⚠WARNING HARSH WORDS⚠
Cerita mengandung umpatan yang mungkin tidak nyaman untuk dibaca
.
.
.Senja telah berganti malam, mentari sudah sepenuhnya terlelap dalam tidurnya. Boruto menyibukan diri dengan tumpukan tugas yang diberikan oleh gurunya siang tadi.
Boruto tampak gusar, rambut kuning diacaknya, tanda bahwa ia sedang frustasi. Sungguh menyebalkan! Tugas sekolah yang seharusnya mudah untuk dikerjakan mendadak terasa rumit bak teka teki pembunuhan berantai.
Boruto berkali-kali mencoba untuk fokus namun otaknya tetap tak mau diajak berkonsentrasi. Isi fikirannya dipenuhi oleh satu orang gadis bermata kelam. Kabut cemburu menyelimuti hati dan pikirannya.
Sungguh miris, ia gila karna cinta. Mengingat senyum tulus sarada yg ditujukan untuk mitsuki sungguh membuat sesak dadanya. Ingatkan boruto untuk memukul pria pucat itu jika ia berani menyentuh miliknya.
Ah.. Boruto tersadar, sarada bukanlah miliknya. Lebih tepatnya belum.
Suara dering ponsel memenuhi kamar Boruto. Dengan malas Boruto mengambil smartphone-nya dari atas tempat tidurnya. Nama 'Nanas' tertera di layar ponsel pintarnya itu.
Sejenak boruto merasa kesal karna Shikadai menelfon disaat yg tidak tepat.
"Hallo ada apa?"
"Bicaramu itu kurang santai! Coba tebak berita apa yang baru saja aku dapatkan?" shikadai sedikit menggoda boruto, ia tahu boruto sedang galau saat ini.
"Katakan saja dengan cepat, aku sedang sibuk."
"oh? Sibuk memikirkan Uchiha huh?" shikadai menggodanya lagi. Entahlah, semenjak boruto pindah ke sekolahnya ia jadi punya hobby baru. Ya, menggoda boruto yang sedang jatuh cinta.
"Katakan atau aku matikan?" Yang digoda sedang menahan kesal di seberang sana.
"hoho baiklah. Besok kelas kita dan kelas si uchiha akan digabung saat pelajaran olahraga."
"oh.. HAH!?" Boruto setengah berteriak, untung saja kamarnya sedang tertutup. Jika tidak, mungkin dia sudah dimarahi oleh ibunya karena berisik.
"Wow santai sedikit dong, jaa aku ada urusan. Oh dan jangan lupa untuk minum susu sebelum tidur, aku yakin kau tak akan bisa tidur malam ini hahaha"
Lihat? Shikadai tak tahan untuk menggoda Boruto. Teman sekelasnya itu selalu bereaksi lucu ketika digoda seperti itu. Bisa dibilang hanya boruto teman yang bisa dia ajak bercanda seperti itu.
"Terserah kau!" Sambungan telepon diputusnya. Ia kembali ke meja belajarnya, kembali berusaha mengerjakan tugas sekolahnya yang tak kunjung diselesaikan.
"haahh.." boruto menghela napas lelah. Ia sudah lelah dengan segala persoalan cinta yang terlalu rumit ini.
Sejenak ia bersandar pada kursi yang sedang ia duduki, memejamkan matanya sejenak mencoba untuk rileks dan tidak memikirkan tentang Sarada.
__•°•__
Boruto berangkat pagi-pagi sekali. Hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga. Boruto berjalan menuju kelasnya lalu meletakkan tasnya di kelas.
Ia bergegas menuju gymnasium sekolahnya, meskipun sebenarnya masih terlalu awal. Dia hanya ingin bermain basket sebentar, menjernihkan pikirannya dari semua teka-teki cinta yang selamabini membuatnya hampir gila.
Niat hendak menyegarkan pikiran, Boruto malah melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat. Di dalam gym itu, seorang pria berkulit pucat tengah menyudutkan gadis bermata gelap. Bahkan tak segan-segan untuk menciumnya.
Amarah boruto memuncak tatkala gadis itu membelalakan matanya dan memohon untuk dilepaskan.
Boruto berjalan mendekati pria bersurai biru itu lalu mendorongnya hingga tersungkur.
"APA YANG KAU LAKUKAN BAJ*NGAN!" Boruto hampir saja memukul wajah Mitsuki jika tidak ditahan oleh sarada.
Nafasnya memburu, api amarah terpancar di mata birunya.
"Bre*gsek!" Boruto menarik tangan sarada menjauh dari gymnasium. Membawanya ke taman sekolah yang tak jauh dari gedung gymnasium. Ia duduk di salah satu kursi taman menundukan kepala menahan kesal. Tangannya masih mengepal, ia masih ingin memukul Mitsuki. Amarahnya masih belum sepenuhnya lenyap.
Sarada bingung, ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Ia tau betul bagaimana jika boruto sedang marah, apa lagi jika menyangkut orang terdekatnya.
Sarada mengulurkan tangannya, membelai rambut pirang boruto. Sarada berharap boruto bisa lebih tenang.
Boruto memegang pergelangan tangan sarada, menyuruhnya berhenti secara tersirat. "Jelaskan."
Sarada duduk di sebelah Boruto, sedikit takut jika dia kembali emosi. "Baiklah."
Sarada mengatur nafasnya, takut jika Boruto tambah marah jika ia menceritakan semuanya.
Sarada memantapkan hati dan keberaniannya, menghela napas perlahan. "Kemarin dia menelfonku, ia memintaku datang lebih awal ke gym. Dia hanya bilang ingin bicara padaku. Aku memang berencana datang lebih awal sebelum ia memintanya, tapi bukan untuk menemuinya. Lalu tadi.." sarada menarik napasnya dalam-dalam, ia gelisah antara malu dan takut.
"...dia menyatakan perasaannya lalu-"
"dia menciumu huh? Merebut ciuman pertamamu yang kau bilang ingin kau berikan untuk orang yang benar-benar kau anggap pantas?" boruto tak bisa menahannya, ia sudah melihatnya secara langsung tadi.
"Dengarkan aku dulu! Dia memang menciumku, tapi bukan dibibir." Jeda sejenak, sarada menengok ke arah samping memastikan bahwa boruto tidak kembali tersulut amarah.
Boruto masih menunduk, jari-jari tangannya masih dikepalnya namun tak sekeras tadi.
"Lebih tepatnya disebelah bibir.." Sarada menunduk, takut melihat ekspresi boruto selanjutnya.
"Oh." hanya itu yang boruto katakan. Setelahnya ia bangun dari tempat duduknya.
"Kau mau ke mana?" Sarada khawatir, khawatir boruto kembali untuk memukul Mitsuki.
"Gym, pelajaran sebentar lagi akan dimulai." Nada bicaranya ketus, dingin tak seperti biasanya. Boruto melenggang pergi, meninggalkan sarada yang masih duduk di kursi taman.
"Apa salah jika aku mengartikan bahwa kau sedang cemburu?" Sarada berucap ketika punggung Boruto tak lagi terlihat di pandangannya. Tak boleh kah Sarada berharap? Tak bolehkah Sarada egois mengartikan tindakan Boruto sebagai rasa cemburu?
.
.
.
.
.
Hai...
*author kabur lagi*
Masih berantakan belum direvisi😭
Oh iya jangan lupa vote ya👉👈
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart (Borusara Fanfiction)
FanfictionSarada bertemu kembali dengan orang yang pernah membuatnya sakit hati. Akankah dia memaafkannya? Atau justru malah menjauh dan pergi meninggalkannya? Warning! : Slow update!! Selamat membaca . . . . . "Restart" Original Story By : Neichi Don't forge...