Yein menutup laptop miliknya setelah selesai mengerjakan online assesment sebuah bank asing yang beroperasi di negeri tempat ia tinggal. Ya, memang Yein sedang mencari pekerjaan baru. Bisa dibilang Yein lelah bekerja menjadi call center yang terkadang mengharuskannya pulang jam satu dini hari. Dia juga sudah mulai jenuh menghadapi customer yang makin ke sini makin aneh-aneh. Belum lagi resiko hard complaint yang bisa ia terima kapan saja. Coba bayangkan, kamu harus sabar mendengar omelan customer, padahal bukan kamu yang salah, hanya orang-orang yang berjiwa besar yang bisa bertahan di pekerjaan ini, dan Yein merasa bukan salah satunya. Enam bulan bekerja sebagai call center sudah lebih dari cukup untuknya.
"Semoga aja ketrima lah," hela Yein pelan.
"Aamiin, tapi nanti kalau ketrima jadi gak bisa ketemu Kak Jungkook lagi lho," goda Hyoin.
Yein langsung memasang wajah datar. Adiknya memang tidak peka, sudah tahu Yein sedang berusaha mati-matian untuk melupakan Jungkook, malah disinggung soal pria itu. Kalau Hyoin bukan adiknya, pasti sudah Yein lempar ke ujung benua. Tapi kalau dipikir-pikir, adiknya ada benarnya. Jika Yein diterima, ia tidak akan bisa bertemu Jungkook karena dia akan pindah di ibukota yang jaraknya puluhan kilometer dari tempat tinggalnya saat ini.
"Nanti kalau kangen Kak Jungkook gimana ya?" batin Yein. Namun ia segera menepis pikiran itu dan mencoba kembali rasional. Ini demi masa depannya yang lebih baik, dan Yein tak mau hal tak pasti seperti Jungkook membuat langkahnya ragu. Pokoknya, Yein ingin diterima di bank asing itu demi kehidupan yang lebih baik.
***
Yein dapat jatah shift pagi, lebih tepatnya jam sembilan. Tentu saja Yein senang, setidaknya dia tidak harus begadang sampai jam satu dini hari hanya untuk mendengar keluhan customer. Satu lagi, dia jadi bisa melihat Jungkook berkeliaran di tempatnya bekerja walaupun hanya sebentar. Baginya, hal itu sudah lebih dari cukup.
Namun, beruntungnya Yein, Tuhan menjadikan harapannya menjadi kenyataan. Jujur saja, dia pernah membayangkan bisa makan siang dan mengobrol bersama Jungkook, berdua atau dengan temannya lain. Kala itu, Yein merasa semuanya mustahil, tapi nyatanya Tuhan membuat semuanya menjadi kenyataan.
Yein baru saja berjalan melewati lorong menuju pantry saat Jungkook berjalan dari arah berlawanan. Pria itu sempat menyapa temannya yang berjalan di depannya sebelum memanggilnya dengan panggilan keramat, "Heh!"
"Apa sih?" ujar Yein sambil berjalan melewati Jungkook. Baru saja mau masuk ke pantry, suara pria itu kembali menghentikannya.
"In! Yein!"
Sumpah demi apapun, Yein merasa bagaikan melayang di atas awan! Ini pertama kalinya Jungkook memanggilnya dengan namanya. Bisa kalian bayangkan bahagianya Yein saat itu? Anggaplah Yein lebay, tapi itulah kenyataannya, Yein senang bukan kepalang.
"Si Hyoin itu adikmu?" tanya Jungkook setelah Yein menghentikan langkahnya.
"Iya. Kenapa?"
"Seriusan?" tanya Jungkook tidak percaya. Ia sudah berjalan mendekat ke arah Yein.
"Iyalah, masa bohongan!" ucap Yein sambil menatap sosok jangkung di hadapannya.
"Kok beda banget sih sama kamu? Si Hyoin tinggi besar gitu, kamunya kurus kecil kayak kurang gizi!"
"Aku produk percobaan Kak, makanya aku kecil gini," jawab Yein asal.
Jungkook menahan tawanya. Mungkin jawaban Yein terdengar lucu baginya. Dan, Ya Tuhan, ekspresi wajah itu benar-benar membuat Yein terpesona.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tissue [END]
Fanfic"Butuh tissue gak? Kalo butuh aku mintain nanti" "Boleh deh, yang banyak ya kalo bisa" Hanya sepenggal cerita Jungkook dan Yein dalam dunia call center.