Sarada POV
Aku berjalan sendirian. Satu menit yang lalu aku berpisah dengan Chocho. Ya, rumah kami berbeda arah.
Rasa lelah menyerang tubuhku. Hari ini aku pulang dengan berjalan kaki. Tak seperti hari-hari biasanya dimana papa atau supir pribadiku menjemputku.
Manja? Tidak! Aku bukan anak yang manja, hanya saja papaku terlalu protektif terhadapku. Hari ini aku sengaja tak mengabari Papa atau supir pribadiku agar aku bisa pergi bersama Chocho.
Tinggal 100 meter lagi aku sampai di rumahku. Namun mataku menangkap sosok familiar di ujung jalan sana. Itu Papa dengan jas setelan kantornya dan matanya yang tajam. Tangannya di lipat di depan dada. Ugh aku tak akan bisa tenang malam ini.
Aku melanjutkan langkahku berpura-pura tak melihat papa di depan gerbang. Ketika sampai di depan gerbang aku menyapanya sekilas. "Konbanwa Papa." ucapku datar.
Aku melangkah masuk, aku tahu papa pasti sangat marah sekarang. Dia tak menjawab salamku. Tanpa memperdulikan papa aku melangkah masuk ke rumahku yang bisa di katakan besar dan mewah namun tak menghilangkan kesan tradisional.
Di sepanjang jalan masuk rumah lampu taman berjejer rapi. Tak lupa di sisi kanan dan kiri halaman nan luas itu berdiri pohon-pohon yang tak terlalu tinggi. Bisa dikatakan itu adalah taman.
Aku masuk ke rumah lalu memberi salam setelah menaruh sepatuku ke rak sepatu. "Tadaima." tak ada respon. Oh! Mungkin Mama sedang di rumah sakit. Bekerja sampai larut malam.
Aku melangkah masuk, tak ada siapapun di sini. Hanya ada aku dan.. Aku menoleh, tak ada papa di sana. 'Papa tidak masuk rumah?' fikirku.
Tanpa memperdulikan Papa, aku melangkah masuk ke ruang tengah, aku lihat surai pink itu tengah terlelap dalam tidurnya dengan setumpuk pakaian di keranjang. Mama pasti habis melipat baju.
Aku pergi ke kamarku, berusaha agar tak membangunkan Mama. Namun sebuah suara lembut menerobos indra pendengaranku. "hmm Sarada sudah pulang? Okaeri sayang." ucapnya lembut sambil tersenyum, masih dalam posisi tidurnya.
"Tadaima Mama. Aku akan ganti baju." Mama mengangguk. Aku menaiki tangga, kamarku ada di lantai dua. Ada dua kamar di lantai dua, yang dekat tangga itu kamarku, satunya lagi kamar kosong, tempatku menaruh pakaian dan sepatuku yang sudah tak muat lagi.
*cklek* aku membuka pintu, lalu segera mandi dan mengganti pakaian. Aku yakin setelah ini akan ada perang dingin dengan Papa.
"Sarada ayo turun!" Itu Mama, dia pasti menyuruhku makan malam sekarang. "Iya!" teriakku.
Di meja makan ini, meja makan tanpa kursi. Suasannya begitu hening. Hanya mama yang tersenyum kearahku, sesekali menawarkan makanan yang telah disiapkannya tadi.
(A/n : anggap aja ini meja makannya ya hehe)
"Terima kasih makanannya." Baru saja aku hendak beranjak pergi, suara dingin khas Uchiha itu terdengar "Duduk!" Ya, itu Papa. Aku terpaksa duduk kembali sambil memasang wajah datar namun tetap terkesan kesal. Aku dapat melihat mama yang menghela napas sambil memasang wajah lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart (Borusara Fanfiction)
FanfictionSarada bertemu kembali dengan orang yang pernah membuatnya sakit hati. Akankah dia memaafkannya? Atau justru malah menjauh dan pergi meninggalkannya? Warning! : Slow update!! Selamat membaca . . . . . "Restart" Original Story By : Neichi Don't forge...