Rey mengusap pelan kepala Soraya. "Kayaknya aku gak jadi ke rumah omah deh, bisa lain kali. Gimana kalo kita jalan-jalan aja, keliatan nya kamu butuh hiburan." Rey bertanya sambil menaik-turunkan alisnya.
Aya tertawa melihat nya, Rey yang melihat itu terperangah. Bahkan dia sampai tidak berkedip hanya untuk melihat tawa Aya. "Kamu cantik kalo ketawa, kok aku gak pernah liat sih?" Tanya Rey setelah Aya berhenti tertawa.
Aya mengernyit. "Ah masa sih aku gak pernah ketawa. Aku ketawa terus kok di depan semuanya." Kecuali saat dirumah dan saat aku sendiri. Lanjutnya dalam hati.
Rey mengangguk. "Terus ketawa seperti ini yah, kamu cantik." Rey berkata sambil mengedipkan sebelah matanya.
Aya menepuk lengan Rey. "Maaf mas saya gak punya receh." Balas Aya yang membuat keduanya tertawa kompak.
Rey berjalan terlebih dahulu ke arah motornya. Lalu mengendarai nya ke arah depan Aya. "Silahkan putri ceria." Rey berkata sambil sedikit membungkukkan badannya karena dia sedang berada di motornya.
Aya tertawa. Ah putri ceria yah?. "Dengan senang hati." Balas Aya sambil menepuk bahu Rey.
Setelahnya mereka meninggalkan perumahan itu.
°°°
"Eh gimana kalau kita nonton aja? Mumpung di mall kan?" Rey bertanya sambil membetulkan rambutnya. Ah ternyata kalau sudah sedikit dekat bersama Rey, dia tidak seperti diawal kenal yang kelihatan nya cowok pendiam. Memang Rey cowok baik, tapi dia tidak sependiam itu orangnya. Asik juga sih.
"Hey gimana? Mau nonton gak?" Rey tiba-tiba berhenti membuat Aya yang berjalan di belakangnya terantuk punggung Rey karena memang tingginya jauh di bawah Rey.
"Aduh."
Keluhan kecil itu membuat Rey mengusap pelan kening Aya membuat Aya merengut kesal. "Kamu kalau mau berhenti bilang dong. Kan nanti gak ada acara mentok gini jadinya." Aya memajukan bibir bawahnya.
Rey menyentil bahu Aya yang tadi diusapnya. "Lagian kamu aku tanya malah gak di jawab-jawab." Rey menjawab sambil berkacak pinggang membuat Aya tak bisa membendung tawanya. Rey saat ini seperti ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya yang pulang main sampai sore hari.
"Hehe. Sorry." Balas Aya dengan cengirannya. Aya menepuk dahinya pelan. Aduh udah kepentok punggung Rey, di sentil Rey, sekarang di tepuk pula sama dirinya yang lupa. "Eh gimana yah ngomong nya." Aya berujar kaku.
Rey mengernyit tidak mengerti.
"Gini Rey, kita kan udah jadi temen gini, aku-eh gue eh maksudnya saya."
Rey menyela. "Halah apaan sih Ay, grogi banget."
Aya nyengir, memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Gini Rey dulu kan gue manggil lo dengan sapaan aku-kamu karena kita baru kenal kan, belum jadi teman. Nah sekarang kayak gimana yah kalo ngomong aku-kamu, jadi kayak gak bebas aja gitu. Eh paham gak sih?" Aya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Rey yang paham hanya mengangguk kepalanya. "Oh jadi sekarang ngomong gue-lo an aja gitu?" Tanyanya yang diangguki cepat oleh Aya. Rey mengacak rambut Aya. Ah imutnya.
"Oh iya gue belum dapet nomor teman gue ini." Rey mengeluarkan handphone nya lalu memberikannya kepada Aya yang langsung Aya ketik nomornya disitu.
"Udah ya." Aya menyerahkan kembali handphone Rey yang membuat Rey mengangguk.
"Gimana kalo kita nonton aja, mumpung lagi ada film bagus, gimana?" Usul Rey yang di jawab gelengan oleh Aya.
"Sorry Rey, gue gak terlalu suka nonton bioskop."
Rey hanya mengangguk saja. Lalu saat mengusulkan jika mereka makan saja, Aya langsung semangat menarik Rey menuju cafe terdekat. Dan di sinilah mereka berdua. Berhadapan sambil menikmati menu masing-masing. Matcha untuk Aya, Moccacino untuk Rey, larva cake untuk Aya dan red velvet untuk Rey.
"Pelan-pelan Ay makannya nanti keselek."
Uhuk..uhuk
Tidak lama setelah Rey berkata benar saja Aya langsung tersedak karena makan terburu-buru. Rey yang melihatnya langsung memberikan minuman Aya, yang langsung cepat diminum oleh Aya.
"Mangkanya kalo dibilang orang lain tuh denegerin, yang nurut, kena tulah kan." Rey berkata setelah Aya menghabiskan minumannya. Sedangkan Aya yang disindir hanya memutar bola matanya malas.
°°°
"Rey makasih ya untuk hari ini, dan maaf udah buat lo repot-repot segala nganterin gue." Aya berkata setelah turun dari motor Rey.
Rey menatap Aya sejenak. Lalu mengacak rambut Aya. "Gue pamit yah 'putri ceria'." Rey langsung pergi setelah mengacak rambut Aya. Ah 'putri ceria' itu sekarang jadi panggilan khusus yang diberikan Rey untuk Aya.
Aya menatap pagar rumah nya. Raut wajahnya yang tadi terlihat ceria kini tak ada lagi. Berganti dengan wajah yang penuh dengan luka, kepedihan dan kesendirian. Menguatkan hati Aya memasuki rumah itu. Dan ketika Aya baru membuka gagang pintu rumahnya.
Byurrr
Siraman air dingin yang seperti baru saja diambil dari kulkas membuat dirinya basah kuyup. Dingin, sampai membuat tubuhnya menggigil. Apalagi saat ini sedang turun hujan. Cuaca yang sangat dingin serta siraman air dingin cukup membuat nya demam esok pagi.
Seperti belum cukup menyiram air dingin. Rina--Mama tirinya mendorong nya hingga terjatuh mengenai sudut meja, membuat sikunya mengeluarkan sedikit darah.
"BELUM CUKUP HUKUMAN SAYA KEMARIN KAMU SEMAKIN TIDAK TAHU DIRI. DARIMANA SAJA KAMU SAMPAI BARU PULANG MALAM SEPERTI INI. HAH? JAWAB!!!?" Rina menarik kasar rambut Aya, membuat Aya meringis kesakitan.
"MULAI BERANI MEMBANTAH SEKARANG KAMU." Rina mendorong keras kepala Aya hingga membentur lantai marmer yang cukup keras.
Aya memegangi kepalanya yang sangat sakit. Rasanya seperti akan hancur, belum lagi sikunya yang terluka dan dirinya yang kedinginan. "Maaf." Balas Aya dengan suara lirih.
Rina berkacak pinggang. "Maaf? Maaf, maaf, maaf. Apa kata maafmu itu bisa membuat aku tidak kelaparan sedari tadi hah?" Tanya Rina sambil menendang kencang Aya.
Aya meringis menahan sakit. "Ampun.. maaf, maaf, saya akan membuat makanan." Sambil berusaha berdiri Aya memohon ampun.
Rina menarik kasar tangan Aya menuju dapur, lalu mendorong kasar Aya ke arah kompor. "Jika kamu tidak bisa membuat masakan selama 20 menit, jangan harap kamu bisa tidur di rumah ini." Setelah mengatakan ancaman itu Rina berlalu pergi meninggalkan Aya yang berusaha berdiri.
Aya tertatih menyiapkan segala kebutuhan memasak. Sambil berusaha menahan dingin yang menusuk tulangnya. Ah kemana perginya papa, kenapa beliau tidak melihat betapa hancur putri kandungnya. Diperlakukan layaknya binatang oleh istrinya sendiri.
Bunda. Aya rindu bunda, ah mengapa tadi dia tidak bertanya apakah Rey mengenal bunda atau tidak. Mengapa tadi dia tidak langsung pergi mengetuk rumah bunda. Mengapa dia tidak bisa bertemu bunda.
Tess
Air mata perlahan mengalir di pipi putih Aya.
Yeee sudah update
Selamat liburan semuanya. Selamat bersenang-senang dari tugas yang menumpuk hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASQUE
Teen FictionCerita ini belum direvisi, masih banyak typo dan kesalahan kosakata. MASQUE dalam bahasa Perancis artinya topeng Ini adalah kisah Soraya si gadis ceria dengan sejuta kesedihan yang ditutup rapat olehnya Soraya yang selalu menolong rasa sakit temanny...