[Redbone] Bagian Cerita Tak Berjudul

30 3 0
                                    

"Seseorang tidak akan pernah datang selama apapun aku terus menunggu.

Sepertinya aku harus menemukan orang lain. Atau orang lain yang menemukanku.

Sepertinya gagasan kedua lebih menarik. Aku harus menunggu lagi. Aku benar-benar mahir dalam petak umpet. Aku ingin ditemukan tapi aku terus sembunyi. Ada apa denganku."

Sembari memikirkan banyak hal, aku terus Menggoreskan arang pensil di atas 'potentate' dia pacar yang berisi kertas kosong yang sangat menggoda untuk dicoret-coret dan di warnai.

Kuharap akan ada seseorang yang mau menjadikan aku kertasnya. Aku ingin diwarnai, tapi dia malah pergi seakan tak mau mengenalku lagi. Sepertinya dia lupa apa yang pernah terjadi di atas lumpur saat berkemah. Hanya berdua saja. Di dalam rumahnya pepohonan hijau dan tinggi, semak-semak, dan danau sebening kristal. Tanpa sadar aku menggambar wajahnya. Dia akan menikah besok.

Aku cukup umur untuk menikah, bahkan lebih dari benar-benar cukup dari sudut pandang orang-orang. Usia 32 tahun, punya pekerjaan tetap sebagai designer grafik, juga punya pekerjaan sampingan sebagai ilustrator lepas, dan aku suka rambut panjangku.

Tapi aku juga cukup bodoh untuk melepaskan perempuan itu. Dia memintaku menikahinya tapi aku malah berkata maaf karena kupikir aku belum siap untuk itu. Aku berkata aku mencintainya tapi aku takut menikahinya. Dia terlalu sempurna untukku, bahkan dia seperti bukan dari planet bumi. Dia benar-benar cantik.

Aku memintanya menunggu dan nahas bagiku, dia akan hidup bersama orang lain dalam penghujung penantian itu. Aku membelikannya cincin tepat sebelum dia mengatakan bahwa dia akan menikahi kepala editor di perusahaan kami bekerja.

Orang itu melamarnya Minggu lalu dan gadisku, tepatnya mantan gadisku langsung menerimanya. Aku tahu, dia tidak sanggup lagi menungguku dan itu hukuman untukku.

Aku minta maaf lagi padanya. Dia malah menamparku, lalu menangis, dan kemudian pergi meninggalkanku. Suara sepatunya di lantai masih terngiang di telingaku, cara ia berjalan, rambut coklatnya yang panjang saat berlalu meninggalkanku masih bisa kulihat dengan jelas.

Aku tidak beranjak dari tempat dudukku selama 6 jam dan terus menggambar. Ditemani secangkir kopi yang kupesankan untuknya.

Di sebelahku seorang gadis muda, kira-kira berusia 15 tahun sibuk dengan laptopnya, dan earphone di telinganya. Kurus. Dia terlihat rapuh dan bisa retak kapan saja. Itu kesan pertamaku melihatnya. Jika anak ini kulikis, kira-kira judulnya apa ya?

Aku makin aneh. Aku mengomentari orang tak kukenal dalam hati.

Aku menyesal. Harusnya kulakukan saja saat dia meminta. Perempuan yang kucintai akan menikah besok, dengan kepala editor yang sangat kuhormati, dia orang pertama yang menjadi temanku saat aku pindah ke kota ini, dan orang yang akan menjaga gadisku untukku atau hanya untuknya.

Aku ingin kembali menjadi bocah lelaki lima belas tahun. Dan mungkin aku bisa mengencani bocah perempuan di sebelahku.

Aku aneh. Aku tau. Aku kehilangan. Mungkin ini judulnya.

.
.
.
.

Dear anyone who accidently read this, Hope you enjoy this ❤️

18.19
12 November 2018
_Koji

Redbone & Solo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang