5

145 5 4
                                    

"Mi,aku laparrr" rengek cak abik pada umi nya yang sedang nderes qur'an di depan televisi,umi nya terus melanjutkan nderesnya dan tak menghiraukannya membuat cak abik semakin gemes dengan umi nya ini.
"Ah umik gak asik deh" ucap cak abik kini menyandarkan kepalanya di kaki umiknya yang selonjoran dikursi panjang sedangkan dia sendiri duduk dibawah menselonjorkan kaki nya juga.
"Lapar yo sana ambil makanan di dapur to le"
"Malu mi,ada mbak ratih sama mbak mila motongin satur didapur"
"Halah kamu itu,dulu waktu kamu kecil byasanya juga dimandiin sama mbak ratih"
"Ihhh umikk" wajah cak abik blushing malu sekali mengenang masa kecilnya yang biasa mandi di pancuran samping ndalem bersama ubik kembaranya tanpa pakaian dan ditunggu sama mbak mbak ndalem karena umi suka marah marah menunggu mereka mandi tidak selesai selesai
"Mbak ratih,sayuran e smpyn potong dibelakang aja,abik mau ambil makan malu katanya"
Umi nya tertawa setelah itu,berbeda dengan abik yang mulutnya bisa dikuncrit sekarang,ratih dan mila membawa sayuran ke belakang ndalem,abik langsung bangkit mengambil makan dan kembali duduk dibwah umik nya untuk makan,.
"Dedek mu mana ab?"
"Ke pondok putri kali,ngintipin mbak mbak"
"Heh kamu itu"
"Hehe,mi yang kemarin kesini siapa mi?"
"Yang mana to le?"
"Ituloh yang abik umi suruh salaman"
"Owalah,masak kamu lupa sama mbak uma sama mas ali yang rumahnya kediri itu lo le"
"Ndalem nya yang besar itu to?yang dulu umi ajak abik kesana terus mampir ke simpang lima gumul sama air terjun apa itu mi?lupa abik"
"Dholo le"
"Oh iya,yang umi ngos ngosan waktu sampai air terjunnya kan"
"Iya le,jan subhanallah tenan le"
"Eh mi,emangnya kenapa teman umi kesini?kayaknya umi cerita teman umi mbak uma itu sebulan lalu sudah kesini?"
"Iya le,sebulan lalu cerita anaknya sudah mau wisuda,pngen nikah,ternyata santri sini yang diincer"
"Terus?"
"Ya kemarin tak ketemukan sama yang di senengi anaknya"
"Emang siapa mi?"
"Masih sma,namane shakila anak semarang"
"Ha?masih sma mi?mau anaknya?"
"Umi sudah hubungi orang tuanya,orang tuanya terima,kemarin cuma ngasih tau aja gak tanya mau apa nggak"
"Ya allah umi ini,kasian banget si shakila itu,dijodohin gak dilasih tau pula siapa calonnya"
"Sebenere shakila udah tau ok sama adhim itu,umi udah yakin kalau dia bakal bisa menerima,eh sudahlah kamu kok malah tanya tanya itu,sudah sana lanjutin makanmu"
Bu nyai ilma kemudian pergi keluar ndalem ingin jalan jalan ke pondok

_
"Dek sha,jajanmu kok buanyak"
"Hehe iya mbak ma,dibawain kemarin"
"Sama?"
"Itu temennya yai" jawab shakila menunduk
"Owalah jadi bener to?yaudah kali sha gak usah malu gitu,bysa aja,mbak* ndalem juga banyak yang dapat jodoh dari yai kok"
"Eh iya mbak"
"Sha temenin aku yuk,ke kantin depan mau beli handbody sama bedak gatel"
"Oh ayo mbak"
Shakila memakai kerudungnya lalu mengikuti mbak ema keluar kamar,mereka melewati depan ndalem,shakila langsung menunduk,dia jadi teringat kemarin,ah sedih rasanya.
Bu nyai ilma yang baru keluar ndalem melihat shakila dan temannya lewat,tapi mereka berdua tak melihat bu nyai karena masih di depan pintu dan teras ndalem ada sekat kayu pring.bu nyai suka melihat shakila yang bisa ceria bisa kalem,cantik juga.ah andai mendapat menantu seperti shakila.

.
Pulang dari kantin shakila ke kantor untuk menelpon ibunya,dia rundu sekali ibunya
"Assalamualaikum ibuk"
"Waalaikumsalam ndukk,gimana kabare?gimana sekolahe?betahkan di pondok?"
"Aduh ibuk,alhamdulilah kabar shakila sehat selalu juga berkat doa ibuk sekolah lancar,di pondok juga betah.ibuk gimana?"
"Alhamdulilah ibuk sehat"
"Ibuk,ibuk tau shakila kemarin ada yang meminangkan?" tebak shakila
"Iya nduk,maaf ya nduk ibuk sama bapak gak tanya sama kamu,soale ibu nyai ilma bersama yai sendiri yang datang kesini nduk,ibu yakin dia akan menjadi imam yang baik buat kamu,kamu yang ikhlas ya,semoga dengan menuruti abah dan ibu nyai ilmu kamu manfaat"
"Amin,yasudah buk,shakila mau istirahat dulu"
"Iya nduk,maaf ya nduk"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Setelah membayar uang untuk telfon shakila kembali kekamar lalu merebahkan diri dan menangis dalam diam



Maafkan typo

KAKANG SANTRI!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang