Terimakasih, untuk 10k❤️
Sunshines gak nyangka, dan terimakasih yang udah baca book ini dari awal. Lots of love from sunshines.Double up, karena 10k & Minions ke final! yay!
Chapter ini nyambung sama "Bahagiamu, bahagiaku" yaa.
—
Marcus Side
Semenjak insiden itu, masih ada rasa bersalah dalam diri Marcus.
Mengutuki dirinya sendiri mengapa ia begitu bodoh, sampai tidak menyadari perasaan Kevin.
Selama bertahun-tahun, ia juga salah mengartikan perhatian Kevin. Bagaimana bisa? sedangkan mereka adalah rumah bagi satu sama lain.
Setelah kejadian itu, Marcus tau Kevin gencar berhubungan dengan Aero, di sela latihan dan selesai latihan.
Yang membuat semakin sakit, Kevin sama sekali tidak menunjukan kesedihannya. Ia tetap ceria seperti biasa, latihan dan mengobrol dengan dirinya, seperti tidak ada hal yang terjadi sebelumnya
"Koh! Fokus latihannya!"
"Koh yang bener malu nanti kalo gak maksimal, kan di tonton ci Agnes!"Demi Tuhan, hati Marcus malah semakin teriris mendengar perkataan-perkataan Kevin. Bagaimana bisa? ia merasa sudah menyakiti Kevin tetapi yang disakiti, bahkan tidak bertingkah tersakiti.
"Koh, ngomong gih sama Kevin". Fajar tau, apa yang dialami Marcus sekarang.
"Ngomong apa coba jay".
"Ah lu koh! Gua tau masalah kalian belum selesai kan".
"Hehe, iya jay, nanti deh selesai tanding gue ajak ngomong. Dari kemarin, dia ngehindar kalo gue mau bahas ini".
"Goodluck koh!". Fajar menepuk bahu Marcus, meneruskan latihannya dengan Rian.—
Seharusnya, sekarang Kevin sendirian dikamar, karena Fajar sedang menemani Rian belanja. Pundung katanya. Otomatis, dua manusia itu tidak main ke kamar Kevin.
Ya, semenjak itu, Kevin memang menempati kamar sendiri. Hanya sesekali, Fajar-Rian atau Jojo-Anthony main kesana.
Marcus, sebenarnya tidak tega meninggalkan Kevin sendirian. Satu, karena Kevin kalau mimpi buruk selalu akan mencari Marcus, lalu Marcus lah yang menenangkannya.
Dua, Kevin Sanjaya ini tidak berbakat beres-beres, kalau ditinggal Marcus pasti kamarnya seperti kapal pecah.
Tiga, memang Marcus tidak mau jauh-jauh dari Kevin.
Oke, Marcus memberanikan diri memencet bel dan mengetuk pintu kamar pelan.
"Vin, ini koko, boleh buka pintunya sebentar?".
Halus, halus sekali.
Tidak lama kemudian, keluarlah sosok Kevin, rambutnya terlihat berantakan tapi lucu. Matanya sedikit mengantuk, menggunakan piyama biru donker yang agak kebesaran.
Yatuhan, lucu sekali.
Marcus tersenyum, "Boleh koko mas-". Omongannya terpotong, Kevin menghambur memeluknya erat. Menariknya masuk, tetapi masih didepan pintu yang sekarang sudah tertutup.
"Koko kenapa baru kesini sekarang? Aku gak bisa tidur, tadi mimpi buruk, sendirian gak ada koko, takut.. hiks". Air mata sedikit mengalir dari matanya.
Marcus mengusap-usap rambut Kevin lembut, "Maaf ya vin, koko baru nyamperin sekarang. Kemarin-kemarin gimana? harusnya kalo kenapa-napa langsung telfon koko aja".
"Kemarin, mimpi juga, tapi abis itu Rian dateng".
"Vin"
"Koh"Mereka berdua memanggil secara bersamaan. Akhirnya, Kevin mengajaknya untuk duduk dulu.
"Kevin, koko mau ngomong, didenger dulu ya?". Marcus berkata selembut mungkin, agar Kevin dapat mengerti dan tidak menyimpulkan sendiri nantinya. Kevin mengangguk, tanda paham.
"Kevin, sebelumnya, maaf karena koko udah nyakitin kamu. Dan asal kamu tau, selama ini koko juga salah mengartikan perhatian kamu, koko pikir kamu cuma anggep koko sebagai kakak. Kalaupun koko tau, dari dulu koko akan sama kamu. Tapi vin, koko juga sayang kamu. Koko tau kamu sekarang deket sama aer-"
Lagi, Kevin memotong omongan Marcus.
"Koh, Maafin kevin, Kevin udah coba berbagai cara, supaya bisa ngalihin perasaan Kevin. Tapi gagal, koko udah ambil seluruh hati ku. Please, bilang kalau Kevin gak salah, mungkin egois karena aku tetep mau koko sama aku. Tapi kenyataannya, sejauh mana Kevin pergi hati kevin cuma berpulang ke koko". Kevin mengakhiri kalimatnya dengan air mata yang membendung, siap jatuh kapan saja.
Semakin nyeri dada Marcus, Kevinnya ini begitu tulus.
"Kevin, sejujur-jujurnya, koko juga ngerasain hal yang sama. Kamu udah kayak rumah buat koko, dan sejauh mana koko pergi, koko akan tetap pulang ke Kevin. Izinin koko, buat tetep terus ada sama kamu, boleh? Masalah istri, nanti koko yang akan rundingkan semua sama dia". Marcus juga sedaritadi menahan tangisnya. Suaranya sedikit bergetar.
"Koh, apa perlu nanya? untuk apa? kan koko tau jawabannya". Entah setan apa yang mendorong mereka, bibir mereka saling bertautan, pelan sekali tapi pasti.
Kevin tersenyum, mungkin dia egois, salah, dan sudah jahat sekarang.
Tapi masalah hati, hati nya sudah mutlak milik Marcus, dan biarlah mereka yang mengurus apa status mereka, bagaimana nantinya. Hati mereka memiliki satu sama lain, itu yang orang lain tidak tau.
Begitupun Marcus, apapun ini, ia hanya ingin terus bersama Kevin, apapun status mereka. Marcus hanya ingin bisa bersama Kevin, seluruh hatinya dimiliki lelaki itu. Mutlak.
Satu hal yang akan selalu pasti, sejauh mana mereka mencoba untuk pergi, siapapun yang singgah bahkan mencoba mengganti. Hati mereka tau rumahnya masing-masing.
—
Maafkan endingnya seperti itu, tenang, nanti akan ada kelanjutannya kok, semoga😋.
sekali lagi makasih semuanya yang udah baca.
goodnight!
Vote & Comments?

KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us {FajRi, JoTing, MarVin}
Fanfickumpulan one-shot bxb kapal-kapal lokal. FajRi JoTing MarVin dll. - some might be 18+ you've been warned 🌚 by: fajrisunshines - 22 oct 2018 - [FIKSI ✓]