Move On

111 7 1
                                    

Pukul 5 pagi Aliyah masih bersembunyi dibalik selimut tebalnya, Suara adzan subuh sudah berkumandang tetapi ia enggan untuk membuka matanya. Hawa dingin yang merasuk sampai ke tulang semakin membuatnya terlena dalam mimpi.

Maryam mengetuk pintu kamar Aliyah berkali-kali, hening tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana. Maryam mencoba menarik knop pintu dan yah pintunya terbuka semalam Aliyah lupa menguncinya.

Maryam mendekati Aliyah yang masih tertidur pulas, tak tega rasanya ia untuk mengganggu tidur putri bungsunya itu. Tapi ia harus membangunkannya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim yaitu shalat.

Ia pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang ibu yang bertanya kepada ustad.


Alkisah di pengajian rutin ibu-ibu, seorang ibu memberanikan diri unjuk jari menanyakan satu persoalan hidupnya, pada Ustadz yang mengisi acara kala itu.

"Emmh Begini pak Ustadz.... Saya mempunyai 2 orang anak perempuan yang semuanya begitu susah dibangunkan. Jika subuh datang, tidur mereka begitu pulas. Malah terdengar dengkuran halus dari mereka. Padahal saya sudah berusaha membangunkan ya. Saya pun sudah coba membangunkan mereka dengan cara di tepuk-tepuk, namun tak satu pun dari mereka yang bangun."

"Bagaimana kira-kira solusinya Pak Ustadz?". Tanya si ibu, "Jadinya anak-anak saya sering sekali terlewat sholat subuh, padahal mereka sudah baligh" Sambung si ibu.

"Bu, coba ibu bayangkan, bagaimana jika aliran listrik di kamar putri ibu itu korsleting. Lalu percikan listrik itu mengenai gorden kamar hingga terjadi kebakaran. Kebetulan peristiwa itu terjadi di subuh hari, ketika putri ibu terlelap tidur. Apa yang akan ibu lakukan?" Tanya sang Ustadz.

Tentu saja aku akan bangunkan mereka, ustadz." Jawab si ibu cepat.

"Tapi bukankah mereka sangat sulit untuk dibangunkan?". Balas sang Ustadz.

"Memang, Pak Ustadz. Tapi.... Demi Allah, saya akan berusaha bangunkan mereka dengan keras meski harus menyeret mereka." Jawab si ibu.

"Nah, demikian keras dan gigihnya usahamu untuk menyelamatkan putri-putrimu dari ancaman api dunia. Maka lakukanlah hal serupa untuk menyelamatkan mereka dari api akhirat yang jauh lebih panas."Kata sang Ustadz.

Seketika ingatan itu hilang, ia langsung membangunkan Aliyah. "Al, bangun sayang nanti kesiangan loh". Maryam mengusap lembut pucuk kepala Aliyah. Aliyah menggeliat tak nyaman, ia menarik selimut sampai kepala sehingga seluruh tubuhnya tertutup. "Aliyah ayo dong bangun sudah adzan ini." Maryam menarik selimut Aliyah, wajah yang cantik nan menggemaskan Aliyah kini menampakkan dirinya.

"Aduh bunda Al masih ngantuk, ini juga baru jam tiga kok bun Aliyah tidur lagi yah sebentar aja". Aliyah berencana untuk melanjutkan tidurnya tetapi Maryam menahannya."Jam tiga dari mana? Ini sudah jam lima Al". Aliyah mengerjap-ngerjapkan matanya. "Jam lima?". Seketika matanya membulat setelah sadar sekarang memang sudah jam lima.

"Ya Allah, jam lima, aku harus cepat cepat wudhu nih, ah bunda sih kenapa nggak bangunin aku dari tadi". Aliyah bergegas mengambil air wudhu. Maryam menghela napas panjang. Al Al, kenapa sikapmu masih seperti anak anak sih. Batinnya

***

Setelah shalat subuh aku langsung menyiapkan semua buku-buku yang akan kubawa ke kampus, hari ini ada kuliah pagi jadi aku harus buru-buru. Aku tidak boleh telat, yah itulah yang selalu menjadi prinsipku tidak boleh telat kecuali ada hal yang sangat mendesak.

Assalamualaikum AliyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang