Dear Dia 1

2.9K 109 7
                                    

Dia Siapa?

Suara kendaraan sudah mulai terdengar bising, sudah saatnya hari di mulai. Namun, cowok tukang tidur itu masih betah di kasur empuknya. Tidur tengkurap dengan setengah telanjang, kamarnya sudah mirip seperti gudang, baju, celana, jaket, kaos kaki berserakan bukan pada tempatnya.

"RAZEN! Buka pintunya! Jam berapa ini? Kau belum bangun juga? Jika dalam lima menit tidak bangun, akan aku bongkar kamarmu!" teriak wanita separuh baya itu layaknya toak.

Cowok bernama Razen Al Juan itu langsung terbangun dan menyibakan selimut tebalnya. "Iya, Ma, aku sudah bangun!" teriak Razen keras, meski matanya masih tertutup karena mengantuk.

"Mama tunggu di bawah, cepat mandi … antar aku ke super market!" seru Gina dari balik pintu.

"Hoaaaamm tidak ada hari minggu yang menyenangkan untukku? Payah," jengkel Razen.

Cowok itu langsung bangkit dari duduknya, tidak menghiraukan pakaian yang berserakan di lantai dan sofa kamarnya—melewatinya bagai kotoran ayam di halaman rumah.

"Berulang kali, kau menyakiti, berulang kali, kau hianati, sakit ini coba pahami, ku punya hati bukan tuk di sakiti." Sambil menggosok tubuhnya dengan sabun, Razen terus bernyanyi bagai penyanyi bersuara sumbang, dan berhasil mengusir lalat untuk tidak hinggap.

Setelah selesai, dengan handuk yang di gosokkan di kepala dan celana panjang jeans yang sudah di pakai, Razen berjalan ke kamar sambil terus menggosok rambut basahnya.

"ASTAGA! Kau siapa? Kenapa kau duduk di kasurku? Hei! Tidak sopan sekali, masuk ke kamar pria sembarangan!" cerocos Razen kesal pada gadis asing yang sudah duduk di kasurnya, dengan wajah polos dan baju serba putih itu.

"Di tanya malah diam saja. Kau itu siapa?" tanya Razen makin kesal, dan melempar handuk putihnya ke sofa dan mendekati gadis aneh itu.

"Benar-benar kau ini!"

"Kau siapa?" tanya gadis itu membuat Razen mengerutkan dahinya.

"Hahahaha, aku yang gila atau kau? Seharusnya aku yang tanya kau siapa? Kenapa kau masuk ke kamarku? Gadis aneh!" cela Razen, terheran dan bingung.

"Aku masuk lewat tembok, dan aku tidak tau kenapa aku kesini. Aku juga tidak tau kenapa kau melihatku, apa kau juga bisa menyentuhku?" tanya gadis itu polos, tetapi terdengar sangat aneh di telinga pemuda tampan itu.

"Apa? Kau sudah gila? Masuk lewat tembok? Memangnya kau jin?" Pemuda itu terkekeh geli, sekaligus ngeri.

"Dengar, ya … sesama manusia sudah pasti bisa saling menyentuh, jangan mengigau," kekeh Razen bergeleng.

Tiba-tiba gadis itu memeluk Razen yang masih setengah telanjang, memastikan bahwa dirinya bisa menyentuh manusia hidup itu.

"Hei, apa-apaan ini!"

Razen langsung menyingkirkan tubuh gadis itu. "Kita bisa bersentuhan? Bagaimana bisa? Dan kau bisa melihatku?" tanya gadis itu membuat Razen bingung dan sedikit takut.

"Kau benar-benar aneh. Pulang sana!" usir Razen mendorong gadis itu pelan.

Gadis itu menggaruk kepalanya yang gatal, sejak lama—baru kali ini ada manusia yang bisa melihatnya, bahkan ini membuatnya sangat terkejut hingga kehabisan kata.

"Kau tau aku sudah mati?" ujar gadis itu pada Razen.

Razen terdiam sejenak, lalu terbahak dengan ucapan tak masuk akal gadis di hadapanya. "Kalau kau sudah mati, tidak mungkin kau ada di sini … dan tidak mungkin aku bisa melihatmu, payah!" ucap Razen bergeleng heran.

Dear DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang