Free kelas menjadi hal yang paling di senangi semua murid, berlaki juga bagi Yaxuan. Lelaki ceria itu akan bermain sepuasnya atau melalukan lelucon bodoh yang berhasil memecah tawa teman - temannya.
Namun kali ini lelaki pemilik senyum ceria itu terlihat lebih diam dan murung dari biasanya. Bahkan Yaxuan lebih memilih menatap langit kosong di luar jendelah ketimbang menyiyakan ajakan temanya, bermain.
"Kau sedang apa?" tanya Junlin, salah satu teman sekelasnya. Lelaki itu mendudukan tubuh kurusnya di hadapan Yaxuan.
"Tak ada. Hanya melihat langit," jawab Yaxuan tersenyum simpul.
Junlin yang merasakan perbedaan sikap Yaxuan hanya bisa tersenyum simpul. "Sepertinya kau sedang banyak pikiran. Mau bercerita?" tanyanya. Yaxuan menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Kau yakin tak mua bercerita?" tanya Junlin. Lagi - lagi Yaxuan menggeleng namun Junlin tahu pandangn Yaxuan berkata sebaliknya.
"Kau tahu, aku mengkhawatirkan mu. Dari wajah mu kau terlihat tidak baik - baik saja."
Yaxuan yang sejak tadi menatap jendela kini mengalikan pandangnya pada Junlin. "Ya, kau benar," ucap pelan namun dapat di dengar jelas oleh lelaki kalem di hadapannya.
"Biar ku tebak. Kau sedang memikirkan Jiaqi gege kan."
Yaxuan refleks membulatkan matanya, terkejut. "D-dari mana kau tahu?"Junlin terkekeh kecil.
"Tentu saja aku tahu. Itu terlihat sangat jelas," ucap lelaki pemilik sepasang gigi kelinci itu. "Kau menyukainya kan. Jadi apa yang menganggu pikiran mu?" lanjutnya.
Yaxuan tersenyum malu. Sepertinya dia tak bisa membohongi temannya yang satu ini. "Karna kau sudah tahu, sepertinya aku langsung ke intinya saja."
Lelaki kalem itu membenarkan posisi duduknya, menyimak perkataan yang di lontarkan Yaxuan. Sesekali Junlin akan tersenyum karna kepolosan Yaxuan. Yang sangat jelas menyimpan rasa pada kakak tingkatnya itu.
"Ku rasa masalah mu tak serumit dugaan ku," kata Junlin berkomentar.
"Ini rumit jika kau berada di posisi ku...," ucap Yaxuan. Bibir plumnya dikerucutkan lucu. "Kau tak mengerti bagaimana rasanya menyukai seseorang yang ternyata juga di sukai sahabat mu sendiri."
"Kau tahu darimana sahabat mu itu, Chengxin gege juga menyukai Jiaqi gege?"
"Minggu lalu dia sendiri yang mengatakanya bahkan dia sudah menyungkatpkan perasaannya lebih duluh." Yaxuan yang sudah murung terlihat lebih murung lagi.
Junlin mengelus pucuk kepala Yaxuan, membari semangat. "Bagaimana dengan Jiaqi gege?"
Lelaki manis yang baru saja di elus kepalanya itu mendongkak. "Maksudnya?"
"Tadi ku bilang Chengxin gege menyatakan perasaannya. Lalu bagaimana tanggapan Jiaqi? Dia memiliki perasaan yang sama atau tidak?"
"Aku tak tahu. Aku tak punya cukup keberanian untuk bertanya."
Di tepuknya pundak Yaxuan pelan. "Kau tahu tak selamanya apa yang kau takuti itu menakutkan," ucap Junlin. "Kau hanya terlalu takut dan khawatir sehingga kebenaran di sekitarmu tak terlihat," lanjutnya.
Yaxuan mendongkak menatap Junlin yang juga menatapnya dengan penuh kepastian.
"Tanyakanlah padanya," ucap Junlin. Yaxuan tersenyum puas. Tak salah dia menceritakan masalahnya dengan temanya yang satu itu.
"Terima kasih, sekarang aku tahu apa yang harus ku lakukan."
"Semangat, semoga beruntung."
Yaxuan berlari di sepanjang koridor lantai tiga. Pandangan lelaki manis itu menjalar ke segala penjuru. Mencari sosok yang terus memenuhi pikirannya.
"Jiaqi ge!" panggil Yaxuan begitu mendapati sang gege berjalan santai di ujung koridor.
"Xuan, apa yang kau lalukan disini?"
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/167296165-288-k892372.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Love || Qixuan✔
Fanfiction"Yaxuan, let's stop being a friend." . . . Short story. Dari dari keseluruan cuman ada 7 chapter. Castnya make cpl fav aku di TYT, Jiaqi x Yaxuan. Bromance. Konflik sederhana bahkan mungkin gak berasa. Aku gak tega ngasih Yaxuan konflik yang berat :...