ke tujuh -Perasaan-

191 17 0
                                    

Happy Reading~












Suasana kantor kini terlihat ramai. Para pegawai sibuk membawa dokumen dan lembaran kerja lainnya berjalan kesana-kemari dengan terburu-buru karena bagi mereka waktu itu adalah segalanya.

Tak akan ada yang bisa menghentikan waktu yang terus berjalan. Walau sekalipun ingin melawan arus waktu itu sendiri. Tak ada yang sanggup untuk melakukannya.

Terlihat seorang pemuda sedang sibuk berkutat dengan layar komputer di hadapannya. Di ketiknya keyboard itu dengan cepat. Mengabaikan waktu yang terus berjalan saat ini.

Tok tok

Sebuah suara terdengar dari balik pintu ruangannya tapi ia masih sibuk dengan pekerjaannya tanpa menatap pintu tersebut "masuklah..." ucapnya membiarkan seseorang dibalik pintu untuk masuk.

Seorang lelaki yang terlihat lebih tua darinya masuk ke dalam ruangannya. "Tuan Nick..." panggil lelaki tua itu.

Nick menoleh dan mendapati seseorang yang dikenalnya tengah berdiri di hadapannya "paman Daniel?" Sapa Nick menyambut kedatangan Daniel dengan sopan.

Daniel tersenyum kecil. "Tuan.. saya datang kesini membawa beberapa dokumen untuk anda. Termasuk surat pengangkatan jabatan anda sebagai manager menjadi CEO." Tuturnya dengan jelas.

"CEO?! Bukankah itu terlalu cepat?"

Daniel tertawa kecil melihat ekspresi tuan mudanya. "Saya bercanda tuan muda."

Nick menatap datar Daniel. Sungguh ini benar-benar tidak lucu, pikirnya.
"Ayah anda tidak ingin memberi beban perusahaannya kepada anda untuk saat ini. Tentunya demi kebahagiaan anda, tuan muda."

Nick mengusap wajahnya kasar. Ia menghembuskan napasnya lega mendengar perkataan Daniel.
"Lebih tepatnya bukan sebagai CEO tuan muda. Tapi sebagai Direktur Utama." Sambungnya lagi.

"Oh.."

"Anda tidak terkejut?"

"Ayah sudah memberitahuku."

"Yahhh...jadi tidak surprise tuan muda." Celetuk Daniel pada Nick.

Daniel adalah orang kepercayaan ayahnya atau sebut saja tangan kanan ayahnya. Ia mengabdi pada ayahnya saat ayah Nick menikah dengan ibunya, Alexa. Hingga Nick lahir di dalam keluarga kecil mereka.

Pertemuan keduanya adalah takdir dan justru yang mempertemukan keduanya adalah Daniel sebagai jembatan penghubung keduanya. Hingga terjalin keluarga Nick saat ini yang cukup bahagia. Nick sendiri sudah menganggap Daniel seperti pamannya sendiri karna mereka cukup dekat saat Nick masih kecil.

"Bagaimana hubungan anda dengan nona Rania?" Tanya Daniel.

"Kami baik-baik saja. Hanya saja aku masih rindu padanya." Sepertinya Nick benar-benar merindukan Rania saat ini. Walaupun tadi pagi ia bersama Rania.

"Aku khawatir padanya saat ini. Tadi ia terlihat pucat dan sepertinya ia sedang sakit." Lanjutnya bercerita. Daniel menatap ekspresi Nick yang sekilas terlihat sendu.

"Kalau begitu temuilah dia. Serahkan sisanya padaku." Ujar Daniel. Sesaat Nick tercengang.

"Tapi pekerjaan ku?"

"Pekerjaan anda sudah selesai. Tuan hanya ingin anda menghabiskan waktu bersama nona Rania dan teman-teman anda. Manfaatkan lah waktu sebaik mungkin tuan muda." Jelas Daniel sambil tersenyum ramah pada Nick.

Nick mengambil coat berwarna abu-abu miliknya yang tergantung sesaat di tempatnya di sudut ruangan kerjanya, lalu memakainya. "Kuserahkan padamu paman.." Nick pergi berlalu dari ruangannya meninggalkan Daniel seorang.

Hutan PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang