"Sangat menyakitkan, tapi siapa yang tau?"
Sudah tiga hari semenjak hari itu. Namun Lea belum juga sadarkan diri. Sudah tiga hari juga Lala menjaga dan merawat Lea dengan sabar. Ia masih belum mengabari orang tua Lea bahwa Lea sedang sakit. Lala tidak mau membuat orang tua Lea khawatir akan keadaan Lea saat ini." Le, Lo bangun dong, gue sedih liat Lo kayak gini" gumam Lala sambil menggenggam tangan Lea yang masih terbaring di atas tempat tidur.
" Gue pergi dulu, Lo baik-baik di rumah" pamit Lala dan pergi meninggalkan Lea.
Setelah pulang dari rumah sakit Lala tidak membawa Lea ke kostannya melainkan kerumahnya. Karena Lea tinggal sendiri, ia memutuskan untuk merawat gadis itu sampai ia sadar.
. . . .
SMA Harapan Bangsa
Lala merasa sangat kesepian. Ia tidak terlalu dekat dengan teman sekelasnya. Lea satu-satunya teman sekelasnya yang bisa akrab dengannya.
Tapi untungnya ada Dinda. Pada awalnya ia berfikir gadis itu sama dengan gadis lainnya. Tapi gadis itu ternyata enak juga untuk diajak berbicara. Dinda lah yang pertama mengajaknya untuk pergi ke kantin bersama. Padahal ia sama sekali tidak berniat pergi ke kantin, ia sudah terbiasa bersama Lea. Namun gadis itu mau menemaninya. Begitu juga hari-hari sebelumnya selama Lea tidak ada.
Seperti sekarang ia sedang menunggu Dinda yang sedang memesan makanan untuk mereka berdua. Tidak lama kemudian Dinda datang membawa dua mangkok bakso dan dua buah es teh.
" Ini dia makanan Lo"
" Makasih" ucap Lala kepada Dinda, yang di balas senyum oleh gadis itu.
Ketidak hadiran Lea juga disadari oleh Reyhan. Sudah tiga hari ia tidak melihat kehadiran Lea. Hari ini ia juga tidak melihat Lea bersama dengan Lala. Ia melihat Lala bersama dengan orang lain. Hal itu membuatnya penasaran.
" Apa mungkin mereka berantem? Kemana gadis itu?" Sambil melihat kearah Lala dan Dinda.
Rio yang mendengar gumaman Reyhan pun bertanya " Lo lagi ngomongin siapa?"
Namun Reyhan tidak menggubris pertanyaan Rio, ia asik dengan pikirannya sendiri.
Karena tidak ada jawaban dari orang yang ditanya. Rio mengikuti arah pandangan Reyhan " Lo nyariin siapa sih?" Tanyanya penasaran.
" Bukan urusan Lo"
" Apaan sih bang Iyan kok jadi marah" celetuk Aldi yang mendengar pembicaraan keduanya.
" Nggak usah lebay"
" Abang crhis, dia jahat" rengeknya kepada Crhistian sambil menunjuk ke arah Rio.
Namun Crhistian malah memperlihatkan tatapan tajam kearahnya. Cukup untuk membuat ciut nyalinya. Sepertinya ia salah sasaran.
" Kalau orangnya Crhistian ngelihat tatapannya udah bikin Lo kapok. Tapi kalau gue boro-boro, dasar kutu kupret" cerocos Rio yang kesal melihat Aldi.
" Kalau crhis mah beda. Tatapannya itu kayak tatapan malaikat maut yang siap mencabut nyawa"
" Lo mau beneran gue bunuh?" Gertak Crhistian kepada Aldi.
" Sorry, sorry mas bro. Gue becanda kok" ucapnya sambil cengengesan.
" Makanya jangan ganggu macan yang lagi tidur" tambah Rio sambil menertawakan Aldi.
" Lo kayaknya serius amat mikirin tuh cewek" Suara Nathan yang kali ini terdengar.
" Leanata Farisya" Dika ikut menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Many Things I Want To Say
Novela JuvenilCintaku padamu seperti mawar hitam. Hanya dapat tumbuh di satu tempat. Seperti aku yang hanya mencintaimu dan hanya kamu. Sangat sulit untuk ditemukan. Seperti aku yang akhirnya menemukanmu. Keindahannya memikat hati dengan warna hitam yang menawan...