kedua -Reuni-

683 34 0
                                    

Happy Reading~

Jakarta, 28 Oktober 2017
Bandara Soekarno Hatta

"Oi... Rania!" Panggil seorang gadis dengan rambut kuncir kuda khasnya sambil berlari kecil. Aku pun menengok ke arahnya dan melambaikan tangan padanya.

"Gimana kerjaan lo?" Tanya gadis itu yang juga merupakan temanku.

"Tenang kerjaan udah kelar. Sekarang aku lagi cuti liburan." Ucapku dengan senyuman lebar. Gadis itu pun mengambil alih koper ku dan beralih pergi keluar bandara. "Hei! Kau mau bawa koper ku kemana Siska?!" Ujarku memanggil sang empunya nama.

"Kemana lagi kalau bukan ke tempat lo? Yang lain udah pada nungguin tuh."

×××

Kami berdua tiba di sebuah gedung apartemen yang cukup tinggi dan besar. Banyak bangunan pencakar langit yang masih senantiasa menghiasi kota jakarta yang tak luput dari keramaian.
Aku baru saja ingin membuka pintu apartemenku, tapi keinginan itu langsung ku singkirkan ketika dengan cepat pintu itu terbuka dan menampilkan sesosok gadis berambut ikal sedada yang dengan sigapnya menggenggam tanganku.
"Rania! Gimana kabarmu? Ku dengar kau sakit saat di jogja." Ujarnya nyaris  berteriak dengan khawatir.

"A-aku baik-baik saja kok. Karin?"

Karin menghela napasnya lega lalu menyunggingkan senyumannya. Terlihat dua lelaki berdiri di belakang Karin, yang satu menepuk pundak Karin sedangkan yang satunya lagi memegang bingkai pintu. Seorang lelaki yang menepuk pundak Karin pun menatap ke arahku dan tersenyum ramah. "Kau tau Karin sangat khawatir pada mu.."

"Bahkan Siskan pun tak kalah khawatirnya pada mu.saat ia tau kau di rawat inap." Ucap salah seorang lelaki dengan tangan bersandar pada bingkai pintu.

"Yang di katakan Rado dan Ian itu benar." Ucap Siska langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Aku sangat senang mereka mengkhawatirkan ku tapi di sisi lain aku jadi merepotkan sahabat-sahabat ku. Bagaimana tidak? Mereka yang kelewat khawatir padaku langsung menyusul ku ke jogja dengan jadwal penerbangan pertama pada jam 12 malam di jakarta. Benar-benar nekad bukan? Dan dengan seenak dengkul mereka nyengir kuda di hadapanku yang tengah berbaring diranjang rumah sakit sambil berkata 'apapun demi sahabat' memang kekanakan tapi aku cukup tertegun dengan perbuatan nekad mereka.

"Maaf sepertinya aku jadi merepotkan kalian.." Siska dan Karin menggeleng cepat. Mereka menepuk bahu dan punggung ku.
"Kami tak pernah merasa kalau kau itu merepotkan. Justru kami sangat senang kau bergantung kepada kami, itu menandakan kalau kau itu sangat mempercayai sahabatmu."
Mereka tak pernah merasa direpotkan oleh ku yang merepotkan. Justru mereka sangat senang bisa membantuku ketika aku dalam kesulitan, aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka.

Aku memeluk Siska dan Karin lalu menenggelamkan kepalaku pada bahu mereka "Aghhh...aku kangen sekali pada kalian."

"Kau tidak rindu padaku?" Ucap salah seorang dengan suara beratnya yang entah darimana asal suaranya itu. Aku menengok ke kanan dan ke kiri mencari asal suaranya namun nihil. Tak ada siapa pun kecuali 2 pria yang ada di hadapan ku saat ini. Reflek aku melangkahkan kaki ku mundur beberapa langkah hingga terasa sebuah benturan yang cukup keras.

Aku menengok ke arah belakang dan mendapati seorang lelaki tengah berdiri dengan tingginya di hadapan ku saat ini. Aku sangat mengenalnya, mata hitam pekat yang menyorot hangat ke arah ku, dia Nickolas. Sahabatku dari kecil, ralat. maksud ku yang saat ini merupakan 'tunangan' ku.

Aku melompat ke arahnya, siap untuk memeluknya dan melepas rindu yang selama ini ku simpan yang justru di sambut dengan tangan melebar siap untuk memeluk ku. Ku peluk lehernya yang jenjang dan saat kurasakan sepasang tangan memeluk pinggang ku erat, seolah tak ingin aku pergi. Padahal aku baru saja datang..

Hutan PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang