasti ya, Ra? Si Lara tuh tadi gue kasih kupon diskon nonton, ternyata dia ngajak lo" jawab Mas Hendra menjelaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/167443618-288-k160502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift From Heaven
RomanceAku tidak pernah merasa benar-benar spesial di mata orang lain pun merasa sespesial ini ketika bersama orang lain. Baru dan mungkin memang hanya dirimu yang dapat membuatku merasakan perasaan ini. Through this, I would like say thank you for being a...