Enam

468 94 15
                                    

Satu minggu, dua minggu, Yein tak berjumpa dengan sosok Jungkook. Rindu? Jelas. Tapi seperti sebelumnya, Yein selalu membatasi diri dengan kalimat “Kak Jungkook sudah punya pacar”. Sakit sih, tapi mau bagaimana lagi, Yein tidak mau jatuh terlalu dalam ke pesona seorang Jungkook. Katanya sih biar poteknya gak banget-banget.

Sayangnya, itu semua hanya sekedar wacana. Toh nyatanya wajah Yein berubah sumringah ketika ia melihat sosok Jungkook muncul di hadapannya. Saat Yein hendak berjalan keluar dari floor untuk short break, ia melihat Jungkook yang sedang memasukkan sepatunya ke dalam loker.

“Siapa ya, kayak kenal,” sapa Jungkook.

Senyum Yein langsung terkembang. Inilah yang dinamakan orang jatuh cinta, hanya sekedar disapa begitu saja senangnya luar biasa.

“Sudah berasa lupa ya Kak?” jawab Yein.

“Udah gak nangisan kamu?”

“Enggak lah, udah strong kok sekarang,” jawab Yein.

Singkat, padat dan jelas. Hanya sebatas itu, tapi berhasil membuat hati Yein berbunga-bunga. Lupa sudah dia dengan kalimat “Kak Jungkook sudah punya pacar.”

Malamnya, ketika Yein akan pulang, Jungkook juga akan segera keluar, mau ke toilet, maybe. Yein jalan tepat di depan Jungkook, sedangkan pria itu berjalan berdampingan dengan Hyojung.

“Gajimu kemarin berapa Kak?” tanya Hyojung.

“Gajiku dikit tuh gara-gara jadi mentor kalian,” jawab Jungkook.

“Salah sendiri mau jadi mentor. Kenapa emangnya Kak, kok dikit?” tanya Hyojung lagi.

“Kan jarang masuk malem, paling malem jam sembilan, padahal tunjangan keluar kan kalo di atas jam sepuluh.”

“Emang enak masuk malem?” si Hyojung tidak berhenti tanya.

“Iyalah, duitnya banyak.”

“Masuk malem gak enak ah, ngantuk, gliyeng kepalaku,” kali ini Yein yang berucap.

Dan saat itu, si Jungkook terus menatap ke arah Yein, seakan-akan ingin mendengar cerita Yein lebih jauh lagi. Sayangnya, Yein sudah sampai di tempat penukaran kunci loker, sudah saatnya Yein untuk pulang. Obrolan pun tidak bisa dilanjutkan.

***

Pada hari raya, call center harus rela tidak pulang ke rumah. Tentu saja karena mereka harus stand by untuk menerima panggilan di kantor. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi? Namanya juga tuntutan pekerjaan. Toh mereka dapat uang lemburan, panggilan saat hari raya juga tidak sebanyak hari-hari biasa.

Yein juga masuk di hari raya. Bahkan Yein masih belum bisa pulang satu minggu setelah hari raya karena dia harus bekerja. Yein masih senang-senang saja waktu itu. Kebetulan dia satu shift juga dengan temannya.

Tiba-tiba, Jungkook yang juga masuk malam lewat di dekat kubikel tempat Yein bekerja. Dada Yein langsung berdebar. Jungkook sempat menyapa teman yang duduk di sebelah Yein sebelum menepuk kursi belakangnya.

Heh!” sapa Jungkook tanpa perlu repot-repot memanggil nama Yein.

“Mohon maaf lahir batin ya Kak,” kata Yein sambil mengulurkan tangannya.

Jungkook sempat terkesima sebelum membalas uluran tangan Yein. Tentu saja Yein menyadari hal itu. Jungkook seperti terpana karena Yein mengulurkan tangannya.

“Kamu tuh banyak dosa sama aku,” ujar Jungkook setelah tautan tangan keduanya terlepas.

“Lah, perasaan aku yang jadi korban bully Kak Jungkook deh!” ucap Yein tidak terima.

Tissue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang