Berhenti menghindar

454 47 14
                                    

Semilir angin menerpa rambut kuning itu, membuatnya bergoyang kesana kemari bak ombak yang menari. Boruto duduk terdiam di atap sekolah, menenangkan diri dari emosi yang tadi meledak.

Niat ingin menjernihkan pikiran malah berujung rasa marah yang menyesakan. Andai ia tak melihat sarada dan mitsuki tadi pagi. Andai ia tak datang lebih awal mungkin ia tak akan sekesal ini.

Boruto meneguk soda kaleng yang tadi dibelinya di vending machine. Sejenak ia menutup mata menikmati angin yang mulai mendingin seiring waktu barjalan.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 25 menit sebelumnya, namun boruto enggan pergi dari sekolah. Tak ada jadwal ekstrakulikuler yang Boruto ikuti hari ini, namun ekstrakulikuler lain tetap berjalan seperti biasa.

Boruto menarik tas-nya mendekat lalu menjadikannya bantal. Boruto menatap langit yang perlahan mulai menggelap. 'sialan' Boruto mengumpat dalam hati tatkala kejadian tadi pagi terputar kembali di ingatannya.

Kesal? Tentu saja! Boruto sangat ingat sarada pernah bilang tak mau memberikan ciuman pertamanya untuk sembarang orang. Gadis itu benar-benar ingin memberikannya untuk orang yang pantas mendapatkannya, orang yang benar-benar dicintai sarada. Namun mitsuki hampir merebutnya. Ck mengingatnya hanya membuat kepala Boruto pening.

Entah siapa orang yang beruntung itu boruto tak peduli. Ia tak mau terlalu berharap, ia hanya ingin melindungi sarada itu saja sudah cukup.

Pintu atap gedung sekolah terbuka, seorang lelaki bersurai hitam masuk tanpa izin. "Woah ada sadboy." Shikadai menyandarkan diri di sebelah pintu atap. Mengaitkan tangannya, bersidekap.

Boruto tentu kesal, shikadai membuat moodnya tambah buruk. Namun boruto enggan menanggapinya.

"Ternyata kau tipe yang lemah ya?" Boruto bingung, ucapan shikadai tak mampu dicerna otaknya yang sedang kalut.

"Hanya karna cinta saja kau sampai begini. Bagaimana jika si Uchiha itu benar-benar meninggalkanmu? Apa kau akan bunuh diri?" ucapan sarkas dari shikadai membuatnya tersadar. Untuk apa dia membuang-buang waktu seperti ini?

"Kau benar. Ayo pergi! Aku akan mentraktirmu burger." Boruto bangkit dari tidurnya. Melenggang mendekati Shikadai yang tersenyum pasrah.

"Hanya burger?" shikadai mencoba menggoda lelaki di depannya ini.

"Lalu kau mau apa? Konsol game terbaru?" boruto memperlihatkan wajah kesalnya, namun hal itu malah membuat shikadai hampir tertawa.

"Ide bagus!" Ucap shikadai bercanda.

"Kau ingin memalak?" Boruto tambah kesal, namun tak benar-benar marah pada temannya ini.

"Kau sendiri yang menawariku hahaha." gelak tawa shikadai menggema, ia berjalan turun lebih dulu dari boruto.

"Tidak! Hanya burger! Tidak ada tambahan!" Boruto menegaskan. Iya pun turun mengekori shikadai.

"Iya iya." Shikadai puas menjahili temannya ini. Rasanya seperti shikadai memiliki saudara saja.

•°•°•°•°•°•°•°•°•

Sarada memasuki area kantin sekolah. Suasananya begitu ramai dan berisik. Biasanya sarada tak akan pergi ke kantin sendirian, ia selalu bersama chocho. Namun hari ini chocho tidak sekolah karena sakit. Sarada lupa membawa bekalnya dan mau tak mau dia harus pergi ke kantin untuk mengisi perut.

Sarada mendekat ke arah penjual roti yakisoba. Ia sangat menyukainya. Terputar kembali memori saat dirinya dan Boruto memperebutkan roti itu di tempat yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Restart (Borusara Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang