(3) ketemuan

27 9 3
                                    

Setelah menghabiskan susu yang dibuat Tianzhu, mereka berempat berangkat ke salah satu restoran yang terkenal akan gaya bangunan nya.

Untuk sampai ke restoran tersebut, mereka tidak menggunakan mobil karna jarak restoran yang dekat dari villa. Jadi mereka cukup berjalan kaki untuk sampai ke restoran tersebut.

Mereka berjalan kaki dengan santai, sesekali Tianzhu melakukan hal hal aneh yang membuat mereka semua greget atau kadang Daichi yang melontarkan pertanyaan konyol yang membuat mereka tertawa.

Setelah berjalan kaki cukup lama, akhirnya mereka semua tiba di depan sebuah restoran dengan konsep terbuka. Dari lantai dua mereka dapat menikmati indahnya pantai dan lautan lepas dengan seksama karena atap yang terbuka. Pinggiran restoran di lantai dua dibatasi oleh pagar kayu yang kuat serta rangkaian bunga yang tersusun rapi mengelilingi pagar kayu.

"Bagus banget." Komentar Daichi.

Tianzhu memperhatikan dengan seksama restoran tersebut, "Kita di lantai 2 aja yuk, biar adem bisa nikmatin udara pagi." Tianzhu menatapa pada lantai dua restoran tersebut.

Minna menoleh kearah Tianzhu,
"Gue terserah ajalah. Diatas dibawah sama aja," Sahut Minna. "Yang penting kita makan, gue laper banget soalnya."

"Udah lah dilantai dua aja, kalo kita di Seoul kan kita nggak bisa nikmatin apa yang bisa dinikmatin di lantai dua." Haerin lalu melangkah masuk duluan ke restoran tersebut.

Minna dan Daichi saling menatap, lalu setelahnya ikut masuk kedalam restoran mengikuti Haerin yang sudah masuk terlebih dahulu. diikuti oleh Tianzhu.

Sekarang mereka berada di lantai dua restoran. Mereka sedang memilih meja yang dekat dengan pinggiran restoran dekat pagar kayu, agar dapat melihat pantai dan lautan lepas.

Baru saja Daichi ingin membuka percakapan tiba tiba saja terdengar suara derap langkah yang bersahut sahutan dari arah tangga.

Mereka mengerutkan keningnya bingung.

"Itu siapa dah? Jangan jangan orang mau tauran lagi," Kata Daichi yang sudah parno duluan.

"Asikk ada tauran," Haerin Minna Daichi mendelik pada Tianzhu yang senang sendiri.

Minna memukul bahu Daichi pelan,
"Ya kali orang tauran masuk ke restoran, mau ngapain coba? Jangan ngaco deh," Kata Minna kesal.

Haerin hanya menatap malas kedua teman nya itu, "Udah si ngapain dipikirin. Biarin aja mereka mau ngapain. Emangnya urusannya sama kita apa? Nggak ada kan." 

Minna dan Daichi mengatupkan bibirnya rapat rapat, mereka tidak mau berbicara lagi entah kenapa. Tianzhu si santai.

Lalu segerombolan orang datang dari tangga.

Hening beberapa saat..

Tianzhu maupun yang lain sama sekali tidak bersuara.

Minna, Daichi dan Haerin menatap bingung Tianzhu yang hanya diam di tempat.

Daichi maju satu langkah, ia menepuk pundak Tianzhu, "Zhu! Lo nggak kenapa kenapa kan? Kok diem aja."

Tianzhu tidak menghiraukan pertanyaan yang Daichi ajukan padanya, matanya menatap lekat lekat seseorang yang berada diantara ke 17 remaja laki laki diseberang nya.

Tianzhu berjalan mendekat kearah orang tersebut secara perlahan. Langkah demi langkah ia gapai untuk sampai tepat di depan orang tersebut.

Orang tersebut juga menatap lekat lekat Tianzhu yang mendekat kearahnya.

Tianzhu berhenti ketika sudah berada tepat 2 meter di depan orang tersebut.

Yang lain hanya menonton apa yang akan Tianzhu lakukan selanjutnya.

Tianzhu menatap lekat lekat tepat dimata orang tersebut, satu kata pun keluar dari mulut Tianzhu.

"Jisung?" gumam Tianzhu. "Jisung, lo Park Jisung. Iyakan?" Tanya Tianzhu kepada orang yang berada 2 meter di depan nya.

"Tianzhu, lo Wong Tian Zhu kan? Tianzhu?" Alih alih menjawab orang tersebut malah balik bertanya.

"Ternyata bener, lo Park Jisung. Jisung akhirnya gue bisa ketemu sama lo, gue seneng banget. Kemaren lusa gue ketemu Ten dan sekarang lo," Tianzhu memekik senang ketika menyadari bahwa dia tidak salah orang. Iya jadi lusa sebelumnya Tianzhu juga bertemu salah satu temam masa kecilnya.
"Jisung lo kemana aja?"

"Lo yang kemana? Lo pindah rumah ya? Gue kan nyariin lo waktu itu. Gue juga kangen banget sama lo." Kata Jisung senang.

"Lo kenal Tianzhu, Sung?" Tanya seorang remaja laki laki lain.

Tianzhu dan Jisung menoleh,
"Lah, Jaemin? Kok lo bisa disini juga. Kalian berdua kenapa bisa disini?" Tanya Tianzhu kepada Jisung dan Jaemin. Satu informasi lagi, pada saat masa orientasi kampus kemaren Tianzhu sempat berkenalan dengan Jaemin.

"Kita ada disini karna emang kita lagi liburan aja," Jawab Jaemin seadanya.

"Kok kesini liburan nya?"

"Ya karna emang hasil diskusi nya ya kesini, ya jadi kesini. Masa hasil diskusi nya ke Hawaii tapi berangkat nya ke Suriah." Jawab Jisung.

"Ya ampun, dek?! Demi apa lo kenal Ten, Jaemin sama Jisung. Kok bisa sih? Mereka bertiga kan temen temen gue semua," Tanya Lucas heran kenapa adiknya itu bisa kenal dengan salah tiga dari teman nya.

Tianzhu mengalihkan pandangannya kearah Lucas yang bertanya pada nya.
"Ini lagi kaka ngapain ada disini segala sih? Ngancurin momen bahagia gue kan jadinya" Kata Tianzhu yang seperti biasa, dendam dengan kakak nya.
"Dan apa kaka bilang tadi? Jaemin, Jisung, Ten temen kaka? Kok bisa sih kaka temenan sama temen gue?"

"Ya suka suka gue lah, apa jangan jangan mereka temen masa kecil yang suka lo ceritain itu?" Tanya Lucas kepo.

"Iya emang, kecuali Jaemin. Kan waktu itu gue ketemu sama Jaemin pas ngejailin kaka, trus kaka ijin ke toilet pengen bersiin muka, nah pas kaka ke toilet gue kenalan sama Jaemin, pikun amat sih!" Jelas Tianzhu panjang.

"Gue nggak pikun! Gue cuman lupa dikit." Sanggah Lucas tidak terima dikatai pikun.

"Sama aja itumah."

"Beda, kata katanya aja beda ya berarti beda lah."

"Kan artinya sama kak, jangan bloon deh."

"Siapa yang bloon? Lo? Baru nyadar lo."

"Dih kok gue? Kaka lah yang bloon. Masa bedain pikun sama lupa aja nggak bisa. Lulus tk nggak sih?"

"Lulus lah."

"Nggak percaya. Kalo lulus kok nggak ada surat surat nya? Hayo kaka boong kan?"

"Ada kok, cuman nggak sengaja kebakar waktu papa lagi bakar jagung di pesta waktu itu."

"Boong! Awas aja nanti gue tanya Papa beneran. Kalo Papa bilang nggak berarti kaka boong."

"Ya terserah lah, tanya aja sana sama Papa. Kalo Papa jawab iya berarti semua jatah coklat lo buat gue selama seminggu."

"Oke, tapi kalo Papa bilang nggak berarti kebalikan nya, jatah coklat kaka selama seminggu buat gue semua."

"Oke, fix nih ya."

"Oke fix."

Haerin, Minna dan Daichi hanya menatap datar pertengkaran yang terjadi antara Tianzhu dan kakak nya, Lucas. Bagi mereka, sudah biasa menyaksikan pertengkaran kaka adik absurd itu.

Sementara teman teman Lucas yang lain hanya terdiam dengan wajah 'cengo' dan bingung.

Dalam hati mereka berkata, apa ada kaka adik jenis yang seperti ini? Jawaban nya ada karena mereka menyaksikan sendiri dengan mata kepala mereka.







TBC...

PAPER PLANE'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang