(pict ; Gavin Mahendra)
"Lo gapapa kan?" -GavinHappy Reading..
-
-
-
-Sudah 2 minggu ini, rencana Allesha untuk mendekat'kan Alden dan Meyra pun berhasil. Kini Alden tidak bersikap dingin lagi pada Meyra, ia sudah bisa menerima kehadiran orang baru dihidupnya selain Allesha dan Reo, bahkan kini Alden dan Meyra sering bercanda atau mengobrolkan suatu hal. Bagaimana dengan Allesha? Tentu saja Allesha senang akan hal itu. Ia berharap semoga Meyra dan Alden akan segera berpacaran, ya dia sangat berharap itu terjadi.
Alasan sebenarnya Allesha mendekatkan Meyra dan Alden. Allesha hanya tidak mau Alden menjadi sosok yang sangat sulit didekati oleh perempuan lain selain dirinya, Alden tidak boleh menggunakan banyak waktunya hanya untuk selalu berusaha agar dia bisa selalu berada disamping gadis itu. Karna Allesha tahu alasan Alden tidak ingin menjalin sebuah hubungan dengan seseorang itu karna dirinya. Alden takut jika suatu saat nanti ia menjalin hubungan dengan seseorang ia akan tidak punya banyak waktu untuk bersama Allesha dan untuk selalu berada disamping Allesha, maka dari itu Allesha ingin merubah prinsip Alden yang sangat tidak ingin menjalin suatu hubungan dengan siapapun itu.
🌲🌲🌲
Hari ini Allesha harus pulang sekolah sendiri. Karna Alden sedang menjemput Om Revan, Papah Alden. Yang pulang dari luar negri sesudah menyelesaikan pekerjaannya disana. Tadinya Allesha diajak Alden untuk ikut saja bersamanya ke Bandara, tetapi Allesha menolak, karna ia ingin membeli buku bersama Meyra, tetapi ternyata Meyra juga tidak bisa karna ia harus mengikuti les musik nya hari ini.
Disinilah sekarang Allesha di persimpangan jalan dekat sekolah sedang menunggu datang nya angkot yang nantinya akan mengantarkannya ke salah satu pusat perbelanjaan yang jaraknya lumayan jauh dari sekolah. Allesha berniat untuk membeli buku di Gramedia ia memang pecinta buku. Seperti novel, komik, Dan lainnya terkecuali buku pelajaran, dia sangat malas untuk membaca satu buku itu. sudah sekitar 10 menit lamanya Allesha menunggu angkot tetapi belum datang juga, ia mencoba untuk bersabar. Ia berusaha menghilangkan kebosanannya dengan memainkan ponselnya membalas chat dari Meyra dan Alden. Tetapi tiba-tiba ada segerombol preman bersekitar 5 orang itu menghampirinya. Allesha memandang sengit ke arah mereka. Allesha memang sudah tau preman-preman ini, Karna mereka memang suka memalak para siswa-siswi di sekolahnya.
Allesha tetapi tidak bergerak dari posisinya, sampai jarak kelima orang itu hampir dekat kearahnya. "Hallo neng cantik, sendirian aja nih. Bagi duit dong!" Ucap salah satu orang digerombolan itu sambil mencolek dagu Allesha. Allesha menepis tangan kotor preman itu dengan kasar dan berdesis sinis.
"Kalau mau dapet duit, ya lo kerja lah! Jangan bisanya malak duit orang!" Ketus Allesha kepada kelima preman itu masih dengan tatapan tajam nya.
Kelima preman itu tertawa garing mendengar ucapan Allesha barusan. Allesha makin tambah panas dibuatnya, karna sudah merasa disepelekan. Allesha memang tidak takut dengan kelima preman itu karna dari kecil Allesha dan Alden memang sudah diajar'kan ilmu bela diri, untuk menjaga-jaga jika nantinya ada situasi seperti ini. Disekolah pun sewaktu Allesha kelas 10 sampai kelas 11 dia mengikuti ekskul karate, tapi setelah naik-naikan kelas 12 Allesha berhenti dari ekskul tersebut, karna dirasanya ia akan lebih sibuk untuk mengurusi ujian nasional nya.
"Dasar bocah! gausah sok ceramahin kita deh, serahin aja duit yang ada dikantong lo sekarang!! atau--"
"Atau apa?!? lo pikir gue takut sama lo pada!" Potong Allesha, ia segera memberikan bogeman kepada salah satu preman yang tadi sempat menyolek dagunya. Ia hampir menghajar seluruh preman-preman itu, tapi sehebat-hebat nya Allesha dalam ilmu bela diri, ia juga seorang wanita yang tidak mungkin bisa sekaligus menghajar kelima laki-laki berbadan kekar itu. Allesha dikepung oleh kelima lelaki itu. Allesha mendengar deruman suara motor mendekat kearahnya. Tiba-tiba satu pukulan dari belakang mengenai salah satu preman yang mengepung nya itu, ia bernapas lega karna akhirnya ada seseorang juga yang datang untuk menyelamatkan'nya.
Tadinya ia pikir itu Alden, tetapi tidak mungkin karna saat ini Alden sedang menuju ke Bandara. Ia tidak bisa melihat orang yang menolong nya itu karna orang itu masih mengenakan helm fullface nya yang hanya dibuka kacanya saja. Allesha menghindar dari perkelahian itu, karna sungguh ia benar-benar kehabisan tenaga untuk melawan preman itu lagi. Cowok itu terus menghajar habis-habisan kelima preman itu, akhirnya kelima preman itu pun terkapar dan kabur. Cowok itu menghampiri Allesha dan membuka helm nya, Allesha benar-benar terkejut bahwa yang menolong nya kali ini adalah,
-
-
-
-
-
-
-
-
Gavin Mahendra. Teman sekelas Allesha. Gavin tersenyum manis kearah Allesha."Lo, gapapa kan?" Tanya Gavin pada Allesha. Allesha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum canggung.
"Gapapa ko, ternyata elo Gav, thanks ya udah nolongin gue, kalo gak ada lo gue pasti udah kenapa-kenapa deh." Ucap Allesha. Gavin menganggukan kepalanya
"Sama-sama. Lo kenapa bisa dikepung sama preman-preman gadungan itu?"
"Jadi tadi tuh, mereka malak duit gue. Ya gak gue kasih lah, terus gue nonjok salah satu dari mereka. Eh akhirnya, ya gitu. Hehehe." Ucap Allesha dengan kikikan tak berdosa nya.
"Mereka emang udah biasa malakin murid disekolah ini ya?" Tanya Gavin, Allesha menganggukan kepalanya.
"Yaudah, sekarang lo mau kemana? Biar gue anterin." Ucap Gavin lagi.
Allesha dengan segera menggelengkan kepalanya "Gausah gav, lo udah bantu gue. Gue gak mau ngerepotin lo lagi, lagian gue juga lagi nunggu angkot ko." Tolak Allesha dengan halus. Gavin tersenyum samar.
"Santai aja kali. Lagian kan gak mungkin juga gue ngebiarin seorang cewek dikepung gitu sama preman-preman tadi. Angkot disini biasanya datengnya lama dia bakal ngetem dulu nunggu penumpang nya penuh baru jalan. Lo yakin masih mau nunggu? Dari yang gue tau, nunggu itu gaenak lho? Yakan?" Ujar Gavin dengan kekehannya diakhir. Allesha membenar'kan apa yang dikatakan Gavin. Yasudahlah, tidak ada salah nya juga ia diantar Gavin, itung-itung irit ongkos juga. Hehehe.
"Sebenernya, gue pengen ke mall yang jaraknya lumayan agak jauh si dari sekolah ini pengen beli buku di gramedia,lo serius mau anterin gue?" Kata Allesha.
Gavin menganggukan kepalanya. "Gue tau ko tempat nya, dan gue juga emang tujuannya pengen kesana. Jadi, kita bareng aja, nanti setelah itu gue anter lo pulang." Jelas Gavin. Sebenarnya itu hanya alasan Gavin saja agar Allesha mau diantar olehnya, Gavin hanya tidak ingin membiarkan Allesha kesana sendirian karna menurutnya terlalu berbahaya.
"Oke, makasih ya Gav sekali lagi." Ucap Allesha gugup, entah kenapa jantung nya jadi berdebar tidak karuan seperti ini, ia benar-benar tidak pernah merasakan hal semendebarkan ini, bahkan saat bersama Alden sekalipun.
"Rok lo agak pendek dan motor gue tinggi. Jadi nih gue pinjemin jaket gue buat tutupin kaki lo." Allesha menerima jaket Gavin dan mengikatkan pada pingganya. Setelah itu ia naik ke motor besar itu tidak lupa juga untuk mengenakan helm. Setelah dirasa Allesha cukup nyaman berada di boncengannya Gavin segera melajukan motornya menuju tempat tujuan mereka, bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Happiness
Ficção AdolescenteAlden dan Allesha sudah berteman sejak mereka masih kecil. Namun siapa sangka, jika salah satu dari mereka menyimpan rasa yang lebih. Rasa ingin memiliki dan rasa yang lebih dari hanya sekedar sahabat. Alden sangat menutupi perasaan nya rapat-rapat...