Dear Dia 19

598 36 14
                                    

Apa Hubungannya?

Razen berjalan cepat menyusul gadis yang tengah di kerumuni para fansnya itu. Berdiri di tengah-tengah kerumunan, membuat para siswa itu menjauh ketika melihat wajah garang Razen, tau bahwa cowok itu membutuhkan ruang, mereka semua menjauh, tidak mau berurusan dengan preman sekolah.

Niza yang tau Razen menjauhkan para fansnya, langsung tersenyum senang. Namun, tidak saat melihat wajah Razen dengan tatapan tak biasa itu.

"Siapa Diava?" tanya Razen to the point.

Niza mengerutkan dahinya tidak mengerti saat mendengar nama itu. "Apa maksudmu, Zen? Aku tidak mengerti," tanya Niza tidak paham.

"Aku tanya sekali lagi, siapa Diava bagimu?" tanya Razen tanpa penjelasan.

"Diava siapa? Aku tidak mengenalnya," jawab Niza masih tidak paham dengan maksud pemuda di hadapannya.

Diava tidak akan ketakutan tanpa alasan, bahkan menyebut Niza iblis, tapi kenapa Niza terlihat tidak mengenal Diava. batin Razen yang melihat Niza memang tidak mengenal Diava.

"Kau tidak mengenal gadis bernama Diava?" tanya Razen memastikan sekali lagi, dan Niza bergeleng tanda tidak mengenal.

Setelah mendapat jawaban itu, Razen langsung pergi begitu saja, meninggalkan Niza yang kebingungan dengan sikapnya. Bukan hanya menjauh, tapi pemuda itu juga bersikap dingin pada Niza.

Razen berjalan cepat menuju parkiran. Sekolah sudah bubar setengah jam lalu, tetapi masih banyak siswa berkeliaran di sekolah. Razen menuju ke rumah Nino, tempat nara sumber utamanya saat ini. Sebelum Razen pindah ke sekolah Gleam high shcool, ada banyak cerita yang Razen tidak tau, dan sahabatnya itu sudah sering menceritakannya. Tetapi, Razen terus tertawa mendengar cerita Nino yang baginya konyol dan tidak masuk akal. Namun, sekarang Razen membutuhkan informasi itu.

Memarkirkan motornya di pekarangan rumah Nino, lalu masuk ke dalam rumahnya tanpa salam, seperti biasa karena para penjaga rumah Nino sudah hafal dengan sifat Razen, putra Bos dari Bos mereka. Ya, Ayah Nino bekerja sebagai Manager perusahaan orang tua Razen sejak lama, sehingga keduanya bersahabat begitu saja.

"Arrghk!" teriak Nino saat Razen masuk ke kamarnya begitu saja saat dirinya sedang berganti baju.

"Tidak bisakah normal sedikit? Kau hanya hendak memakai celana bukan memakai dalaman," ucap Razen jengkel.

"Kau membuat jantungku loncat ke atap, bagaimana bisa normal?" kesal Nino setelah menyelesaikan memakai celana.

"Ada apa kau ke rumahku? Mau belajar matematika? Aku tidak mau, menghitung anak kelinci di rumahku saja kau tidak bisa," ucap Nino menolak sebelum mengetahui alasan sebenarnya.

"Hei, bagaimana bisa menghitung anak kelinci di rumahmu? Mereka terus berlarian, dan aku tidak tau mana yang sudah aku hitung dan mana yang belum!" elak Razen, masih merasa pintar.

"Tetap saja kau tidak bejus."

"Aku kesini bukan untuk itu," ucap Razen menarik kursi belajar Nino lalu duduk menghadap pemuda berkemeja kotak yang duduk di ranjang.

"Ceritakan padaku soal sekolah, apa yang terjadi sebelum aku datang?" pinta Razen membuat Nino menatapnya datar.

"Kau serius? Sejak kapan kau percaya ceritaku? Nanti kau tertawa, aku tidak mau," tolak Nino.

Dear DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang