01. She's Winter,

1K 236 8
                                    

a story written by idewsmile

a story written by idewsmile

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yoo Karina mengisi daftar hadir dengan pikiran kacau. Ia berulang kali menarik mafas lalu menghembuskannya dengan gumaman aneh yang tak tentu. Karina bahkan hampir salah mencantumkan namanya, alih-alih menulis namanya ia malah menulis Kim Minjeong— yang langsung ia coret tanpa rasa menusiawi agar tidak ada yang melihat.

“Kau terlalu banyak melamun, Dokter Yoo—”

Karina mengangkat wajahnya dan menemukan Ning Yizhuo berdiri dibalik meja resepsionis yang sepi.

“Ningning–” gumamnya tipis. “Apa yang kau lakukan, beralih profesi?” tanyanya malas.

Ningning mendengus, “Vivian, bisakah kau memanggilku Vivian saja? Lagipula harusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan disini?” Ia mengecek jam dipergelangan tangannya, “Sudah jam satu pagi, dan apa yang kau lakukan?”

“Tanda tangan,” jawab Karina sembari mengangkat papan berisi daftar hadirnya yang panjang.

“Kau bisa melakukannya tadi malam, bukan pagi buta seperti ini. Tidak ada pembedahan hari ini, apa yang membuatmu bertahan sampai jam satu pagi, Dokter Yoo?” Ningning menumpu dagunya dengan telapak tangan yang bersangga diatas meja.

“Tidak ada apa-apa.” jawabnya kesal.

“Karena pasienmu? Karena Nona Kim Minjeong?”

Tepat.

Karina mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Matanya menatap kertas dihadapannya tanpa berkedip hingga terasa perih dan kering.

“Kau tidak bilang jika Kim Minjeong adalah ad—”

“Aku juga tidak tahu.” potong Ningning begitu cepat. “Aku tidak tahu sama sekali jika Kim Minjeong adalah adiknya Kim Yeoreum,”

Karina diam beberapa detik. Ia memasukkan pena kedalam saku jas dokternya dan tersenyum tipis pada Ningning yang memandangnya khawatir.

“Aku hanya terkejut.” ucap Karina. “Kim Minjeong nyaris berada di ambang kematian bahkan sebelum aku mengenalkan diri. Itu membuatku takut dan bersalah,” ia membasahi bibirnya yang kering.

“Aku harap keadaannya semakin membaik,” Ucap Ningning.

“Aku mengharapkan keadaannya semakin baik pula.” Karina tersenyum ke arah Ningning. “Aku pamit pulang,”

“Hati-hati,” nadanya ramah dan bersahabat.

Karina mengangguk dan berjalan menjauh dari Ningning yang masih lekat memandang punggungnya.

.

.

.



HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang