(37) kotak kayu

217 25 4
                                    

Sivia melangkahkan kakinya memasuki cafe tempatnya dan Alvin membuat janji.

Selama dijalan tadi,Sivia terus kembali memikirkan keputusannya untuk bertemu Alvin.

Apakah sudah benar atau salah.

Karena ada sesuatu dalam hati Sivia yang masih mengganggu dirinya hingga terus saja merasa gelisah.

Dan apa sesuatu yang mengganggu itu Sivia juga tidak mengetahuinya.

Sivia melirik sekilas melalui ekor matanya suasana didalam cafe yang didominasi oleh bau dari capucino. Cafe yang memang menyediakan segala macam bentuk minuman dari kopi seperti Cappucino,Latte,Espresso,Moka dll.

Terlihat jelas dari saat pertama Sivia menurunkan kaki didepan Cafe ini,ada berbagai macam bentuk tempelan gambar kopi didepannya.

"Maaf mbak Sivia?" tanya seorang pelayan wanita mendatangi Sivia yang masih berdiri didepan pintu cafe

"Iya?" jawab Sivia bingung

"Meja nomor 6 sudah menunggu kedatangan mbak Sivia dari tadi" jelas pelayan itu dengan senyuman ramahnya "Saya diminta untuk mempersilahkan mbak agar segera datang kesana" lanjutnya lagi

"Meja enam ya" Sivia berucap dengan pandangan terarah ke meja nomor 6 yang dimaksudkan oleh pelayan itu,dimana disana sudah duduk seorang laki-laki yang mengenakan kemeja biru kotak-kotak.

Alvin.

"Iya mbak,kalau begitu saya permisi ya" pamit pelayan itu

Sivia lalu kembali melanjutkan langkahnya menghampiri Alvin yang sedang menghirup segelas kopi espressonya.

"Duduk" perintah Alvin begitu melihat kedatangan Sivia

"Langsung aja lo mau apa,gak usah basa basi" tandas Sivia setelah mendudukkan diri dihadapan lelaki itu.

Sivia menatap lurus pada Alvin yang juga sedang memandang dirinya sekilas lalu menyeruput kembali kopinya.

"Gak bisalah,lo pesen dulu mau minum apa" ujar Alvin santai dengan sebuah senyuman miring khas dirinya

Jujur,dalam hati Sivia sudah sangat ingin pergi dari hadapan lelaki itu. Karena,saat ini hatinya mulai bergejolak tidak karuan.

"Gue kesini bukan untuk makan,jadi lo ngomong sekarang atau gue pergi" putus Sivia cepat,ia benar-benar tidak mau terus dipermainkan oleh Alvin.

Dia takut kalau keadaannya seperti ini terus bisa-bisa hatinya akan terpancing untuk menghadirkan kembali sebuah rasa yang sedang berusaha Sivia hilangkan dari dalam hatinya.

Dengan Alvin yang terus bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa membuat Sivia terus berpikir dengan keras.

Apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh lelaki yang sedang duduk dihadapannya saat ini.

"Santai dong" Alvin terkekeh melihat reaksi Sivia "Baru tau gue lo sejutek ini"

"Gue bilang gak usah basa basi Alvin"

"Kalau gue sukanya basa basi dulu gimana?"

"Oke,gue pulang sekarang" Sivia meraih tas selempangnya lalu berdiri dan hendak melangkah pergi sebelum Alvin menyerahkan sesuatu padanya

"Apa-apaan nih?" Sivia memandang aneh kearah Alvin

"Liat aja dulu" Alvin melirik Sivia sebentar lalu mengalihkan pandangannya pada sebuah kotak yang beberapa saat lalu Alvin serahkan diatas meja,seolah memerintahkan Sivia untuk membuka kotak kayu itu secara tidak langsung.

Sivia menggelengkan kepala malas "Ternyata gak ada gunanya ya gue datang kesini" sinis Sivia yang masih dalam keadaan berdiri "Satu hal yang harus lo tau,gue kesini bukan karena gue masih suka sama lo. Sesuai apa yang lo mau,gue udah ngebuang jauh-jauh perasaan semacam itu buat lo. Dan yang paling penting adalah,gue bukan tipe cewek yang gak bisa beli barang apapun sehingga gue harus minta-minta sama cowok kaya lo. Jadi ambil aja kotak lo itu,gue gak butuh." desis Sivia tajam

DIA & KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang