Saudara Kembar

25 1 0
                                    

Hal tersulit adalah melupakan seseorang yang pernah menjadi bagian terindah dalam hidup kita

                            🌼🌼🌼

8 Tahun Lalu..

Hujan deras membasahi setiap sudut kota, hembusan angin menerbangkan dedaunan yang sudah gugur, maklum sekarang sudah masuk musim penghujan, para pejalan kaki berlarian mencari tempat untuk berteduh.

Seorang pria paru baya menuruni sepedanya di depan gerbang sekolah Aliyah, bajunya telah basah kuyub diguyur hujan. Seorang anak gadis seumuran Aliyah berlari menghampirinya seraya memanggil "Ayah..". Pria itu menyambutnya dengan pelukan hangat di tengah hujan, kemudian ia memakaikannya jas hujan, terlihat jelas kasih sayang antara keduanya. Lalu mereka berlalu berboncengan menggunakan sepeda menerobos hujan, sang anak memegang erat pinggang Ayahnya sembari tersenyum bahagia.

Aliyah masih terpaku melihat pemandangan yang terjadi di depannya, sederhana namun tampak jelas kebahagiaan disana. Hujan telah membuat seluruh badannya basah, namun ia belum bergerak sama sekali  untuk berteduh.

Asafah juga menyaksikan kejadian itu, dia tahu betul apa yang ada di dalam pikiran Aliyah sekarang. Asafah menghampiri Aliyah dengan membawa sebuah payung yang entah dari mana asalnya.

"Dek, kok kamu hujan-hujanan sih entar kamu sakit loh."

Aliyah menatap sendu wajah Asafah, ia tak mengeluarkan sepatah katapun.

Begitupun sebaliknya, ingin rasanya Asafah memeluknya tapi ia tahu bahwa menyentuh seorang wanita yang bukan muhrimnya adalah dosa.

"Sekarang kita pulang yah, entar kamu masuk angin lagi biar kakak yang antar kamu pulang". Aliyah hanya bisa mengangguk.

Mereka pun pulang ke rumah Aliyah, sesampainya di rumah, Maryam terkejut melihat mereka tengah basah kuyub.

"Sayang, kok kamu hujan-hujanan sih jadi basah gini kan, sekarang ganti baju yah." Aliyah berlalu menuju kamarnya untuk berganti pakaian, lagi-lagi Aliyah tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Bi Ina membawa baju ganti dan secangkir coklat panas untuk Asafah. "Ganti baju dulu den, nanti masuk angin loh." ucap Bi Ina ramah.

"Terimakasih Bi."

"Oh iya den, ganti bajunya di kamar den Rahman yah". Lanjut Bi Ina

"Oke Bi." Asafah menunjukkan jempolnya.

Setelah mengganti pakaian, Asafah menghampiri Maryam yang sedang duduk di ruang tamu.

"Asafah sebenarnya apa yang terjadi nak?" tanya Maryam.

"Tadi di sekolah ada bapak-bapak yang jemput anaknya pakai sepeda bun, Aliyah diam natap orang itu, Al keliatannya sedih banget bun pasti ingat sama almarhum ayah Fatih, dulu kan sering diboncengin pakai sepeda juga." jelas Asafah.

"Oh begitu, terimakasih yah Asafah sudah mengantar Aliyah pulang." lanjut Maryam tersenyum.

"Iya bun, Aliyah kan sudah seperti adik kandung aku, Asafah sayang sama Aliyah."

Aliyah mendengar percakapan antara Asafah dan Maryam. Yah, Asafah menyayanginya sebagai adik, hanya itu, tidak lebih. Ingin rasanya ia meluapkan semua perasaannya di depan Asafah, tapi apalah dayanya ia tidak bisa melakukan hal itu.

Assalamualaikum AliyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang