7. Sakit

20 10 27
                                    

Rey memperhatikan Aya. Jika dipikir-pikir memangnya jatuh seperti apa yang membuat dahi dan siku Aya lecet. Ah tidak-tidak bukan itu, masalahnya kemarin kan dia yang mengantar Aya pulang kerumahnya, dia baik-baik saja. Jadi Aya jatuhnya kapan? Jatuh dari tangga? Tapi kan rumah Aya tidak tingkat.

"Heh." Muti menepuk pundak Rey kencang.

"Apa sih?"

"Gue gak paham jatuh kayak gimana yang buat Aya luka-luka kaya gitu dan lagi sampe buat dia demam tinggi." Muti mendudukkan dirinya di samping Rey sambil memainkan handphone nya.

Rey menoleh. Ah ternyata bukan dia saja yang berpikir seperti itu, sahabat Aya pun sama. "Kemarin sore waktu gue nganterin dia pulang dia gak kenapa-kenapa, masih baik-baik aja." Ucapan Rey membuat Muti mengalihkan fokusnya ke wajah Rey.

"Gue ngerasa ada yang gak beres deh. Tadi saat gue ngebuka sweater Aya, banyak memar di tubuhnya."

Rey menyatukan alisnya. "Dia tinggal sama siapa?" Pertanyaan Rey membuat Muti mendorong kepala Rey. "Ya tinggal sama mama papa nya lah."

Rey menggeleng. "Bukan, maksud gue. Itu kandung?" Pertanyaan Rey membuat Muti menyadari sesuatu. Dia pernah memergoki Aya berangkat sekolah naik angkot, karena setahunya Aya tidak di izinkan keluar rumah tanpa papanya yang mengantar, tapi ini tidak.

"Dia punya mama tiri." Ucapan Muti membuat Rey tersentak.

"Bisa jadi yang buat Aya luka-luka itu mama tirinya." Rey berpendapat.

Muti menggeleng. "Kita gak bisa nyimpulin gitu aja tanpa bukti Rey, nanti kita bisa dilaporin dengan tuduhan pencemaran nama baik. Dan selama ini juga Aya gak pernah cerita masalah pribadi dia." Muti menghela nafas gusar.

"Gimana kalo kita ngumpulin bukti aja?" Usul Rey sambil memandang Aya yang terbaring lemah.

"Gimana caranya?"

Rey langsung memberitahu rencana yang dia pikirkan matang-matang kepada Muti.

°°°

"Hati-hati Rey." Muti berujar sambil membawa tas Aya dan dirinya dari dalam mobil dan disusul Ara dan Vira.

Rey menggendong Aya ala bridal style. Menunggu sang punya rumah yaitu kembar membukakan pintunya. "Assalamualaikum." Ucap mereka serempak sambil memasuki ruang tamu.

"Wa'alaikumsalam." Ucap mama kembar sambil menaruh kuas maskernya di atas meja. Melihat Aya yang di gendong oleh Rey dengan kening berkerut. "Itu Aya kenapa?"

Muti dan Ara berjalan menghampiri mamanya. "Ma, Aya lagi sakit dan lagi ada masalah sama keluarganya. Jadi Aya untuk sementara waktu disini dulu yah." Muti meminta izin sambil menyenggol lengan Ara agar bersuara.

"Iya ma untuk sementara waktu aja." Tambah Ara yang kesal karena Muti menyenggol lengan nya terus-menerus.

Mama kembar mengangguk lalu menyuruh Rey agar menaruh tubuh Aya di kamar kembar yang ditemani oleh Muti untuk menunjukkan kamarnya.

"Kok Aya bisa sakit gitu sih?" Tanya mama kembar kepada Ara dan Vira sambil mengambil kembali mangkuk maskernya karena baru separuh memakai masker.

Ara mengangkat bahu acuh. "Gatau ma, namanya juga sakit ga ada yang tau." Lalu mengalihkan perhatiannya pada layar handphone nya.

"Biasanya dia jarang sakit gitu sih." Vira menimpali. Karena memang Aya jarang sekali sakit. Jadi jika Aya sampai pingsan seperti tadi membuat semua orang heboh sekali layaknya mengetahui kabar bahwa Kai oppa dan mbak Jennie dating.

MASQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang