Sorry...

1.1K 81 19
                                    

Boruto'S POV

Himawari masih terlelap di pangkuan Sarada. Sudah sekitar tiga puluh menit lamanya. Aku yakin kaki Sarada pasti sakit.

"H-hei." Aku mencoba memanggil Sarada dengan nada ragu.

"Hm?" Sarada menoleh bingung.

"Bagaimana kalau kita bawa Hima ke kamarnya? Udara sudah semakin panas."

"Baiklah." Aku menggendong Himawari ala bridal style, dan membawanya ke kamar.

"Tunggu di sini saja. Aku tahu kakimu pasti sakit." Ucapku tanpa menoleh ke arahnya.

Aku berlalu begitu saja meninggalkannya di teras belakang. Setelah memindahkan himawari ke kamarnya, aku segera menghampiri Sarada.

Ku rasa ini adalah saat yang tepat.

..

"Sarada.." Aku memanggilnya sedikit ragu. Sarada yang sedang melihat-lihat bunga menoleh ke arahku dengan tatapan bingung.

"Apa?" Ucapnya singkat. Terdengar dingin namun aku tahu dia tak bermaksud begitu.

"Bisakah kita bicara sebentar? Hanya berdua." Aku memelankan suaraku di akhir kalimat, ragu menyelimutiku.

Suasana semakin canggung saja. Aku muak dengan semua ini.

"Baiklah." Ucapnya singkat.

Aku duduk di teras belakang, begitu pula Sarada. Suasananya benar-benar canggung sekarang. Aku tak bisa menatap mata hitam itu. Terlalu takut menatap wajah sedihnya.

"Aku tak akan berbasa basi lagi kali ini. Mohon dengarkanlah." Ucapku memohon tetap dengan kepalaku yang masih ku tundukkan.

Sarada hanya diam, aku bisa merasakan bahwa dia sedang menatapku.

"Aku sungguh minta maaf, aku tak bisa menahannya lagi. Kau tahu? Aku tak pernah melakukan apapun dengan 'orang itu', aku tak pernah memiliki perasaan lebih padanya. Aku hanya ingin minta maaf padamu-" Aku memberanikan diri untuk menatap mata hitam itu.

"-Aku mohon maafkan aku." sambungku.

Bulir bulir air mata keluar dari mata hitamnya. Turun begitu saja melewati pipi putihnya, mengalir dan menyisakan jejak di sana.

Hatiku terasa ditusuk. Memori itu terputar kembali. Aku takut membuatnya sakit lagi.

"Aku maafkan. Aku sudah muak dengan semua ini. Aku tak tahu mengapa aku memilih untuk menjauhimu saat itu, padahal seharusnya aku tak semarah itu kan?" dia mengusap air matanya, kaca mata di lepasnya. Wajah tanpa kaca mata itu dulu sangat cerah walau tanpa ekspreai sekalipun.

"Maaf aku yang egois, menganggapmu sebagai hal yang tak boleh orang lain memilikinya. Aku hanya kesepian." Ucapnya lagi.

"Jadi.. Apa aku boleh menjadi seseorang yang berharga seperti itu lagi?" Lega, aku mengatakannya. Walau jawabannya nanti 'tidak' aku tak akan kecewa. Aku sudah siap dengan keputusannya.

"Tentu, kau itu sahabatku." dia tersenyum ke arahku, ahh.. Sahabat ya? Tidak buruk.

"Terima kasih, ayo kita ulang semuanya kembali-ttebasa! Ayo pergi bermain bersama lagi!" ia mengangguk, aku senang tak ada beban lagi. Semuanya telah bebas. Walau hanya sekedar sahabat pun tak apa. Suatu saat nanti aku akan mendapatkan hatinya. Lebih dari sekedar sahabat masa kecil.

•°•°•°•

Sarada's POV

"Terima kasih, ayo kita ulang semuanya kembali-ttebasa! Ayo pergi bermain bersama lagi!" Ucapnya.

Aku mengangguk setuju. Jika boleh jujur, sebenarnya memang itu keinginanku. Aku tahu dia pasti punya alasan atas kejadian tak mengenakan itu. Aku tak mau bersikap egois lagi. Aku bukan anak kecil lagi.

Restart (Borusara Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang