Prolog

6.8K 336 13
                                    

-Awali dengan Bismillah, akhiri dengan Alhamdulillah-

☁☁

"Allah berikan rasa kecewa pada manusia yang berharap kepada selain-Nya. Maka gantungkanlah harapanmu dalam do'a, karena sebaik-baik harapan, yaitu berharap kepada Allah."

💓💓

"Mulai sekarang, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Aku dengan hidupku sendiri, dan kamu dengan hidupmu."

Qanita Zaura Nindya, gadis berusia 20 tahun itu hanya bisa mematung, seluruh tubuhnya seakan kaku, Qanita berusaha untuk mencerna setiap kata yang baru saja ia dengar. Apakah yang dia dengar saat ini salah? Apakah lelaki yang dulu menyatakan cinta padanya kini dengan santai mengakhiri hubungannya.

"Dit, aku bisa jelasin semuanya. Apa yang kamu lihat ini salah." Qanita berusaha untuk mencegah langkah lelaki itu sekuat tenaganya.

"Raditya Evansyah.... Aku mencintaimu!"

Suara Qanita begitu lantang mengucapkan kata cinta kepada lelaki yang kini meninggalkannya. Air matanya terus keluar dari mata indah miliknya. Namun lelaki bernama Raditya itu tidak memperdulikannya sama sekali, ia terus berjalan seolah tiada beban.

Pantaskah Qanita menangisi lelaki seperti itu? Pantaskah dia mempertahankan cinta yang hanya menimbulkan luka?

Ini adalah kisah gadis yang mencari cinta sesungguhnya. Yang berusaha mencari hati yang baru untuk dia singgahi, hingga hidayah Allah mengetuk pintu hatinya, membuatnya perlahan berjalan meninggalkan masa lalunya, masa lalu yang membuat ia malu pada Rabb-Nya.

💓💓

Qanita menatap hujan yang semakin lama semakin deras, seolah hujan sedang menemani suasana hatinya yang sedang hancur.

Kejadian beberapa jam lalu masih membekas di dalam pikiran Qanita. Suara lantang lelaki yang hingga saat ini masih ia cintai, seolah terus berputar di dalam otaknya.

Raditya Evansyah, lelaki yang hampir genap 2 tahun menemani hidupnya. Yang menjadi bagian dari relung hatinya, lelaki yang selalu Qanita harapkan agar kelak menjadi imamnya. Menjadi sosok ayah dari anak-anaknya.

Ternyata harapan itu sirna, hancur meninggalkan bekas luka yang terasa begitu perih. Seolah waktu dua tahun kemarin hanyalah sebuah mimpi.

"Kenapa cinta seperti ini? Kenapa aku selalu gagal dalam meletakkan hati," isak tangis Qanita semakin jadi.

Dua jam yang lalu, sungguh bagai sebuah mimpi, harapannya pupus dan semuanya sirna. Qanita belum bisa untuk menerima kenyataan pahit ini.

"Kenapa semua lelaki itu sama,"

"Kamu salah jika berpikir seperti itu. Jangan karena satu lelaki yang menyakitimu, kamu langsung memutuskan bahwa semua lelaki itu sama."

Ucapan lelaki yang telah menolongnya hari ini terus saja memenuhi otaknya. Qanita kembali teringat kejadian beberapa jam lalu, sebelum Raditya resmi memutuskan hubungan mereka.

Qanita yang tengah berteduh di depan mal, di ibu kota. Kondisi cuaca sangat tidak mendukung, hujan terus membasahi bumi.

Qanita terus menatap layar ponselnya, berharap ada pesan masuk dari sang kekasih hati. Seuntai kata maaf saja ternyata tidak membuat Raditya memaafkan kesalahan kecil yang telah di lakukan Qanita.

Hingga gadis 20 tahun itu, memutuskan untuk menemui kekasih hatinya, sebagai tanda maafnya pada lelaki yang ada di dalam hatinya. Namun sudah dua jam lebih Qanita habiskan waktunya dengan sia-sia, dua gelas jus mangga telah habis, namun sosok yang di tunggu tak kunjung datang.

QanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang