Dear Dia 5

685 50 2
                                    

Membuat Dia Sedih

Kini jari Razen mengetuk bosan meja makan. Tidak ada makanan di meja, hanya ada air minum dan buah-buahan. Sedari tadi semua orang diam hanya karena ketiga orang yang duduk itu diam.

"Baiklah, aku akan bicara lebih dulu. Apa kau tawuran, lagi?" tanya Roi selembut mungkin, karena yang dia hadapi sekarang adalah permen karet.

"Tidak," jawab Razen singkat.

"Jei, siapa yang mengajarimu berbohong?!" teriak Gina yang memang tidak bisa bicara pelan pada Razen, meski begitu—anaknya tau, dia itu sangat menyayanginya.

"Kalau sudah dapat laporanya, kalian tidak perlu bertanya lagi padaku, kan?" ucap Razen begitu santai.

"Ronal, laporkan kegiatan Razen selama seminggu ini," pinta Roi pada Ronal—selaku pengasuh Razen sekaligus pengurus rumah.

"Tuan muda tawuran tiga kali dalam minggu ini. Tuan Razen juga jarang makan, sering tidur malam, bahkan kemarin sempat pulang pagi."

"Pulang pagi?" tanya Gina tidak percaya.

"Iya Nyonya."

"Aku tertidur di gedung, jadi pulang pagi. Saat itu aku begitu pusing setelah tawuran," jelas Razen jujur.

"Benar-benar anak ini tidak ada berubahnya, ya?!" seru Gina gemas sendiri dengan sikap putranya.

Diava yang menyaksikan hanya heran dengan tingkah Razen yang begitu pembangkang. Ia tidak tau alasan Razen bersikap begitu.

"Tapi ada sedikit perubahan dari Tuan muda. Tuan Razen mandi setiap pagi, dan kamarnya juga sedikit lebih rapi dari biasanya."

"Benarkah? I-itu cukup bagus," puji Gina sedikit lega, setidaknya ada sedikit perubahan baik dari Razen.

Hanya saja perubahan itu terjadi atas bantuan Diava. Jika bukan hantu cantik itu yang merapikan kamar Razen, kamar pewaris Juan Grup itu masih seperti tempat pembuangan sampah paling keren.

Razen menoleh pada Diava yang berdiri di samping Ronal. "Itu berkat aku," ucap Diava sombong membuat Razen mendengkus.

"Hanya itu perubahanya? Bagaimana dengan sekolah?" tanya Roi masih tidak puas.

"Di sekolah, Tuan muda baik-baik saja. Selalu mengikuti setiap pelajaran, tidak pernah bolos. Tapi aku mendengar isu kalau Tuan muda dekat dengan gadis terbaik di sekolahnya," jelas Ronal secara detail, memang sudah pekerjaan pria itu memberikan laporan tentang Razen, bahkan hal sekecil apa pun tidak boleh terlewatkan.

"Apa kau punya pacar? Gadis terbaik di sekolah?" tanya Gina antusias.

"Aku hanya berteman denganya, tidak pacaran. Aku tidak tertarik untuk pacaran," tegas Razen.

"Kau harus ingat, Zen, kau adalah pewaris tunggal. Suatu hari kau harus meneruskan bisnis orang tuamu, jangan bermain-main … mengurus perusahaan tidaklah mudah, kau harus mampu menyelesaikan permasalahan dan menstabilkan keuangan keluarga jika terjadi sesuatu," tutur Roi memberi wejangan.

"Aku tau, tapi belum saatnya aku memikirkan itu," sahut Razen santai, membuat Roi menggertakan giginya. Namun, Gina sudah memberikan pelototan agar Roi tidak termakan ucapan Razen.

Dear DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang