ke enam -Obrolan-

199 16 2
                                    

Happy Reading~


















Suara riuh-riuh kendaraan masih jelas terdengar di telinga. Kawasan ibu kota selalu ramai menjadi pusat para warga untuk melakukan aktivitasnya masing-masing.

Saat ini dua gadis tengah duduk saling berhadapan di sebuah kafe yang terletak di tepi jalan. Terlihat seorang gadis tengah asik sendiri melumat sendok demi sendok es krim ke dalam mulutnya. Sedangkan gadis yang duduk di hadapannya hanya menatapnya jengkel.
"Katanya udah makan?!" Pekik gadis itu menatap sebal pada gadis di hadapannya.

"Iya kok, udah makan." Balasnya acuh masih sibuk mengulum es krim di mulutnya.

"Terus ini apa coba?!" Teriaknya lagi sambil menunjukkan beberapa gelas dan piring yang sudah bersih tanpa sisa di atas meja.

"Yaelah sis. Aku cuma pesen ice krim combo sweet sama kentang goreng ukuran medi. Lah punya kamu? Ada milkshake choco banana, ice krim rool, crepes, sama apa itu? Ah.. pie apple."

Gadis itu hanya tertawa renyah. Mengingat ia yang paling banyak makan ternyata.
"Hehehe...gua laper Ran. Maklum gak ada yang masakin, kan gua tinggal sendiri ngekost. Kalo lu kan tiap pagi di masakin sama Nick."

"Sembarangan! Baru kali ini doang kali aku di masakin sama Nick. Sebelumnya kan aku tinggal sendiri di jogja." Tukas nya dengan cepat.

Suasana hening sejenak. Siska menatap Rania yang masih asik memakan es krim miliknya. "By the way, gimana hubungan lo sama Nick?" Ujar Siska sedikit enggan bertanya.

"Baik-baik aja kok." Jawab Rania acuh.

"Mmmm...Lo gak ada pikiran kalo misalnya Nick itu main api di belakang lo gitu?"

Rania terdiam sesaat. Tak mungkin Nick berani main api di belakangnya. Yah bukan berarti tak mungkin tapi ia percaya pada Nick karna Nick tak akan berani menyakiti hatinya. Ia cukup yakin sebab Nick berani melamarnya di hadapan kedua orang tuanya saat itu. Saat Nick melamarnya terlihat raut wajah keseriusan dari tatapan maupun ekspresi, jadi itu menandakan bahwa Nick tidak main-main dengan apa yang ia lakukan pada saat itu.

"Gak ada. Aku percaya padanya."

Siska terdiam. Sepertinya baik Rania maupun Nick mereka saling percaya satu sama lain.
'Baguslah. Tidak salah kau memilihnya, Nick.'

Siska berdehem, jujur saja ia sedikit iri dengan hubungan Rania dan Nick. Semoga orang 'itu' cepat menyadari perasaannya dan segera melamarnya. Ia sudah cukup lelah menunggu.
"Ehhemm...gua denger kalian gak pernah pacaran sama sekali. Terus gimana lo bisa deket sama Nick?" Tanya Siska sedikit heran.

"Sederhana kok." Jawabnya simpel.

"Gimana?"

"Kita buat perjanjian."

"Perjanjian??"

"Jadi isi perjanjian nya tuh gini. Kita gak pacaran dan hanya berstatus sebagai sahabat...TAPI." ucapnya sambil menekan kata 'tapi'.

"Hubungan kita lebih dari sahabat. Dan kita hanya boleh saling berpegang tangan. Gak boleh ciuman, pelukan atau apapun itu kontak fisik selain pegangan tangan. Saat itu ia bilang akan melamarku lalu menikahi ku. Dengan syarat dari ku, jika salah satu dari kita ada yang berpacaran maka janji dibatalkan." Ucapnya selesai menjelaskan isi dari perjanjiannya dengan Nick.

Siska yang awalnya menyimak setiap perkataan Rania. Kini berakhir dengan ekspresi wajahnya yang melongo. Sedikit sulit mencerna isi dari perjanjian tersebut.
'Apa yang sederhana?! Ribet amat dah tu janji!' Batinnya menahan kesal.
"Oke, gua gak ngerti. Ribet amat janji lo. Tapi pada akhirnya si Nick nepatin juga sih janjinya. Dan akhirnya sekarang lo udah jadi tunangan nya."

Hutan PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang