05 : Langkah Hijrah

2.7K 248 30
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

**

Pada hari kiamat seorang Mu’min didekatkan kepada Tuhan dengan dinaungi oleh rahmat-Nya, kemudian ditanya, “Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu?” Jawabnya, “Ya, saya tahu.” Maka Allah berfirman, “Aku telah menutupi atasmu dunia dan kini aku mengampuninya darimu.” Kemudian diberikan kepadanya suratan amal kebaikannya.”
(H.R. Bukhari – Muslim)

🌺🌺

Qanita duduk di teras masjid, ia menatap indahnya langit dengan cuaca yang tidak terlalu panas. Dia selalu berpikir, langit yang indah tidak mungkin diciptakan dengan sia-sia. Begitu dengan manusia yang ada di dunia ini.

"Qanita,"

Mendengar namanya di panggil, Qanita langsung berdiri dan tersenyum sekilas. Kini ia lebih tenang dan terlihat berbeda dari sebelumnya.

"Ayo." titahnya. Qanita mengangguk dan mengikuti Azzam dari belakang.

Sejak pertama kali bertemu di mal, dan Qanita masih ingat apa yang diucapkan Azzam waktu itu padanya. Bahwa tidak boleh lelaki dan perempuan bukan mahram berjalan berdua, karena yang ketiganya syaitan.

Dan tidak boleh jika perempuan berjalan lebih dulu dari lelaki. Maka dari itu Qanita akan berjalan di belakang Azzam.

"Pak Azzam," ucap Qanita. Azzam yang melangkah cepat membuat Qanita kewalahan untuk mengikuti langkahnya.

"Rumah Bapak di mana?" tanya Qanita penasaran.

Azzam tersenyum, "Nggak terlalu jauh kok. Sepuluh menit sampai." ucapnya dan kembali berjalan menuju parkiran mobilnya.

Azzam membayar parkir dan langsung masuk ke dalam mobilnya, sedangkan Qanita berdiri kikuk. Dia bingung harus duduk di mana.

"Kenapa berdiri? Ayo masuk." titah Azzam, Qanita akhirnya memilih duduk di bagian belakang sehingga membuat Azzam seperti seorang supir.

Lelaki berusia 27 tahun itu tersenyum melihat Qanita. Dia segera melajukan mobilnya menuju rumahnya, sebelumnya dia telah menghubungi adik kesayangannya yang saat ini sebagai siswi SMA. Dan ternyata adiknya pulang tiga puluh menit lagi.

Setelah memakan waktu sepuluh menit sesuai dengan ucapan Azzam, kini mereka sampai di rumah dosen muda itu. Rumah yang cukup besar dengan tampilan minimalis terlihat begitu manis.

Qanita mengikuti langkah Azzam yang tiga langkah lebih dulu darinya. Rumah itu terlihat sepi. Hanya ada satpam yang berjaga di bagian pos.

"Ayo masuk." ajak Azzam setelah dia membuka pintu rumahnya.

Qanita melangkah pelan memasuki rumah itu. Dia melihat dekorasi rumah itu sangat indah. Hanya ada satu foto keluarga dan sisanya terdiri dari asmaul husna.

"Dia Abiku."

Seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran Qanita. Membuat gadis itu malu karena ketahuan melihat foto keluarga itu.

"Prof Khalif?" tanya Qanita tidak menyangka kalau yang menggantikan dosen killer itu adalah putranya sendiri.  Alangkah bangganya mempunyai anak yang sudah memiliki karrir sukses seperti Azzam.

"Iya, Abi sedang umroh sama Ummi. Maka dari itu saya yang menggantikan posisi beliau di kampus," jelasnya. "Silahkan duduk dulu, Shafa sebentar lagi pulang." lanjutnya, kemudian menuju ke dalam.

Qanita yakin sifat Shafa pasti mirip seperti Azzam. Baik, ramah, dan shalih. Alangkah beruntungnya bapak Khalif memiliki anak seperti mereka.

Setelah lima menit Qanita berkecimpung dengan lamunanya, kini Azzam datang bersama seorang perempuan paruh baya membawa nampan berisi makanan.

QanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang