015

1.3K 139 14
                                    

Masih pada mau baca dong? Hehe
.
.
.

Yuri tidak bisa tidur sejak ia pulang tadi, pikirannya kacau, kepalanya sakit, hatinya apalagi.

'Ini tidak benar, pasti tidak benar'

Yuri berkali kali menggumamkan mantra itu agar hatinya tenang tapi nyatanya tidak ia masih saja gusar.

Ia bangkit dari tempat tidurnya, meminum coklat hangat nya agar lebih baik berkali kali ia mengusap wajahnya, wajahnya berantakan. Hingga mentari menyapa ia masih tetap terjaga dengan kantung mata yang terlihat menghitam.

'Sial'

Ia mengambil ponselnya, tidak mau masalah ini semakin membayanginya. Semua harus jelas. Aku harus memastikan.
Ia menekan beberapa tombol lalu menunggu tersambung

"Hallo"

"Paman, bisakah kita bertemu?"

".........."

"Paman?"

"Panggilah aku Daddy nak, dan kapan kau mau kita bertemu?"

Yuri diam. Daddy. Hah kenapa rasanya sakit. Yuri bingung mana yang membuatnya sakit. Kenyataan bahwa eommanya yang mengkhianati appanya atau karena kenyaatan dia dan Jessica memiliki ayah yang sama?

"Di tempat kemarin saja" Jawab Yuri kemudian.

"Daddy segera kesana" Ucap Daddynya lalu menutup telponnya.

'Aku harus apa jika kenyataan tak sesuai harapku'

'Sicachu aku mencintaimu, sungguh'

***

Saat Yuri sampai di tempat yang dituju ia sudah melihat pria itu duduk membelaknginya.

"Err.. Maaf lama" Ucap Yuri dan sedikit terkejut karena penampilan pria itu jauh berbeda dengan saat pertama kali mereka bertemu.
Lusuh. Kusut. Berantakan.

"Duduklah nak" Jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.

"Jadi sebenarnya ada apa diantara kalian?" Tanyanya langsung begitu Yuri duduk.

Ia tidak memberi jeda pada Yuri untuk sekedar memesan makanan karena ia juga tau pasti Yuri ingin segera mendapatkan penjelasan.

Yuri diam, ia menggigit bibir bawahnya.

"Sebelumnya aku ingin memastikan, apa benar... Jessica anak... Kandungmu?" Tidak sopan memang tapi Yuri harus memastikan.

"Maaf tapi itu adalah kenyataan yang tak bisa terbantahkan dan yang sebenernya. Aku yang melihat sendiri bagaimana ia terlahir kedunia" Ucap pria itu dengan nada parau.

"Kalo begitu mungkin ada kesalahan dengan ibuku, mungkin ibuku keliru, mungkin aku bukan anakmu bisa saja saat ibuku hamil itu bukan.... " Yuri tidak melanjutkan perkataannya ia sadar secara tidak langsung telah menuduh ibunya macam-macam.

Yuri memilih menangkupkan tangannya ke wajahnya dan menangis, bagaimana bisa ia menuduh serendah itu pada ibunya.

"Ibumu wanita baik-baik aku percaya dengan apa yang ia tulis di surat itu" Pria itu membuang nafas pelan.

Yuri tidak percaya bagaimana bisa dia tak mempercayai ibunya yang padahal ia mengenal ibunya lebih baik dari pada orang yang didepannya ini. Sedangkan orang yang didepannya ini dengan mudah mempercayai ibunya.

"Untuk memastikannya dan membuatmu yakin bagaimana jika kita tes dna?" Lanjut pria itu, jujur hatinya sedikit sakit bagaimana tidak anaknya sendiri menolak dirinya dan berharap ia bukan ayahnya, tapi ia lebih sakit melihat Yuri menangis karena ulahnya dulu.

What is love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang