ke sembilan -Kumpul Time-

158 14 0
                                    

Ini merukan fiktiv belaka.








Ada yang nungguin cerita ini update gak?😅

Saya cuma penasaran aja😶

Happy Reading~

"Tadaa!!" Ujar Ian sambil menunjukkan selembar kertas brosur pada ke enam temannya.

Saat ini mereka tengah berada di salah satu kafe milik Yono yang merupakan pamannya. Ke enam temannya menatap heran brosur yang masih di pegangnya.

Tanpa seizin Ian, Siska merebut kertas tersebut lalu membacanya. "Wisata camping dan menjelajah hutan? Salah satu daerah pegunungan gunung Slamet?"

Mendengar itu Ian mengangguk mantap. "Gua denger tempat itu masih baru. Terus masih asri banget dan yang paling keren tempat itu belum pernah tersentuh sama manusia. Jadi masih terjaga kelestarian alamnya. Tempat itu baru aja di temuin sama salah satu warga desa yang tinggal di sekitar hutan itu." Jelasnya antusias.

"Dan yang paling penting harganya terjangkau." Ucap Ian menambahkan.

Brakk

Siska memukul meja kafe dengan raut wajah marahnya. "Lo gila! Tempat itu belum pernah di masuki manusia. Cuma gara-gara tempatnya bagus terus murah lu mau kesana?!" Ian bungkam. Pertanyaan itu benar-benar tak bisa membuatnya berkutik.

Para pengunjung kafe pun menatap ke arah mereka karna merasa terganggu.
"Sis, udah Sis. Ga enak sama pengunjung yang lain. Mending sekarang kamu duduk dan bicarain dengan tenang oke?" Ucap Rania menenangkan Siska sambil memegang lengan Siska untuk mengajaknya duduk kembali.

Siska menghela napasnya kasar lalu kembali duduk.
"Nah sekarang kamu jelasin kenapa kamu gak setuju sama usulnya Ian?" Tanya Rania.

"Gua gak setuju karna belum tentu tempat itu aman buat kita semua. Apalagi tempat itu masih baru dan belum tersentuh sama sekali oleh manusia." Jawab Siska.

Rania menghela napasnya panjang. Ia juga sedikit ragu dengan usul Ian untuk wisata di hutan dan jawaban dari Siska yang menolak usul Ian itu masuk akal karena mengingat ia bisa melihat hantu. Ia tidak ingin melihat hal yang sangat mengerikan apalagi hutan itu tidak pernah di sentuh manusia. Bisa di tebak bahwa hutan itu tempat yang cukup berbahaya untuknya dan juga teman-temannya.

"Sis, gua rasa lo berlebihan deh. Kita wisata di sana juga ada pendampingnya. Lihat? Disini tertulis kalau kita bakal di damping sama orang yang udah ahli soal daerah di sana." Ucap Karin membenarkan. Karin menunjukkan salah satu kalimat di brosur tersebut.

"Ayolah Sis, jarang-jarang kita bisa kumpul bareng kek gini. Itung-itung liburan kita bersama Sis sebelum si Nick sama Rania nikah, kan belum tentu kita bisa kumpul lagi setelah mereka nikah." Timpal Rado.

Linda pun ikut menambahkan.
"Iya Sis, mau kapan lagi kita kayak gini? Gua setuju sama si Rado. Gimana Nick? Rania?"

Rania dan Nick saling pandang beberapa saat. Mereka masih ragu dengan jawaban mereka sendiri. Nick mendengus pasrah. "Gua tergantung jawaban Rania."

Sontak ke lima temannya menatap ke arah Rania kecuali Nick. Rania gelagapan, ia tak tahu harus menjawab apa. Yang jelas ia tak ingin ke hutan itu.

"Oke, kalo kalian semua setuju buat liburan ke sana gua pasrah." Ujar Siska tiba-tiba. Mereka semua menatap Siska tak percaya. Siska yang terkenal egois dan keras kepala menyerah dengan pendiriannya.

Ian spontan tersenyum sumringah dan langsung memeluk kekasihnya itu. "Aaaa..gue jadi makin sayang deh. Thank you sayang. Aku bakal cepet-cepet lamar kamu deh." Ucap Ian dengan segala rayuannya.

Hutan PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang