Part2 - Traktiran

47 4 0
                                    


"Cinta, sebagai sahabat tapi." -Allesha


Happy Reading...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi Allesha masih menunggu Alden yang sedang rapat diruang OSIS. Ya, Alden adalah ketua Osis disekolah ini. Tadinya Allesha ingin pulang bersama dengan Meyra, tapi Alden tidak memperbolehkannya, katanya Alden ingin mentraktir nya makan hari ini, tentu tawaran itu tidak bisa Allesha tolak. Setelah lebih dari 15 menit menunggu akhirnya Alden pun keluar dari ruangan rapat itu. Alden menghampiri Allesha yang sedang menunggu di parkiran. Ia melihat Allesha yang sedang bermain ponsel sambil duduk diatas motor sport nya. Alden tersenyum sekilas, lalu mengahmpiri Allesha, ia berniat untuk menjaili sahabatnya itu dengan mengagetkannya.

"DORRR!!!"

Alden mengagetkan Allesha dari belakang, dan hal itu sukses membuat Allesha melemparkan ponsel'nya yang sedang ia pegang. Allesha buru-buru mengambil ponsel'nya yang tergeletak tidak berdaya diatas aspal. Ia mengecek ponselnya dan untung nya tidak terjadi apa-apa pada ponselnya. Ia menatap tajam Alden yang sedang nyengir kuda dengan tampang tidak berdosa nya sambil menaikan kedua jarinya, tanda 'piis'. Ia mendekatkan dirinya kepada Alden.

"Becanda lo galucu!" Ucap Allesha dengan mata memincing.

"Maaf Cha, gak lagi-lagi deh, janji." Balas Alden dengan wajah menunduk.

"It's oke. Tapi sebagai gantinya, lo harus teraktir gue makan hari ini, besok, besoknya lagi, besoknya lagi, besoknya lagi. pokonya selama lima hari berturut-turut. Gimana?" Tawar Allesha sambil mengulurkan tangannya kearah Alden.
Alden menatap Allesha dengan datar.

"Dasar cewek doyan traktiran." Balas Alden kemudian meghampiri motor sportnya, dan memakai helm fullface nya. "Tadi, lo ngomong apa? Gue gak denger. Coba ulangin?" Ucap Allesha. Alden dengan segera menyanggah ucapan Allesha.

"Tadi gue ngomong, iya gue bakal traktir lo selama lima hari. Asalkan lo maafin gue." Ucap Alden, kemudian berniat ingin memakaikan helm kepada Allesha, tetapi dengan segera Allesha cegah.

"Ohiya, dan mulai sekarang lo gausah pakein gue helm lagi kalau mau naik motor. Gue bisa pakai sendiri." Ucap Allesha, sebenarnya ia berkata seperti itu bukan sepenuh dari hatinya. Ia hanya ingin menghargai perasaan Meyra. Mulai sekarang, ia berniat untuk mendekatkan Meyra kepada Alden dengan caranya sendiri.

🌻🌻🌻

Mereka sudah sampai di salah satu Restoran yang ada di Jakarta. Restoran ini juga termasuk Restoran favorite Allesha dan Alden. Mereka masuk ke'dalam dan memilih tempat duduk, karna Restoran ini berlantai jadi mereka memutuskan memilih tempat duduk dilantai dua disamping kaca besar yang langsung menampakan pemandangan kota Jakarta siang ini. Seorang pelayan datang membawakan 2 buku menu.

"Silahkan, mau pesan apa Kak?" Ucap pelayan itu, sambil memberikan 2 buku menu kearah Alden dan Allesha.

"Saya pesan, Spaghetti Bolognese, minumannya Orange Juice." Ucap Alden, dan langsung dicatatkan pesanannya oleh sang pelayan.

"Kalau saya. Tenderloin Steak satu. Boneless Spicy Chicken satu. Spaghetti Bolognese satu. Strawberry milkshake satu. Dan satu lagi Oreo Cheese Cake satu." Pelayan itu menatap Allesha dengan tatapan tidak percaya'nya.

"Sudah itu saja kak, ditunggu pesanan'nya ya Kak, saya permisi." Ucap Pelayan itu kemudian pergi meninggalkan Allesha dan Alden. Bukan hal biasa lagi bagi Alden, ia memang sudah mengetahui dari kecil bahwa perempuan yang satu ini memang suka sekali makan terlebih-lebih makanan yang berbau steak. Allesha tersenyum kearah Alden.

"Thanks ya Den. Lo emang sahabat terbaik gue yang paling gue sayang yang paling gue cint---"

"Lo cinta sama gue Cha?" Sanggah Alden dengan cepat. Allesha mengangguk kemudian berkata.

"Cinta, sebagai sahabat tapi." Ucap Allesha, yang sukses membuat raut wajah Alden berubah seketika yang tadinya senyum mendadak pudar.

"Hahaha iya, gue juga cinta ko sama lo Cha, sebagai sahabat." Balas Alden, sedikit memelankan kata 'sebagai sahabat'.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pesanan mereka pun datang. Allesha menyambutnya dengan raut wajah bahagia, hal itu membuat Alden tersenyum juga.

'Ternyata membahagiakan Allesha bisa se-simple ini', pikirnya.

Allesha yang sedang menikmati makanan'nya sedikit terganggu dengan pemandangan yang ada di hadapan'nya.
"Lo ngapain malah senyum-senyum ngeliatin gue makan. Lo emangnya gamakan makanan lo? atau makanan lo buat gue aja?" Ucap Allesha berinisiatif mengambil piring makanan Alden, tapi dengan kilat dicegah oleh tangan Alden.

"Gue cumah lagi nikmatin pemandangan yang ada di depan gue ko. Kayak'nya ngeliat lo makan aja udah bikin perut gue kenyang." Jelas Alden, sambil tersenyum.

"Kalau gitu, berati lo gaperlu makan lagi dong, yaudah buat gue aja kalo gitu. Gue masih kurang tau Den." Balas Allesha. Alden menatap Allesha dengan muka datar.

"Ck, dasar gapeka." Kesal Alden, kemudian ia memakan sphagetti nya itu.

"Loh-loh, katanya kenyang? Ko dimakan?" Ucap Allesha dengan polosnya. "Mendadak laper lagi Cha." Balas Alden, seadanya.

Setelah mereka selesai menghabiskan makanan'nya mereka menuju kasir, dan Alden yang membayar seluruhnya.

"Abis ini kita mau kemana lagi Cha?" Tanya Alden.

"Balik deh kayaknya, gue udah cape banget nih." Jawab Allesha, sambil menuju ke arah motor sport nya Alden.

Selang beberapa waktu akhirnya mereka sampai dirumah Allesha. Allesha membuka helm yang tadi pakainya dan memberikannya ke Alden.
"Yaudah masuk gih sana, istirahat." Ucap Alden sambil mengacak-acak puncak kepala Allesha.

"Lo, gamasuk dulu Den?" Tawar Allesha, Alden langsung menggelengkan kepala'nya. "Gue langsung balik aja."

"Oh, oke. Hati-hati. Dan thanks buat traktirannya." Ucap Allesha sambil tersenyum kearah Alden, Alden menganggukan kepala dan langsung menyalakan mesin motornya, melesat pergi meninggalkan rumah Allesha.

Allesha masuk kedalam rumahnya langsung menuju kearah kamarnya. Membersihkan tubuhnya setelah itu merebahkan dirinya diatas kasur kesayangannya, ia memikirkan rencana pertamanya untuk mendekatkan Alden dan Meyra, ia harus berhasil. Tetapi disisi lain, Allesha tidak tahu bahwa wanita yang Alden cintai adalah, dirinya. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak diatas nakas, dan memberikan pesan kepada Meyra.
'Rencana pertama, akan dimulai besok.' ia berharap semoga rencana nya untuk mendekatkan Meyra dan Alden, berhasil.

Real HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang