Chapter 1

3.5K 205 9
                                    

Suhu malam itu sangatlah dingin. Terlihat dari banyaknya salju yang menumpuk di halaman rumah mewah itu.

Umumnya orang-orang akan menghangatkan diri mereka di dekat perapian atau bergelung nyaman di atas kasur mereka.

Namun berbeda bagi namja yang kini meringkuk di sudut ruangan. Bukannya bergulung dengan selimut hangat, namja itu malah menerima bermacam cambuka pada tubuh lemahnya.

Sebenarnya rasa untuk menolong itu ada pada semua orang yang mendengar suara teriakan dan tangisan itu, tapi apa daya mereka tak sanggup jika harus melawan orang yang berkuasa di tempat itu.

Teriakan itu masih menggema. Tapi tak lama kemudian terakan itu berhenti, dan hanya terdengar isak tangis yang sangat memilukan.

Diam-diam mereka semua bernafas lega mendengarnya. Setidaknya semua siksaan itu telah berakhir untuk hari ini.....

.

.

"Sehun-ah...." Teriakan menggelegar itu terdengar di tengah lapangan yang untungnya hanya sedikit siswa yang baru datang sehingga dua orang yang kini tengah berjalan bersama itu tak terlalu jadi pusat perhatian.

"Oh... Jong, kau sudah datang? Tumben."

"Yah apa maksud dari nada suaramu itu? Apa kau pikir aku tidak bisa bangun pagi? Kau menyakiti hatiku Hun."

"Kau menggelikan." Ucapan pedas itupun keluar dengan dengusan geli.

"Ngomong-ngomong kau sudah mengerjakan PR dari Jung Seosangnim?"

"Ck ck ck, sudah kuduga kau ada maunya."

"Ayolah.... Kau kan sahabatku Hun. Seharusnya kau menolong temanmu yang sedang kesusahan..."

"Kau hanya malas berpikir Kim!"

"Nah itu kau tahu... ayolah...." Dan Kim Jongin pun mulai merengek seperti anak kecil yang meminta jajan pada Ibunya.

Lupakan bahwa Kim Jongin yang merupakan idola sekolah merengek seperti bayi. Tapi mau bagaimanapun menurutnya nyawanya sekarang lebih penting daripada harus mempertahankan popularitasnya. Sumpah demi apapun Jongin sangat tahu bagaimana sifat guru Jung itu.

Akan ditaruh dimana muka tampannya jika ia mendapat nilai jelek di buku rapotnya hanya gara-gara tidak mengerjakan PR? Oh Jongin tak bisa bayangkan jika kura-kura kesayangan Appanya itu akan mendarat di kepala jeniusnya. Bisa-bisa ukuran kepalanya akan membesar seperti sang Appa.

"Bagaimana kalau traktir makan selama seminggu?"

"Satu bulan." Balas Sehun datar.

"Mwo? Yah, kau ingin merampokku?"

"Terserah padamu. Kau lebih sayang uangmu atau kepalamu?" tanya Sehun balik seolah tahu akan apa yang terjadi nanti.

Jongin bergidig ketika mengingat apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi dengan amat sangat terpaksa Jongin menyerah. Anggukan menjadi jawabannya.

"Deal kalau begitu.." dan senyuman manis itupun keluar membuat namja bernama Jongin manahan nafasnya untuk beberapa detik kedepan.

Merasa tak ada tanggapan dari namja di sebelahnya. Sehunpun melongok kan kepalanya dan melihat sahabatnya itu malahan diam di tengah jalan dengan raut wajah anehnya.

"Yak! Tuan Kim! Kau jadi meminjam PR ku tidak?"

Seakan tersadar. Jongin pun berlari kecil menghampiri sahabatnya itu. yang kini sudah berdiri di depan kelas mereka yang masih terlihat sepi.

.

.

"Kau senang?" pertanyaan sarkastik itu keluar dari bibir tipis namja berkulit tan yang kini tengah memberengut kesal melihat pemandangan di depannya.

THAT DAY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang