[Redbone] Berakhir dan Selamat Tinggal

17 4 0
                                    

Tahukah kamu, apa yang aku rasakan ketika kamu pergi? Awalnya benar-benar biasa saja. Tapi esoknya, aku mulai memikirkan banyak hal. Kebanyakan tentang hari-hari yang banyak kuhabiskan denganmu, penyesalan, dan luka yang perlahan membesar.

Aku terbangun dengan perasaan seperti dia ada disini tapi dia tidak disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun dengan perasaan seperti dia ada disini tapi dia tidak disini. Sekarang omong kosong itu tidak terasa benar dan membuatku menyingkirkan harga diriku.

Aku telah membuat seseorang menunggu begitu lama. Akhirnya sulit baginya untuk terus melanjutkan segalanya denganku. Aku berharap bisa menjadikannya milikku. Tapi siapa aku?

Lalu seseorang menemukannya dan terlambat bagiku. Semua yang kami jalani ternyata hanya buang-buang waktu.

"Jika kau menginginkannya
Kau bisa memilikinya
Jika kau membutuhkannya
Kita bisa melakukannya
Jika kau menginginkannya
Kau bisa memilikinya"

Tepat sebelum aku benar-benar terbangun, kalimat-kalimat itu menggema didalam kepalaku yang buruknya bisa kudengar dengan jelas. Aku tertidur didalam mobil sampai siang. Sekarang pukul 11 siang dan tubuhku bau alkohol. Malam itu aku ditemani Allan, sahabatku. Dia terlihat seperti tunawisma dan dengan cara yang aneh dia bisa memikat laki-laki dan perempuan. Padahal dia terlihat berantakan.

Sekarang aku sudah tidak melihatnya. Mungkin dia sudah pergi. Allan meninggalkan mantelnya. Aku selalu penasaran, apa yang selalu dibawanya dalam sakunya? Saat dia merogoh saku, akan ada banyak bunyi mengganggu. Seperti suara kertas sobek dan di kepal.

Benar dugaanku. Ada belasan kertas kecil berisikan lirik lagu di sakunya. Salah satunya berisi seperti suara yang aku dengar sebelum aku terbangun. Ini bukan tulisannya. Pasti karya orang lain.

Ponselku berdering. Itu dari Adrew, dia seorang produser yang memaksaku menjadi ilustrator di sebuah channel YouTube. Yang aku lakukan adalah mengeluarkan imajinasi anak-anak dan menuangkannya dalam kertas bersama tinta. Cukup menyenangkan, kami telah menggambar banyak hal. Kami bahkan pernah menggambar tuhan berdasarkan imajinasi anak-anak itu. Tapi sejujurnya aku tidak terlalu suka anak-anak.

Hari ini aku punya jadwal menggambar bersama mereka. Tubuhku masih bau alkohol dan aku harus menemui anak-anak. Dan lagi aku harus menghadiri pernikahan Maria dan Jade ; mantan pacar dan teman pertamaku. Apa aku harus datang? Mereka kejam padaku bukan?

Ah sudahlah. Aku akan menerima kenyataan dan datang kesana untuk sekedar memberi selamat meski aku dendam. Semoga kehadiranku nanti disana bisa memperkeruh suasana, mengingat aku baru putus dengannya sehari setelah dia dilamar dan mereka menikah sebulan kemudian.

Sepertinya aku harus membawa seseorang bersamaku. Minimal menunjukkan pada Maria kalau aku sudah melupakan nya meskipun belum. Tapi nanti pasti hanya ada Allan. Maaf saja, aku laki-laki normal dan Allan bahkan tidak sedang bersamaku.

Tapi aku benar-benar butuh seseorang untuk pergi bersama. Ide gilapun muncul. Aku ingin menggunakan Allan dan mengatakan pada Maria kalau sebenarnya aku seorang gay. Itu tidak mustahil kalau orang yang ku ajak itu seorang Allan Achaen. Ide bagus.

"Hay sayang, kau dimana?"

"Ada apa denganmu iblis? Butuh teman?"

"Tepat sekali. Temani aku ke pesta pernikahan Marry jam 1 nanti"

"Baik, akan ku usahakan. Dah sayang. Aku mencintaimu, aku sedang sibuk. Ah, kau punya tuxedo berwarna hijau botol?"

"Tidak. Yang benar saja"

"Segera ambil ke rumahku. Kalau tidak aku tidak akan mau menemanimu"

"Tut-tut-tut"

Percakapanku dengan Allan berakhir sudah. Tapi tak apa, dia memang sedikit aneh. Aku bertemu dengannya di gay bar delapan tahun yang lalu. Aku tidak benar-benar berniat pergi kesana. Itu sebuah kesalahan. Aku memang pergi kesana sendirian. Tapi aku tidak merencanakannya karena aku tidak tahu itu adalah sebuah gay bar.

Aku masuk kesana karena aku sedang sedih. Aku baru saja putus untuk kesekian kalinya. Alasannya tidak jelas dan membuatku terus memikirkannya. Entah apa salahku. Kupikir selama ini hubungan kami baik-baik saja. Terimakasih pada gadis itu. Aku mengencaninya selama dua bulan dan kandas. Selesai. Harusnya aku berterimakasih padanya, tapi aku bahkan lupa namanya. Yang kuingat hanya, dia seorang Gujarat dan kakinya panjang.

Saat aku masuk kedalam bar waktu itu, semua orang melihatku dengan tatapan aneh. Dan semuanya laki-laki. Itu semua membuatku tidak nyaman dan merasa mual. Lalu Allan muncul. Seorang lelaki jangkung. Kira-kira tingginya hampir mencapai dua meter. Ia berlari ke arahku dan berkata "ayo kita keluar dari sini"

Apa-apaan. Dia bahkan tidak mengenalku. Kenapa dia mengajakku keluar? Rona wajahnya tidak menunjukkan kalau dia mabuk. Tapi ada ketakutan dimatanya.

Dia lalu berhenti. Kami berhadap-hadapan. Dia lalu sepertinya tersadar "oh. Maaf. Tapi sepertinya kau mengalami hal yang sama sepertiku. Kau terkejut bukan?"

"Ya. Lebih tepatnya karena kemunculanmu, bung"

"Baiklah. Aku ternyata salah orang. Maaf telah mengganggu waktumu" dia bergegas menuju pintu depan. Tapi baru tiga langkah dia menjauh dariku, ia kembali dan berkata   "Sebenarnya, aku tidak tertarik padamu. Jangan salah paham" ada raut wajah tidak enak disana.

Akupun melihat kejanggalan disini. Beberapa pria menari dan berciuman. Berciuman!! Sebelum seorang pria dengan tindikan di hidungnya datang menghampiriku. Akupun segera keluar. Butuh waktu lama untukku menyadari bahwa tempat yang kumasuki adalah gay bar.

Aku bertemu dia lagi di sebuah minimarket. Dia tengah membeli beberapa minuman dan sepertinya dia mengingat wajahku dan mulai berfantasi yang tidak-tidak tentangku. Dia berasumsi aku menyukainya dan mengikutinya hingga kesini. Mirip tingkah seorang gadis remaja labil. Padahal kami mengalami hal yang sama. Kami sama-sama dibuat patah hati oleh seorang gadis yang mulai kami cintai. Cerita mengalir begitusaja. Dan disinilah kami. Tapi jujur dia bukan pasanganku. Bukan.

.
.
.

Sial bagiku, aku salah jadwal. Harusnya kami membuat film nanti sore. Sepertinya kepalaku pernah terbentur di suatu tempat. Akupun memutuskan untuk pergi kerumah Allan. Aku meninggalkan buku sketsa raksasa yang tadi kubawa di studio. Tapi sudahlah, nanti aku akan kembali kesini.

Ketika melewati halte bus, dua pemandangan mencolok mencuri perhatianku.

Itu Allan. Si jangkung itu mengenakan tuxedo hijau dan memegang banyak balon berwarna kuning. Dia tengah membungkuk membisikkan sesuatu pada bocah lelaki yang mengenakan baju bergaris-garis vertikal merah putih dan celana pendek hitam. Allan kemudian memakaikan sebuah topi padanya.

Tak jauh dari Allan, seorang gadis berpostur mungil tengah melepas sepatu haknya. Mungkinkah gadis kecil itu target Allan selanjutnya? Semoga tidak. Anak itu mungkin masih berusia 15 tahun. Allan tidak akan melakukan hal itu.

Lampu hijau menyala, dan akupun akan segera menemui kenyataan.

Kutarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya sehemat mungkin. Lalu aku bergumam. "Selamat tinggal, Marry. Ku harap kau tidak akan mengingatku"

...

"Jika kau menginginkannya
Kau bisa memilikinya
Jika kau membutuhkannya
Kita bisa melakukannya
Jika kau menginginkannya
Kau bisa memilikinya_Redbone, Childish Gambino

...

Thanks for reading ❤
_Koji

Redbone & Solo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang