Dear Dia 3

754 62 4
                                    

Dia Mulai Aneh

"Jangan ikuti aku, aku mau tawuran."

Kata-kata itu selalu menghantui pikiriannya sejak tadi sore. Meski begitu, Diava tidak punya keberanian untuk melihat Razen yang benar-benar tawuran.

"Bagaimana keadaan Razen sekarang? Ini membuatku gila!" gerutu Diava begitu frustasi.

Meski belum lama mengenal Razen, Diava mulai memahami cowok brengsek itu. Selain suka tawuran, tidak tau aturan, benar-benar badboy kelas atas, meski begitu Diava juga tau sifat kekanakan Razen. Baginya, pemuda itu adalah cowok polos yang jujur.

Gadis itu masih mondar-mandir di atap gedung, bingung apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Kau di sini?" tanya cowok yang sedang memegangi wajahnya itu sambil meringis.

"Kau benar-benar tawuran? Lihat keadaanmu … kau begitu berantakan. Bagaimana kalau Mama-mu tau, dia pasti sangat menghawatirkanmu, Zen," oceh Diava hanya di tanggapi senyuman tipis dari arah Razen.

"Kau lupa kalau orang tuaku sedang ke luar negeri? Mana mungkin mereka tau," jawab Razen seperti biasa, begitu santai.

"Dasar payah! Katanya kau berandalan, tapi babak belur juga!" tuturnya Diava mengejek.

"Apa kau tidak bisa membantuku selain mengoceh? Kepalaku sakit," ucap Razen memegangi kepalanya yang terasa pusing akibat pukulan tadi.

Diava mendekat dan duduk berselonjor agar Razen bisa berbaring. Belum juga bibirnya menyuruh, Razen sudah berbaring di pangkuannya tanpa diminta.

"Aku sangat pusing," adunya memejamkan matanya.

Bisa Diava lihat wajah lebam Razen, meski dia akui pemuda itu begitu tampan, dengan hidung mancung dan kulit putihnya, tetap saja Razen adalah manusia badboy terlaknat.

"Apa kau biasa melakukan ini? Maksudku … tawuran dan berantem?" tanya gadis hantu membuat Razen membuka matanya, . Diava sedikit menegak saat manik Razen menatapnya.

"Iya, setiap aku mau," jawab Razen enteng.

"Benar-benar orang aneh," gumam Diava dapat ddengar manusia di pangkuannya.

"Kau yang aneh, kau bilang sudah mati tapi aku bisa melihat dan menyentuhmu. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Razen begitu penasaran. Sampai saat ini masih bingung dengan penglihatannya.

"Sepertinya kau memiliki mata batin, wajar jika kau bisa melihatku," jawab Diava seraya berpikir.

"Mata batin? Bahasa apa itu, aku tidak tau," acuh Razen tak peduli.

"Kau bilang kau bukan hantu jahat, berarti ada hantu jahat?" tanya Razen begitu penasaran dengan dunia milik Diava.

Tentu dia ingin tahu, dunia seperti apa yang berbeda dari dunianya.

"Tentu saja, tidak semuanya baik," jawab Diava.

"Suatu saat kau tidak berniat membunuhku, kan? Kau bilang kalau aku mau berteman denganmu, kau akan melindungiku, bukan melukaiku?" tanya Razen, bagaimanapun dia hawatir jika suatu saat Diava menginginkan kematiannya, apalagi gadis itu bisa menyentuhnya.

Dear DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang