Brruk
Terdengar suara hantamn mengenai pintu.Crhistian berjalan menghampiri orang yang telah dipukulnya. Diikuti oleh Dika, Aldi, Rio, Nathan, dan Reyhan dibelakangnya.
Terpampang jelas di atas pintu tersebut bertuliskan kelas XI Mia 3.
"Jangan Lo pikir gue takut sama Lo?" Tunjuk Crhistian pada laki-laki didepannya. "Lo juga nggak jauh beda dari gue" ujarnya dingin.
Namun Yuda hanya tersenyum mendengar ucapan Crhistian, seakan-seakan tidak terintimidasi oleh tatapan orang yang berada didepannya.
"Hahaha, apa Lo bilang? Lo bilang kita sama?" Yuda tertawa mengejek. "Lo salah karna kita tidak sama!" Ujarnya mulai marah. "Lo harusnya mikir, kalau bukan karna Lo, dia pasti masih di sini" ujarnya mulai melembut. Terlihat sorot kesedihan di matanya.
"Lo nyalahin gue!!? Lo juga mikir, Lo yang bikin dia seperti itu, orang itu Lo!!!" Tunjuk Crhistian yang emosinya ikut terpancing.
Reyhan yang melihat emosi Crhistian sudah memuncak segera melerai keduanya. Ia membawa Crhistian menjauh dari Yuda yang masih mematung di tempatnya.
"Lo harus bisa kontrol emosi Lo crhis" Reyhan menepuk pundak Crhistian. "Jangan sampai Lo bikin anak orang sampai masuk rumah sakit dan kita tau seberapa besar rasa sakit yang Lo rasakan".
"Kita temen Lo yang akan selalu ada saat susah maupun senang" Nathan ikut menasehati.
"Bener" ujar Aldi. "Kita ada di sini kalau Lo butuh bantuan"
"Dan satu lagi" Reyhan menambahi. "Lo harus belajar gimana caranya mengungkapkan apa yang Lo rasain. Supaya Lo nggak meledak-ledak kayak gini lagi"
. . . . .
Hari ini terasa begitu tenang. Tidak ada kericuhan yang terdengar di kelas XI Mia 3 seperti hari-hari biasanya.
Mungkin orang-orang akan berfikir mereka adalah anak yang patuh, rajin dan sopan. Seperti pandangan orang pada umumnya pada anak-anak yang berasal dari jurusan IPA.
Namun hal itu tidak selalu benar. Mereka hanya berkedok dengan berada dibawah nama anak IPA melainkan sikapnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang suka bersenang-senang.
Namun apa yang terjadi pada hari ini, tidak sesuai dengan ekspektasi. Mereka tenang bukan karena anak IPA. Melainkan memang tidak ada satu orang siswa pun yang berada disana terkecuali Lea.
Guru-guru mengadakan rapat dadakan. Dan kesempatan emas seperti ini tidak mereka sia-siakan. Ada yang pergi ke kantin untuk sekedar mengisi perut. Ada yang berolahraga dan sebagainya.
Begitupun dengan dua orang yang sudah menjadi sahabat Lea saat ia mulai menuntut ilmu di sekolah ini. Semenjak diumumkannya rapat, mereka sudah ngacir entah kemana dan meninggalkan Lea seorang diri di kelas ini.
Rasa suntuk kian melanda lea yang sedari tadi sibuk dengan buku yang dibacanya. Ia sudah tidak betah duduk sendiri disini.
Ia ingin mencari suasana yang berbeda.Rasa suntuk yang melanda membuat Lea sampai pada tempat ia berada sekarang. Mungkin dengan membaca buku yang tidak berhubungan dengan pelajaran dapat membuat pikirannya sedikit lebih rileks.
Ia mengambil dua buah buku yang menurutnya cukup menarik. Dan mengambil tempat duduk paling pojok agar bisa lebih santai.
Setelah beberapa lama Lea tetap saja merasa suntuk dan lesu. Ia menelungkup kan kepala diatas meja dengan beralaskan tangan.
Setelah beberapa lama dalam posisi itu ia sedikit mengangkat kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/162529012-288-k478708.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
So Many Things I Want To Say
Teen FictionCintaku padamu seperti mawar hitam. Hanya dapat tumbuh di satu tempat. Seperti aku yang hanya mencintaimu dan hanya kamu. Sangat sulit untuk ditemukan. Seperti aku yang akhirnya menemukanmu. Keindahannya memikat hati dengan warna hitam yang menawan...