Aliyah berusaha menahan kantuk yang melandanya saat menerima mata kuliah dari Dr. Idris. Entah kenapa matanya ingin sekali tertutup padahal semalam ia tidur lebih awal.
Raisa sedari tadi memperhatikan Aliyah. Ia menyikut lengan Aliyah hingga terbangun.
"Al, semalem kamu begadang yah?." tanya Raisa sembari berbisik agar tidak kedengaran oleh Dr. Idris.
"Uuaahh nggak kok." Balasnya sambil menguap.
"Terus kenapa sampai ngantuk berat gitu? Sana cuci muka dulu. Entar Dr. Idris lihat kamu tidur jadi berabe lagi urusannya."
Aliyah mengiyakan permintaan Raisa. Akhirnya ia meminta izin untuk ke toilet.
Aliyah berjalan dengan langkah gontai menuju toilet. Langkahnya terasa begitu berat. Setelah lamaran kemarin Aliyah menjadi sangat murung, shalatnya bolong-bolong dan tahajudnya pun sering terlewat.
Ia sangat kecewa dengan keputusan Umi Hania dan Abi Adam. Emosi sudah menguasai pikirannya, sampai saat ini ia belum pernah berkomunikasi dengan Arafah padahal pernikahannya tinggal satu minggu lagi.
Aliyah menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah yang berseri itu kini berubah pucat, matanya sembab, sungguh pemandangan yang tidak mengenakkan.
Raisa menyusul Aliyah ke toilet karena ia tak kunjung kembali ke kelas. Ia khawatir kalau sampai terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.
Raisa mendapati Aliyah terduduk lemas di atas dinginnya lantai toilet. Ia sangat khawatir.
"Astagfirullah, Aliyah apa yang terjadi? Kok kamu begini?Al jawab dong". Rentetan pertanyaan itu tak bisa Aliyah jawab karena ia sudah tidak sadarkan diri.
Raisa berlari keluar untuk meminta pertolongan, ia sangat panik sehingga ia tidak tahu ia harus kemana. Asafah yang pada saat itu sedang ada urusan di kampus melihat Raisa. Ia menghampirinya.
"Raisa, ada apa?".
"Eh Pak Arafah untung ada bapak, tolong pak Aliyah pingsan di toilet, saya tidak tahu harus minta tolong sama siapa."
"Astagfirullahaladzim, kok bisa?" tanya Asafah cemas.
"Aduh bapak ini udah jangan nanya mulu cepat tolongin Aliyah."
Raisa berlari menuju toilet."Tapi saya bukan Arafah, saya ini Asafah" Ucapnya sembari menyusul Raisa, tapi sayangnya Raisa sudah tidak mendengarnya karena ia berlari cukup kencang.
Setibanya di toilet Asafah bingung bagaimana dia harus membawa Aliyah ke rumah sakit karena dia tidak bisa menyentuh Aliyah. Karena menyentuh wanita yang bukan muhrim adalah dosa.
Akhirnya ia meminta tolong pada teman-teman Aliyah untuk membawanya ke mobil. Sementara Raisa berlari ke kelas untuk meminta izin pada Dr. Idris.
***
Maryam,Lina dan Hasan tiba di rumah sakit setelah mendapat kabar dari Raisa. Sedari tadi Maryam merasa cemas, ia terus berdoa berharap Aliyah tidak kenapa-napa.
Ponsel Maryam berdering nyaring saat hendak masuk ke kamar rawat Aliyah. Rahman yang menelponnya.
"Assalamualaikum bunda"
"Waalaikumsalam."
"Bunda ada dimana? Aku sudah sampai di rumah tapi bundanya tidak ada."
Hari ini Rahman dan Syifa tiba di jakarta untuk menghadiri pernikahan adiknya yang akan berlangsung satu minggu mendatang.
"Bunda di rumah sakit sayang, adikmu sedang di rawat."
"Astagfirullahaladzim, Al kenapa bun?" nada suara Rahman terdengar sangat cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Aliyah
EspiritualAliyah Khadija Zahra seorang gadis biasa yang penuh dengan dosa dan jauh dari kata sempurna. Tetapi ia mengharapkan jodoh yang baik, seorang lelaki yang soleh yang bisa melengkapi kekurangannya dan membimbingnya menuju surga. Hina kah dirinya jika i...