Bertemu kembali

1.6K 103 5
                                    

Segerombol siswa kelas 2-2 keluar melalui pintu belakang kelas. Satu persatu dari mereka menyapa lalu melewati sarada.

Namun, hal tak terduga terjadi.

.
.
.
.
.

Laki-laki bersurai kuning itu terkejut ketika melihat seorang perempuan yang sangat familiar di matanya.

Tentu saja ia tak lupa pada wajah itu. Wajah yang 2 tahun yang lalu ia tinggalkan tanpa ucapan selamat tinggal.

Wajah itu milik sarada...

Sarada terliat sangat terkejut melihat sosok laki-laki yang pernah memberikan luka di hatinya.

Sedetik kemudian sarada berlari menuju kelas chocho. Tanpa ia sadari laki-laki itu menatap punggungnya yang mulai menjauh dari pengelihatannya.

'masihkah kau membenciku?'

-•-•-

Kejadian itu terus saja berputar di otaknya. Sejak tadi sarada hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun dari bibirnya itu.

Kalau sudah begini chocho tak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Ia bingung bagaimana cara menenangkan sarada sekarang.

Biasanya hal itu sangat mudah dilakukan oleh chocho, tapi sekarang sangat sulit baginya untuk membuat sarada lebih tenang.

"Nee chocho.." sarada membuka suara. Suaranya sangat pelan menandakan ia sedang sedih. Tidak ia juga marah. Perasaannya itu bercampur aduk. Ia sendiri tak tau perasaan apa itu.

"I-iya?" chocho menjawab dan sedikit terkejut.

"Kau tau tentang 'dia' dan aku kan?" tanya sarada lagi tanpa melihat chocho.

"Tentu saja, me-memangnya ada apa?" tanya chocho ragu berusaha untuk tidak menyinggung perasaan sarada.

"Aku..sangat membencinya"

-•-•-

'Apa kau masih membenciku?'
'Aku minta maaf'
'Apa kau mau memaafkanku?'
'Apa aku pantas dimaafkan?'
'Aku mohon beri aku kesempatan'
'Apakah masih ada perasaan itu di hatimu?'
'Atau...kau sangat membenciku?'

Fikiran itu terus saja terputar di otaknya. Ia ingin kembali padanya. Ia ingin kembali pada gadis berkaca mata itu. Ia ingin mengukir senyum di wajah sarada lagi.

Ia duduk termenung di taman sekolah. Itu bukan tempat favoritenya, tapi setidaknya ia bisa sendirian dan mengenang masa lalunya. Dan menyesali perbuatannya.

Flashback on..

Seorang gadis berumur 14 tahun berlari kecil di tengah hujan. Kala itu hujan tidak deras juga tidak gerimis. Gadis itu membawa sekotak kue buatan ibunya. Ia ingin membawakannya untuk 'sahabatnya'.

Gadis itu sangat senang ketika ia tahu bahwa sahabatnya itu berhasil mendapatkan peringkat pertama di turnamen basket antar sekolah beberapa hari yang lalu.

Ia ingin memberi kue itu sebagai tanda selamat. Ia terus saja tersenyum sepanjang jalan dan memepercepat langkah kakinya menuju kediaman Uzumaki.

Tepat ketika ia telah sampai di sana, ia mengetuk pintu dan memberi salam. "Permisi, boruto apa kau di dalam?"

Sarada dapat mendengar suara gagang pintu yang di buka. Seorang gadis kecil tersenyum ramah kepadanya. "Masuklah sarada nee-chan"

Sarada masuk ke dalam rumah itu. Tak lupa ia melepas jas hujan dan segera meletakkannya di tempat yang telah disediakan. Sepasang tangan mungil milik Uzumaki Himawari itu menyodorkan handuk untuk sarada.

"Terima hasih hima-chan" ucapnya sembari tersenyum ramah ke arah himawari. "Onii-chan ada di kamarnya. Dia sedang bersama temannya." seakan bisa membaca fikiran sarada, himawari memberitahukan hal yang hendak sarada tanyakan padanya.

Sarada lalu berjalan menuju kamar boruto tentu saja dengan rasa penasarannya. Ia ingin tahu siapa 'teman' yang dimaksud oleh himawari tadi. Ia takut kalau itu inojin, teman sekelas mereka yang sering menjodoh-jodohkan sarada dengan boruto.

Yah, semua teman-teman sarada dan boruto tahu bahwa sarada dan boruto saling menyukai. Namun, boruto dan sarada tak pernah mau mengakui hal itu di depan teman-teman mereka. Sarada takut boruto akan menjauhinya jika ia mengatakan perasaannya pada boruto. Sedangkan boruto, haah dia itu terlalu bodoh untuk menyadari perasaannya itu.

Sarada mengetuk pintu kamar boruto sambil memanggilnya pelan. Tak ada jawaban dari dalam, ia pun berinisiatif untuk membuka pintu itu. Ia sudah terbiasa melakukan hal itu dan ia tak merasa ragu, sebab biasanya jika tak ada jawaban, boruto pasti sedang tidur lelap.

Pintu itu sedikit terbuka, bau khas kamar boruto yang familiar masuk ke dalam indra penciumannya. Sarada melangkah mengikuti pintu yang terbuka sedikit demi sedikit.

"Boruto ba-"

Ia terkejut, ia benar-benar tak percaya apa yang dilihatnya kini. Seorang gadis berambut ungu tengah tidur di ranjang boruto dengan menggunakan pakaian milik boruto. Rasa sakit di dada sarada seakan menusuk dalam. Kotak kue miliknya jatuh, kue buatan ibunya jatuh.

Air matanya tak kuasa dibendungnya. Begitu sulit baginya menerima kenyataan itu. Siapa yang tak sakit hati melihat orang yang kita cintai bersama orang lain?

Ia sudah tak peduli pada kue-kue itu. Ia sudah tak peduli pada suara bibi hinata yang memanggilnya cemas. Ia sudah tak peduli lagi dengan jas hujan. Ia memilih untuk pergi sejauh mungkin sanpai kakinya lemas.

Setelah kejadian itu sarada enggan berbicara pada boruto lagi. Ia memilih untuk menghindar darinya dan menganggap boruto tak ada.

Sebulan setelahnya boruto pergi meninggalkan sarada dan teman-temannya. Ia pindah sekolah tanpa ucapan selamat tinggal. Tanpa ia sadari sarada merasa benar-benar tidak dianggap olrh boruto.

Flashback off..

Boruto menyesal, ia terlambat menyadari perasaannya. Ia telah menorehkan luka pada gadis itu. Ia ingin kembali seperti dulu lagi.

Bersambung..

A/n : Hwaaaaahh akhirnya bisa up. Ceritanya juga lumayan panjang hehe(*´∇`*)

Terima kasih banyak untuk para readers yang udah vote ≥﹏≤ author jadi makin semangat nulisnya.

Yah walaupun masih banyak yang perlu diperbaiki T_T

Jangan lupa vote ya hehe
Dan jangan lupa koreksi klo ada yang salah sama cerita author ya..
Author juga manusia yang sering salah. Karna salah itu manusiawi :v

Daa sampai jumpa di chapter berikutnya..

Restart (Borusara Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang