four

803 143 23
                                    

Hella🖑
.
.
.

"Sebelum baca klik vote dulu dong"
~selamat membaca

.
.
.


Aku pun berjalan keluar kelas dengan jimin

Dan mulai menunggu..
Menunggu?
Iya aku tau menunggu itu suckidㅠㅠ

menunggu di tempat tunggu karena ku rasa saudaraku mau menunjukan dirinya..

Aku sempatkan diri untuk melirik jimin sebentar,
wajahnya terlihat gelisah

Setelah lama berdiam diaman
"hujan ya?.. kamu pulang sama siapa?"
Celetuknya tiba tiba, perkataan yang keluar dari mulutnya terdengar baik baik saja..
Tapi wajahnya tidak bisa berbohong..

"Aku? Aku pulang sendiri"
Karena merasa posisi pembicaraanku sedikit tidak nyaman, jadi aku membenarkan posisi dudukku

"Bawa motor?"

"aku jalan kaki jim"
Kataku terkekeh pelan

"Loh? Terus kalau hujan gini gimana?"
Dia bertanya dengan muka polos

"ya tunggu sampai hujan reda, kau kira aku apa menorobos hujan deras sampai ke rumah"

Ntah perkataanku tadi lucu atau bagaimana,
Sampai sampai matanya itu tenggelam karena tertawa

Tapi mungkin bagus? Wajah gelisahnya tadi mulai sedikit berubah

"Berarti aku boleh ikut duduk disini kan?.. sepertinya jemputanku akan datang terlambat"

"Tentu, ini tempat umum.. aku tidak akan melarangmu duduk, kau dijemput? Aku kira pulang sendiri"

Hujan turunlah segera, aku menunggu ㅋㅋ

"Ani, aku dijemput"
Kini aku meresponnya hanya dengan anggukan..

Angin sepoi sepoi mulai menembus baju seragamku..

Brr, ini benar benar dingin

Kini langit mulai menandakan bahwa saudaraku akan menunjukan dirinya..

ya, seperti kataku..
hujan adalah saudaraku..
kalian mungkin berpikir bahwa aku sudah gila..
tapi kalian tidak tau bagaimana berada
diposisiku..

satu satunya yang bisa kujadikan tempatku menuangkan keluh kesah adalah hujan.. hujan menemaniku saat aku sendirian..
ketika rintik rintik hujan mulai menjatuhkan diri di tanah dan membuat iramanya sendiri.. itu adalah kebahagiaan kecil bagiku

🌨hujan mulai turun..

"Hey miso, apa kau suka hujan?"
Celetuk jimin tiba tiba, aku melihat kearahnya..
terlihat kegelisahannya bertambah

"Wajahmu seperti orang ketakuan, gwenchana?"

"Gwenchana"
Katanya meyakinkanku

"hujan adalah bagian dari diriku..
kau sendiri?"

"Ani, hujan adalah hal yang paling ku benci.. tiap kali hujan itu hanya akan mengingatkanku pada mendiang ayah, hujanlah yang membuat ayahku kehilangan nyawanya"
Kulihat matanya sedikit berkaca kaca

"aku turut sedih, mianhae"

Mungkin ia sudah larut dalam pikirannya
Tidak ada respon dari ucapanku tadi

Aku mengeluarkan headset dan handphone ku dari tas.. ku pasakan headset ke handphone ku

Satunya aku pasangkan di telinga kiri
Dan satunya lagi ku pasangkan di telinga jimin,
Entah ada petir dari mana yang membuatku memberanikan diri menggenggam tangannya

Ku harap itu bisa membuatnya tenang

Aku mulai berpikir,
ternyata saudaraku sendiri bisa membuat orang terluka..
sedangkan diriku sudah tenggelam di dalam hujan..
hujan memberiku kebahagiaan..
tapi baginya hujan hanya memberi kesediahan yang mendalam..
sangat bertolak belakang..

"Jika hujan seperti ini, aku akan menangis..
Tapi kali ini sangat aneh, aku merasa lebih tenang"

Aku menolah ke asal suara, wajahnya terlihat lebih tenang dari sebelumnya

"Lain kali jika hujan, hidupkan lagu dari handphonemu"
Aku yang menyadari bahwa tanganku masih menempel padanya, langsung kulepas

"Kenapa dilepas? Padahal lebih bagus seperti tadi.."

"Yak! Jangan ge-er, aku hanya ingun membuatmu tenang"
Bantahku berusaha menahan malu, jika kalian
diposisiku sekarang, aku yakin wajah kalian akan tersipu malu ㅠㅠ

"lalu.. apa yang membuatmu menyukai hujan?"

Aku menarik nafas dalam
"hujan memberiku kehangatan tersendiri bagiku, hujan ku anggap sebagai saudaraku.. hujan adalah tempatku mencurahkan semua keluh kesah, masalah yang kualami selama ini"

"kalau kau tidak keberatan..
anggap aku hujan.. kau bisa bebas menceritakan masalahmu padaku"

Deg, apa maksudnya..

"gak semudah itu jim, kita juga baru mengenal satu sama lain..
aku tidak ingin merepotkanmu dengan semua keluh kesahku..
cukup hujan yang mendengar semua masalahku,
seberapa banyak aku bercerita..
ia tidak akan protes"
Kataku tertawa pelan di akhir kata

"aku juga tidak akan protes..
karena aku hujanmu, jadikan aku hujanmu kapanpun kau mau"
Wajahnya benar benar memelas

"kenapa kau bersikeras?"

"karena kurasa tidak ada salahnya jika aku bisa menggantikan hujanmu itu"

Tin tin🔊

Klakson mobil terdengar sangat keras mengusik keheningan,
aku menoleh..
Terlihat seorang perempuan cantik, rambut pendeknya membuat nya terlihat sangat muda di tambah senyumnya yang manis sedang melambaikan tangannya,
jimin beranjak dari duduknya

"jaga dirimu, tetap diam disini hingga hujan reda ya, bye miso"
jimin melambaikan jari jari munyilnya dan menampilkan senyum manisnya kembali,

dapat dilihat jimin di sambut hangat oleh perempuan itu

aku hanya tersenyum pilu dari kejauhan.. menginginkan hadirnya sosok perempuan sepertinya

"Huft" ku hembuskan nafasku dengan kasar menyadari keinginanku tadi,
jelas itu mustahil..

_________________
Heii

Jangan lupa comment yaa ;)

-aeri

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang