06 : Mahkota Muslimah

2.5K 206 41
                                    

-Awali dengan Bismillah, akhiri dengan Alhamdulillah-

💗💗

"Untukmu wahai muslimah hebat, teruslah melangkah dalam ketaatan. Jangan berhenti di tengah jalan, jangan menoleh ke belakang jika hanya membuatmu lemah, teruskan langkahmu. Kuatkan tekatmu, mari raih Ridho-Nya."
Indahnursf~

💗💗

"Qanita, nih ada surat dari Radit." ucap salah satu teman kampusnya, sambil memberikan kertas putih berukuran kecil pada Qanita.

Qanita mengernyitkan dahinya, bingung. Kenapa Radit mengiriminya surat, padahal Qanita sudah tidak mau lagi berurusan dengan lelaki itu.

"Oke, thanks." ucap Qanita.

Dia meremas kertas itu dan ia buang di tong sampah, tak ada niatan untuk membaca apa yang Radit tuliskan di sana. Bagi Qanita saat dia benar-benar melepas Radit, di saat itu juga dia tidak ingin berurusan lagi dengan lelaki itu. Jika pun Radit punya urusan penting dengannya, lelaki itu pasti akan menghubunginya.

"Kenapa di buang?"

Qanita terkejut saat mendapati dosennya yang sudah berdiri di ambang pintu, siap untuk masuk kelas hari ini.

"Aa--nu, Pak. Bukan apa-apa." ucap Qanita gelagapan, kemudian dia langsung duduk di barisan terdepan siap untuk mengikuti mata kuliah hari ini.

Jika dulu Qanita selalu menghindar dari yang namanya duduk di barisan terdepan, tetapi untuk kali ini dia memilih untuk duduk di depan. Semua itu tak lepas dari pandangan Azzam.

"Wei, loh demam Ta? Duduk belakang sono." jerit Opal. Teman kelas Qanita yang paling hobi ghibah.

Qanita tak berniat untuk menanggapi ocehan teman-temannya yang tertawa bahkan tak segan-segan mengumpat Qanita.

Gadis itu menarik napas panjang, dia ingat penjelasan Shafa seminggu lalu. Jangan peduliin ucapan orang lain, Mbak. Mereka hanya bisa menilai tanpa merasakan.

Qanita tidak menimpali apa-apa, dia tetap fokus pada buku yang sudah dia sediakan di atas meja.

"Baiklah, siapa yang belum hadir?" tanya Azzam sambil melihat semua muridnya, mencoba mencari siapa yang kurang dari jumlah keseluruhan dalam kelas.

"Raditya, Pak." jawab Opal.

"Keterangannya?"

"Malas ketemu Bapak katanya." ucap Opal santai.

Qanita yang semula tertunduk kini mengangkat kepalanya dan menatap dosen yang berada di depannya.

Azzam mengembangkan senyum, seolah tak peduli dengan alasan yang baru saja mahasiswanya lontarkan.

"Baiklah, sebelum saya lanjutkan materi ada baiknya kita berdoa bersama dan di lanjutkan dengan sholawat." instruksi Azzam.

💗💗

Shafa antusias saat mendapati tamu yang menurutnya sangat spesial. Siapa lagi kalau bukan Qanita.

Qanita hanya iseng berkunjung ke rumah Shafa, selain karena dia sedang malas sendirian, dia juga ingin sharing lagi bareng adik dari dosennya itu.

Sebelum berkunjung, Qanita juga sudah menanyakan Shafa melalui Azzam. Qanita takut jika kehadirannya akan mengganggu waktu istirahat Shafa, tapi ternyata tidak seperti yang Qamila bayangkan.

Shafa sangat menunggu kehadiran Qanita, bahkan Azzam sendiri yang menawarkan Qanita agar sering bermain sama adik bungsunya itu. Selain Shafa gadis rumahan, Azzam juga ingin agar Qanita bisa memiliki teman untuk terus istiqomah dalam hijrahnya.

QanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang