kedua belas -Persiapan-

129 13 0
                                    

Happy Reading~


















Banyak orang yang berkata, jika kau pergi ke suatu tempat terlarang maka kau tidak akan selamat. Tempat yang seharusnya tidak pernah kamu kunjungi kembali.

Masa lalu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi ini mereka berkumpul di pos pendaftaran menunggu sebagian rombongan yang akan datang untuk mengikuti penjelajahan.

Selagi menunggu Nick, Rado dan Ian memeriksa kembali barang bawaan mereka. Sementara Karin dan Linda pergi ke warung setempat untuk membeli beberapa barang yang belum mereka bawa. Siska dan Rania pergi membeli beberapa minuman hangat untuk menghangatkan tubuh mereka dari suhu udara pegunungan yang sangat dingin.

"Ran, gua pergi dulu ke warung ya. Nyusul si Karin sama si Linda, gua lupa nyuruh mereka beli autan." Ujar Siska.

"Oh..yaudah aku tunggu di sini ya."

"Iya, jangan kemana-mana oke?! Tunggu!" Ucap Siska sinis.

Rania hanya memutar bola matanya malas, terlanjur hapal dengan sikap over protektif sahabatnya yang satu itu. "Iya iya"

Siska pun berlalu meninggalkan Rania sendirian yang sedang duduk sambil memegang sebuah gelas berisi teh hangat. Sekali-kali gadis itu memandang ke arah Nick yang sibuk dengan barang bawaannya. Ia pun meminum teh melati yang masih hangat itu dan menghirup aromanya yang membuatnya rileks.
"Sedang apa disini nak?"

Rania pun mengalihkan atensinya pada seorang kakek tua yang duduk di sampingnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada sebuah tongkat kayu. "Liburan kek." Jawabnya sopan.

"Kakek warga sini?" Ujar Rania basa-basi.

Kakek itu pun menggeleng.
"Kakek bukan warga sini." Ucapnya sembari tersenyum.

"Terus dimana rumah kakek?" Tanya Rania kelewat penasaran.

"Di sana." Jawab kakek itu sambil menunjuk ke arah hutan.

Rania pikir mungkin kakek ini punya villa di tengah hutan atau ia mungkin mengasingkan diri dari para warga. Mungkin itu sebabnya ia tinggal di tengah hutan. Pikir Rania berusaha berpikir positif dan mengusir segala pikiran buruknya.

Rania pun kembali bertanya pada kakek tersebut.
"Kakek sendiri sedang apa disini?"

Kakek itu masih diam menatap ke arah depan dengan matanya yang sedikit menyipit dan ia pun menjawab disertai senyum tipisnya.
"Menikmati indahnya alam."

Rania mengerutkan alisnya, jawaban kakek di sampingnya benar-benar aneh menurutnya.

Udara disini dingin tapi kakek itu hanya menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang tipis, orang yang melihatnya pun akan tahu kalau pakaian itu tipis. Sedangkan dirinya memakai pakaian tebal yang juga ditutupi sebuah jaket yang tak kalah tebal, namun ia masih merasakan dinginnya cuaca di sini.

Hingga lamunannya pun pecah ketika kakek itu kembali bergumam.

"Alam ini indah namun banyak sejuta rahasia yang mereka sembunyikan. Bukan hanya keindahannya saja. Tapi juga cerita yang mereka sembunyikan hingga menjadi misteri di kalangan manusia."

Rania pun gatal ingin bertanya, sebab ia dihinggapi rasa ingin tahu yang besar mengenai setiap perkataan kakek yang ia dengar.
"Maksudnya?"

Kakek itu pun menolehkan kepalanya menghadap Rania hingga gadis itu tak bergeming ketika melihat wajah kakek itu disertai raut ekspresi yang sangat serius.

Hutan PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang