(31) Rasa kesal

259 23 5
                                    

Bel pulang akhirnya dibunyikan, bertepatan dengan Ify yang baru sampai dikelas.

"Gimana Fy?" Tiake yang sedari tadi memang sedang menunggu kedatangan Ify langsung mencegat jalan masuk gadis itu

"Pulanglah Ke, gak dapet angkot tau rasa lo. Males gue ngasih lo tumpangan" bukannya Ify yang menanggapi, melainkan Curan. Entah kenapa mereka berdua selalu saja mengaitkan diri dengan urusan satu sama lain.

"Cerewet banget lo jadi cowok, gedek gue. Ify jadi pergi tuh ih gak dapet santapan info gara-gara lo kodok"

"Dasar emak-emak penyebar gosip lo, minggir sana" Curan menyenggol bahu Tiake dengan sengaja

"Dih dasar kodok buluk, jangan sentuh gue lo. Gue sumpahin ban motor lo bocor dijalan. Amin" Tiake segera menuju bangkunya dan meraih tas selempangnya lalu menuju pintu yang kemudian dicegat oleh Curan

"Apa lo"

"Lo ikut gue,jadi nanti kalo ban gue bocor dijalan seenggaknya ada lo yang ngedorong motor gue"

Dari bangkunya Ify menatap malas pada Curan dan Tiake,ada-ada saja ulah konyol mereka ini.

Ify lalu menoleh ke arah kirinya dan mulai menghela nafas kembali "Lo tenang aja, mulai sekarang dia gak akan berani ganggu lo lagi" ungkap Ify yang membuat kepala Sivia terangkat

"Thnks" balas Sivia dan kembali menelungkupkan wajah diatas meja

"Lo serius galau Vi? Duhh" kini Ify memutar tubuhnya agar menghadap Sivia yang belum menunjukkan reaksi

"Jadi lo beneran cinta mati gitu sama dia, ayolah Via. Masih banyak cowok yang lebih baik dari dia, lagian kemarin lo sendiri yang bilang ngg---,"

"Gue malu" cicit Sivia akhirnya

"Malu?"

"Disaat dia udah main tangan sama gue, tapi gue malah ngakuin perasaan gue ke dia." Ify melihat Sivia dengan alis bertautan

"Artinya lo suka beneran sama dia"

"No. Gue gak mau, karena gue udah janji bakal lupain dia kecuali tamparan ini,yang akan selalu gue inget. Anggap saja ini adalah penangkal jika gue khilaf nanti."

Ify mendengus "khilaf? Jadi lo ada rencana buat jatuh cinta sama dia lagi?"

"Kan masa depan gak ada yang tahu Fy, maka dari itu gue akan selalu inget tamparan ini. Jadi kalau gue mulai bertingkah aneh maka rasa sakit ini yang akan negur gue"

"Gue gak yakin sih" Ify meraih tasnya dan segera beranjak pergi meninggalkan Sivia yang malah angkat bahu tak mengerti

"Mana gue udah ngomong panjang lebar sama si tai, eh lo malah takut khilaf. Kan anjirr Via"

"Gue malah gak nyangka lo bisa emosi kayak tadi" kekeh Sivia menjajari langkah Ify

"Demi lo" ejek Ify

"Gue boleh gak sih meluk lo?" pinta Siva yang berhasil menghentikan langkah Ify

"Lo masih waras kan?" Ify menatap was-was

Sivia tersenyum getir dan saat itu juga dia langsung menubruk tubuh sahabatnya itu "Makasih" bisik Sivia sangat pelan

Dan untuk kesekian kalinya, Ify menghembuskan nafas kasarnya lalu membalas pelukan Sivia. Menepuk pelan lengan gadis chubby itu. Yah akhirnya Ify dapat mendengarkan dengan jelas isakan dari Sivia.

"Lo sok tegar sih, nangis ya nangis aja kali." canda Ify yang membuat Sivia terkekeh

"Gue gak tau mau ngomong apa, intinya gue bahagia bisa jadi sahabat lo. Makasih banget ya dagu prosotan"

DIA & KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang