Dear Dia 21

596 42 28
                                    

Terkejut?

Razen berjalan cepat meninggalkan Nino yang begitu lamban, bukan tanpa tujuan, melainkan ada santapan lezat yang Razen incar sepagi ini.

"Selamat pagi, Kak," sapa Razen pada Niza, dan gadis yang tengah mendengarkan musik itu melepas earphone segera. Sempat mendengar sapaan Razen hingga menimbulkan kerutan di dahinya.

"Kak?" tanya Niza memastikan.

"Iya, Kak Niza," ulang Razen membenarkan.

niza tak mengerti dengan sikap Razen yang aneh memanggilnya 'kak' itu.

"Kau bingung?" tanya Razen menggoda, dan Niza mengangguk kaku.

"Aku menyukai adik perempuanmu, jadi, aku memanggilmu Kak," jelas Razen semakin menimbulkan kebingungan bagi Niza.

"Adik? Aku tidak punya adik, a-aku anak tunggal," tegas Niza, sangat terlihat sensitif.

"Ah, kau masih bersandiwara saja. Aku menyukai adikmu, Diava Nisa," ucap Razen tersenyum sumringah, menyadari tindakannya menyudutkan gadis di hadapannya.

Niza tidak sengaja menjatuhkan ponselnya, membuat Razen yakin kalau gadis itu terkejut atas ucapannya.

"Aku tau dia sudah mati, tapi dia masih di sini bersama kita. Mungkin terdengar mustahil, tapi kenyataanya dia selalu ikut aku ke sekolah, bahkan sering melihatmu, meski tidak menyapa," ungkap Razen sengaja terdengar menekan.

"Apa maksudmu? Sudah aku bilang aku anak tunggal!" tolak Niza meski hatinya sudah merasa ketakutan.

"Jangan membuat Diava kecewa, jika dia dengar, dia semakin kecewa padamu Kakak ipar."

Dari mana Razen mengenal Diava? Ke-kenapa dia bilang kalau aku kakak iparnya? Apa yang terjadi? Apa Diava benar-benar kembali?. batin Miza ketakutan, meremas jemarinya.

"Diava sudah mati," ucap Liza terdengar serak.

Akhirnya kau mengakuinya. batin Razen.

"Memang sudah mati, tapi bukan berarti hilang selamanya. Buktinya, aku bisa berkomunikasi dengannya, bahkan aku menyukai adikmu yang manis itu." Ungkapan Razen terdengar begitu horor bagi Niza. Sesuatu hal yang tidak logis.

"Kau sudah gila?" tanya Niza meremas roknya gelisah.

"Aku tidak mungkin mengenal Diava jika bukan dia yang datang sendiri, karena aku sekolah di sini saat dia sudah mati bukan? Dan kemarin kau sempat tidak mengenal Diava, contoh yang buruk ck ck ck." Razen berdecak heran, guratan emosi terlihat di matanya.

"Kau bercanda, ya?" tanya Niza menahan takut, meski Razen tetap bisa melihat ketakutan gadis berwajah dua itu.

"Saat di rumah sakit, kotak makan itu tidak jatuh sendiri, melainkan Diava yang menyambarnya," jelas Razen semakin mengerikan di telinga Niza.

"Hei, ada apa? Apa ada berita bagus?" tanya Nino setelah berhasil menyusul Razen.

"Kami sedang membicarakan Diava," jawab Razen.

"Diava? Gadis hantu yang cantik itu? Apa dia di sini?" Antusias Nino begitu polos, tidak tahu bahwa Razen memang memancing Nino agar Niza ketakutan dan percaya bahwa Diava masih ada, dan berhasil, Niza semakin mempercayai perkataan Razen bahwa Diava kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang