Dua

780 92 22
                                    

Hari pertama menjelang penderitaan – bagi Yein – yang entah mengapa membuat gadis itu malas setengah mati. Meskipun sudah bersiap dengan peralatan call centernya, Yein yang memang masih belum lanyah dalam mengejarkan tugasnya itu menumpuk id yang seharusnya dibuat selama ia menerima panggilan dari customer. Hingga Jungkook menyadari itu dan berjalan mendekat. (Dalam dunia call center harus membuat laporan setiap kali ada panggilan dan istilahnya disebut id).

“Kamu numpuk id?” tanya Jungkook.
Yein mengangguk pasrah dengan wajah memelas.

“Aku kasih kamu waktu tujuh menit buat selesain semua id itu, log out dulu, nanti setelah tujuh menit log in lagi,” kata Jungkook penuh pengertian.

Yein mengangguk dan menuruti apa kata Jungkook. Dasarnya memang belum paham, Yein masih belum bisa menyelesaikan semua id itu saat Jungkook datang lagi menghampirinya.

“Udah selesai?” tanya Jungkook sambil memeriksa komputer Yein tanpa ijin. “Kok kayaknya masih utuh sih, gak berkurang?”

“Kurang kok!” Yein membela diri.

“Udahlah, log in lagi, selesain nanti pas pulang!”

Yein hanya bisa mengangguk, tak bisa membantah. Dan selama sisa jam kerjanya, Yein sesekali bertanya pada Jungkook atau pada Jiae, dan nyatanya dia lebih nyaman bertanya pada Jiae dibandingkan Jungkook.

Id mu udah kelar?” tanya Jungkook setelah jam kerja Yein berakhir.

“Tinggal dikit kak,” jawab Yein.

“Cepetan! Udah malem!”

“Sabar kenapa!” kesal Yein.

Jungkook diam sambil memperhatikan pekerjaan Yein sebelum akhirnya kembali berucap. “Gak usah nangis! Kerja di sini enak kok. Kamu gak perlu bawa kerjaan ke rumah. Lagian cari kerja itu susah, kamu udah ketrima di sini ya dimanfaatin baik-baik,” petuah Jungkook.

“Iyaa..” jawab Yein malas, atau lebih tepatnya bagi Yein, Jungkook itu hanya basa-basi atau merasa bersalah karena ancamannya waktu itu.

“Pokoknya gak boleh nangis, nangis cuma boleh buat yang cantik aja!”

“Berarti aku jelek dong!” kesal Yein.
Jungkook langsung tertawa dan tanpa rasa bersalah meninggalkan Yein yang menghentak-hentakan kakinya kesal.

***

Hari kedua yang masih tak berbeda dari hari kemarin, Yein masih gelapan dan masih menumpuk id di komputernya. Jungkook juga masih berkeliaran di sekitarnya dan masih suka menghampirinya dengan kata-kata ajaibnya.

“Gak usah nangis!”

Yein cuma mendelik kesal dibuatnya, dan sayangnya tidak bisa balas mengejek karena sedang menjawab pertanyaan customer.

Tak lama Jungkook kembali berjalan ke arah Yein dan berucap, “Gak usah nangis! Kamu butuh tissue gak? Kalo butuh aku mintain sama cewekku.”

“Butuh kak, yang banyak ya!” kesal Yein.

Alhasil, Jungkook berlalu dan kembali dua menit kemudian dengan selembar tissue di tangannya.

“Nih, tissue buat lap air mata kalo kamu nangis!” ucap si pria Jeon tanpa dosa.

Apalah daya Yein yang hanya bisa uring-uringan karena jengkel. Ditambah lagi sekarang dua mentor lainnya yang ikut-ikutan menggodanya seperti Jungkook dengan kalimat ajaib “gak usah nangis”, baik si Soojung ataupun si Jiae, hanya Suga yang tak pernah menggodanya seperti itu. Si Jeon “menyebalkan” Jungkook itu sudah merusak imagenya bahkan sebelum gaji pertamanya cair. Itu yang menyebabkan Yein mencari puluhan cara untuk memusnahkan Jungkook dari dunia ini.

Tissue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang