04 : Al-Azzam Khalif Habibillah

2.3K 214 10
                                    

-Awali dengan Bismillah, dan akhiri dengan Alhamdulillah-

**

Allah SWT berfirman :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ۗ  وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِنَّهٗ يَأْمُرُ بِالْـفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ  ۗ  وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًا وَّلٰـكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَآءُ   ۗ  وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(Q.S. An-Nur 24: Ayat 21)

🍁🍁

"Allah datangkan luka karena Allah ingin kamu berhenti berharap kepada selain-Nya. Karena, Sebaik-baik berharap yaitu berharaplah kepada Rabb-Mu, Allah Azza Wa Jalla."
©Indahnursf

🌹🌹

"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?" ucap Qanita setelah selesai memesan makanan.

"Eh, maaf. Maksud saya Bapak Azzam." Qanita meralat ucapannya. Untung saja lelaki yang ada di hadapannya ini adalah lelaki yang sabar, tidak seperti Raditya mantannya. Jadi tidak terlalu di permasalahkan oleh Azzam.

"Tidak apa-apa. Jika di luar ruangan kamu bebas manggil saya apa. Tapi jika di ruangan, saya tetaplah dosen kamu," titah Azzam. "Eh, maksud saya, sebagai dosen pengganti." lanjutnya.

"Hmm, Bapak nggak galak ya. Saya kira semua dosen itu galak. Ternyata pendapat saya salah. Andaikan semua dosen seperti Bapak, saya tidak akan keluar dari ruangan." kekeh Qanita. Dia menyeruput jus mangga yang sudah dia pesan.

"Setiap orang itu berbeda-beda, Qanita. Begitu juga dengan cara penyampaian seseorang, ada dengan cara keras, ada juga yang tegas. Tetapi, kebanyakan juga dengan cara yang lembut. Tergantung dengan orangnya. Tapi, setiap apapun yang dilakukan oleh dosen, jika itu bermanfaat maka tidak ada salahnya. Yang penting ilmu yang diberikan dapat tersampaikan dengan baik." jelas Azzam, lelaki itu membuat Qanita tercengang. Kepribadian Azzam sekilas mirip dengan Imam.

"Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihatlah apa yang di sampaikan." lanjutnya.

Qanita mengangguk paham. Melihat Azzam seperti ini Qanita semakin rindu dengan sosok Imam. Azzam mirip dengan Imam, cara dia menerangkan tidak dengan emosi, tetapi dengan ilmu.

"Hmm, oke. Terima kasih atas masukannya, Pak Azzam." Qanita tersenyum, dia menikmati makanan yang ia pesan sambil bercerita dengan Azzam.

"Oh iya, Bapak masih ingat yang bertanya tadi siapa?" tanya Qanita serius.

"Mantan kamu," jawab Azzam santai. Setelah mengucap bismillah, Azzam langsung menyeruput teh hangat yang ia pesan.

Selera seorang dosen muda ini benar-benar berbeda. Sangat sederhana. Dia hanya memesan gado-gado dan teh manis.

"Hmm, ingatan Bapak cukup kuat." jawab Qanita terkekeh.

"Alhamdulillah, titipan Allah." timpal Azzam.

QanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang