1. Gadis Ceria

66 28 27
                                    

Pagi hari yang indah. Dan suasana kelas yang baru. Mengawali hari gadis beriris cokelat muda yang sedang melangkahkan kaki di halaman sekolah. Matahari yang menerpa wajah cantiknya membuat iris cokelatnya seperti menyala. Sangat indah.

Kaki mungilnya menyusuri koridor dan menapaki anak tangga satu persatu dengan langkah perlahan. Sambil tersenyum sesekali saat ada adik kelas atau teman seangkatan yang tersenyum padanya.

Dengan senyuman yang masih terpatri di wajah putih pucatnya gadis beriris cokelat muda tersebut memasuki kelas yang masih sepi lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang akan menjadi kursinya nanti.

Hari ini hari awal pelajaran baru setelah kenaikan kelas. Dan gadis beriris cokelat muda itu tahun ini memasuki kelas 12.

"Hai Ay udah dateng aja." Sapa Vira Turrohmah salah satu sahabat Soraya yang langsung mendudukkan dirinya di kursi sebelahnya. Yang hanya di balas senyuman oleh Soraya sebagai jawaban.

"Kok si kembar belum dateng?" Tanya Soraya sambil mengambil handphone yang berada di saku baju.

Vira mengacuhkan bahu acuh. "Biasa Ay paling telat lagi."

Sahabat Soraya selanjutnya adalah si kembar Mutia Amalina dan Tiara Amalia yang selalu datang terlambat. Masuk sekolah pukul 07.00 dan mereka baru berangkat pukul 07.05. Ya ampun betapa rajin nya mereka. Bahkan guru piket pun sudah hapal betul dengan mereka.

Anak murid lain sudah masuk ke kelasnya masing-masing karena bel sudah berbunyi dan karena hari ini hari pertama masuk sekolah kembali maka hari ini mereka freeclass.

"Huh gila capek gue." Tiara yang baru sampai berkata ngos-ngosan sambil mengibaskan tangannya ke wajahnya.

"Ra lo ninggalin gue aja." Teriak Mutia di belakang Tiara yang berlari sambil menenteng tas Tiara. "Tuh tas lo." Mutia melemparkan tas ke arah Tiara yang langsung di tangkap oleh si empunya tas.

Soraya tertawa melihat si kembar yang seperti habis mengejar maling itu. "Hahaha. Pasti lo berdua lewat belakang sekolah yah dan ketauan guru piket?" Tebaknya yang di angguki oleh si kembar.

"Kenapa gak langsung di tangkep aja coba sama guru piket." Vira menimpali yang langsung di beri hadiah timpukan masker yang di pake oleh si kembar.

Soraya menyahut. "Iya kenapa gak langsung di tangkep aja sama guru piket nya."

Tiara mendengus. "Kan kita anak Sholehah jadi masih terbebas lah dari jeratan hukuman guru piket." Ucap Tiara santai yang di angguki oleh Mutia.

Soraya memutar bola matanya malas. "Udah cepatan kalian duduk sana." Tunjuknya ke arah meja depannya yang masih kosong. Yang langsung membuat si kembar langsung mendudukkan diri mereka sambil bersender lelah.

°°°

"Ay nanti sore lo free gak?" Tanya Tiara sambil memakan bakso nya.

Soraya berpikir sejenak. "Gak tau deh. Emang nya kenapa Ra?" Tanyanya sambil menyeruput jus Alpukat.

"Kita pengen nongkrong gitu di cafe yang baru buka itu loh." Mutia menimpali.

Vira mengangguk. "Ikut aja Ay mumpung si kembar mau traktir."

Soraya tersenyum misterius. "Boleh lah. Nanti sore yah kan? Kalo di traktir kembar sih gue ikut aja." Ucapnya santai yang langsung di lempari tissue oleh ketiga sahabatnya.

"Giliran yang gratisan aja langsung oke." Sorak sahabatnya serempak.

Soraya langsung memalingkan wajah dari timpukan tissue lalu menjawab santai. "Karena yang gratisan itu lebih nikmat." Balasnya yang langsung membuat ketiga sahabatnya tertawa. Setelahnya mereka memakan makanannya dan sesekali bercanda.

Soraya bangkit dari kursinya diikuti oleh ketiga sahabatnya. Setelah membayar makanan mereka masing-masing mereka melangkahkan kaki menuju koridor kelas.

"Hay ka Aya." Sapa salah satu junior nya. Yang di balas senyuman oleh Soraya.

Soraya di kenal sebagai gadis ramah dan ceria. Tak jarang dia di sapa oleh adik junior. Bahkan yang anak kelas 10 baru pun mengenal nya. Karena keramahannya pula banyak orang yang mendekati nya. Namun yang dekat baik dengan Soraya hanya si kembar dan Vira saja. Meski Soraya selalu curhat kepada mereka namun ketiga sahabatnya tidak betul tahu kehidupan pribadinya. Yang mereka tahu hanya Soraya yang memiliki ibu tiri. Tidak lebih, bahkan mereka tidak tahu bagaimana sikap ibu tirinya terhadap Soraya.

Mutia berdehem. "Jadi yang di sapa cuman Aya doang nih?" Ledek Mutia.

Si juniornya tersenyum kaku. "Eh hai ka Muti, ka Ara, ka Vira." Sambil melambaikan tangan kaku menyapa tiga sahabat Soraya.

Soraya tertawa. "Jangan kaku gitu dong. Tenang mereka udah jinak kok jadi gak akan makan kamu." Soraya berkata sambil menepuk pelan bahu si junior.

"Eh si Tristan pipinya langsung merah gitu gara-gara di pegang bahu nya sama Aya." Vira berteriak heboh.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Tristan Alif si junior yang menyapa Aya tadi menyukai Aya dari awal dia kelas 10. Alasannya klasik karena Aya ramah dan pernah menolong dia pada saat ketinggalan bekal waktu MOS.

Sebenarnya bukan hanya Tristan yang menyukai Aya. Bahkan hampir seluruh laki-laki kelas 12 menyukai Aya. Dan hampir seluruh junior mengenal dirinya. Soraya tidak hanya ceria dan ramah. Dia unggul dalam pelajaran bahasa. Tepatnya puisi. Soraya juga sering ikut serta dalam lomba puisi. Dan kalau ada lomba di sekolah nya dia yang menjadi juri.

"A..a..apa..si..h..ka" Tristan menjawab gagap dan langsung pergi dengan pipi memerahnya. Yang membuat ke tiga sahabat Soraya tertawa terbahak-bahak. Namun tidak dengan Soraya dia hanya tersenyum geli melihat nya.

Mutia menepuk bahu Soraya. "Ay harus nya kalo lo gak suka jangan di baperin anak orang. Kalo dia kenapa-kenapa tanggung jawab loh." Peringat Mutia sambil tertawa.

Soraya kembali menjalankan kakinya menuju kelas yang langsung di ikuti ketiga sahabatnya. "Gue gak baperin kok tapi menghargai. Masalah suka dan perasaan itu kan hak setiap orang. Mau dia suka gue ataupun dia suka elo itu hak dia. Meski gue gak suka dia gue gak berhak ngelarang. Gue cukup menghargai dia aja." Jelas Soraya ketika sudah mendudukan dirinya di kursinya.

Tiara tersenyum bangga kepada sahabatnya. Ini yang dia suka berteman dengan Soraya. Selain ramah, ceria dan baik. Soraya itu tipe orang yang sangat menghargai orang lain.

Lain dengan kembarannya. Mutia malah berfikir bahwa Aya hanya menyakiti orang yang menyukai nya. Karena bersikap seolah Aya menerima orang itu. "Tapi Ay. Lo juga gak bisa bersikap gitu juga. Lo bersikap seolah lo memberikan kesempatan kepada si cowok itu untuk memiliki elo." Ucapan Mutia kali ini sedikit membuat Soraya tertegun.

Vira menepuk-nepuk bahu Mutia. "Duh elah mbak. Yang suka di PHP in mah gini. Perasa banget sih mbak. Aya tuh udah baik tau dia gak mengusir atau menunjukan kalau dia terganggu dengan para cowok yang ngejar dia. Dia tuh menghargai mereka meski dia gak bisa bales perasaan mereka."







Karena aku lagi bahagia dan baik hati langsung deh ku update wkwk

MASQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang