Dear Dia 16

472 28 7
                                    

Inikah Takdir

Kedua cowok itu berjalan beriringin dengan merangkul bahu satu sama lain.

"Hei, semalam kau kemana? Kenapa pulang tidak mengabariku, huh?" tanya Nino dengan wajah menuntutnya.

"Aku pergi dengan Diava," jawab Razen memainkan matanya.

"Lalu di mana Diava? Apa dia bersama kita?" tanyanya lagi, setia berjalan bersama.

"Diava tidak pernah masuk ke area sekolah, No." Sontak, jawaban Razen membuat Nino memekik.

"Apa?" pekik Nino membuat Razen menutup telinganya terkejut.

"Diava tidak pernah masuk ke area sekolah?" tanya Nino memastikan pendengarannya, dan Razen mengangguk jujur.

Dengan wajah syok dan mulut ternganga, Nino tidak mempercayai ucapan Razen. Sudah bisa di pastikan kemarin dia bicara sendirian selama di area sekolah. Nino pikir Diava berada di sampingnya setiap saat, bisa jadi Diava pergi tanpa Nino tau, dan dia bicara sendirian. Masih beruntung tidak ada yang melihatnya, jika ada, Nino akan sangat malu.

"Memangnya kenapa?" tanya Razen penasaran.

"Tidak apa-apa," jawab Nino tersenyum kaku.

Seandainya Razen tahu Nino bicara sendiri sepanjang sekolah, pemuda itu akan menertawakan Nino hingga mati. Sungguh dia tidak rela, lagi pula Nino mendapat kesulitan karena tidak melihat Diava.

"Ngomong-ngomong, kemarin aku melihat Diava di London, sangat mirip dengan Diava, aku pikir Diava mengikutiku ke London," cerita Razen masih sangat mengingat kejadian aneh yang dia alami.

"Sungguh? Seperti apa wajah Diava?" tanya Nino sangat penasaran.

"Diava itu sangat cantik, yang jelas dia sangat manis," jawab Razen, memancing penasaran Nino.

"Ah, aku sangat penasaran," kesal Nino karena tidak bisa melihat Diava.

"Akan aku tunjukan gambaranku padamu. Aku menggambar Diava, tapi ada di rumah, aku tidak membawanya."

"Nanti sore aku kerumahmu."

"Siap."

________

Setiap memastikan Razen masuk ke sekolah Diava selalu pulang, atau sekedar melihat pelayan rumah Razen bersih-bersih, sesekali jahil pada mereka.

"Hei, apa ini?" gumam Diava saat menemukan kotak di bawah meja belajar Razen.

Karena penasaran, gadis itu membuka kotak berwarna coklat, setelah melihat isinya gadis berambut lurus itu bergeleng karena hanya ada tumpukan kertas.

"Untuk apa Razen menyimpan ini?"

Diava merapikan kertas-kertas itu dan sesekali melihat-lihat. "Razen suka menggambar, ya? Sangat keren. Hei ini orang tua Razen, ya Tuhan, sangat persis, tidak aku sangka Razen punya bakat terpendam. Aku semakin menyukainya. Hei, ini, kan Spiderman, wah keren! Ini bukanya …," ucap Diava menggantung, mengambil kertas yang menarik perhatiannya.

"Aku? Razen menggambarku? Ini sangat keren, aku sangat menyukainya, sangat-sangat menyukainya!" seru Diava begitu senang karena Razen melukis dirinya, karena semua lukisan Razen adalah yang pemuda itu sukai. Diava jadi merasa Razen menyukainya.

Dear DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang